Selamat membaca:)
Sebelum baca boleh tinggalkan vote terlebih dahulu ya
•••
Sebentar lagi Ascella akan bertemu dengan Kafi. Ia sudah selesai mandi dan berdandan cantik dengan balutan dress berwarna pastel. Ascella melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas, maka sudah waktunya ia untuk minum obat. Sejak pagi suasana hatinya lumayan kacau. Namun, setelah mengonsumsi obat antidepresan, semua pikiran yang menganggu, mendadak sirna. Bahkan kini membuat Ascella dapat dengan mudah tersenyum tanpa beban.
Ascella segera turun setelah Kafi mengabari bahwa dirinya sudah sampai. Ascella terlihat bersemangat seperti biasanya walaupun itu berkat obat yang harus rutin ia minum setiap harinya.
Tubuh Ascella membeku karena Kafi memeluk tubuhnya tanpa aba - aba. Ascella dapat merasakan helaan napas berat Kafi yang menerpa area sekitar lehernya. Ia juga dapat merasakan dekapan itu semakin erat.
"Ternyata seberat itu rasanya nahan diri untuk nggak peluk kamu disaat aku lagi nggak baik - baik aja," lirih Kafi. Suaranya terdengar begitu lemah. "Tetap dalam posisi ini ya, sebentar aja...."
Perlahan tangan Ascella bergerak untuk membalas pelukan Kafi. Mendengar suara lemah Kafi itu membuat perasaan Ascella terguncang. Ia elus pelan punggung lebar Kafi berulang kali.
"Peluk aku selama apa yang kak Kafi mau. Jangan lepasin sebelum kak Kafi ngerasa lebih baik dari sebelumnya," balas Ascella. Kafi perlahan memejamkan kedua matanya dan memeluk tubuh Ascella dalam waktu yang lama. Ia menemukan ketemangan dan kenyamanan yang tidak ia temukan selama ini.
•••
Kafi menemani Ascella pergi ke supermarket. Tetapi beberapa langkah lagi memasuki area supermarket kepala Kafi mendadak pusing. Kepalanya terasa sangat berat seperti ditimbun oleh bebatuan berukuran besar. Kafi menghentikan langkahnya dan berjongkok dengan keadaan memejamkan kedua matanya kuat.
Menyadari keberadaan Kafi tidak berada di sisinya, Ascella yang sudah melangkah cukup jauh mendahului Kafi itu juga menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ascella berlari cepat saat melihat Kafi kini sudah berjongkok dalam keadaan mengengkram kuat rambutnya.
"Kak....." sebut Ascella pelan dengan sorot mata khawatir. Mendengar suara Ascella yang memanggil namanya. Kafi segera mengangkat kepalanya dengan perlahan untuk menatap Ascella dengan senyum yang dipaksakan.
"Tunggu sebentar ya, sebentar aja," pinta Kafi. Helaan napasnya terdengar berat. Ia menunggu sakit kepalanya itu reda. Sekuat tenaga ia menahan rasa sakit itu di hadapan Ascella meski kini napasnya sudah tidak berarturan.
"Kak Kafi kenapa? Kepalanya pusing?? Sakit banget yaa?" tanya Ascella beruntun.
Kafi menggeleng lemah."Cuma pusing biasa kok."
"Jangan mimisan sekarang...." batin Kafi memohon pada dirinya sendiri karena ia tahu tiap kali merasa pusing pasti akan dibarengi oleh darah yang keluar dari hidungnya. Namun, seperkian detik kemudian satu tetes darah jatuh ke aspal. Dalam keadaan itu Kafi sengaja menunduukan kepalanya dan membiarkan semua darah jatuh ke aspal sehingga tidak akan diketahui oleh Ascella lalu sisa darah disekitar hidungnya ia serka dengan tangannya.
Setelah membaik, Ascella mengulurkan tangannya kepada Kafi. Sebelum itu, Kafi lebih dulu mengelap tangannya pada baju yang digunakannya untuk menghilangkan jejak darah sebelum ia menyambut uluran tangan Ascella.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR COMPLEX
Teen Fiction(Cerita ini langsung aku publish hingga selesai) "Orang yang menyadari bahwa orang lain sedang sakit, adalah orang yang lebih sakit. Kamu ingin mengobati orang yang jiwanya sakit, karena mungkin perasaanmu lebih terluka." Tentang Kafi Sangkala Mill...