SEMBILAN

4.5K 578 12
                                    

Selamat membaca:)

Sebelum baca boleh tinggalkan vote terlebih dahulu ya

•••

Ascella yang merasa perutnya melilit ketika baru saja bangun dari tidurnya itu pun kini meringis kesakitan. Hal ini sering terjadi padanya, dan untuk meredakannya ia harus mengonsumsi obat pereda nyeri yang beruntungnya masih tersisa satu kapsul di kotak obat. Lima belas menit setelah mengonsumsinya, rasa sakit di ulu hatinya itu pun mulai mereda dengan sendirinya namun efek tersebut tentunya tidak akan bertahan lama. Penyakit Gerd yang di deritanya tidak pernah kunjung membaik, kondisi lambungnya sudah rusak dan semua itu terlihat ketika ia melakukan pemeriksaan endoskopi. Berulang kali ia harus dirawat di rumah sakit ketika penyakitnya itu kambuh dan kadang bisa membaik dengan sendirinya hanya dengan mengonsumsi obat pereda nyeri yang sesungguhnya tidak baik jika dikonsumsi secara terus menerus.

Mengingat stok obatnya yang sudah menipis, Ascella memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit dan bersiap - siap terlebih dahulu. Baru saja menginjakan kakinya keluar dari kamarnya, langkahnya di hadang oleh Algathan Atharazka yang kini sudah menatapnya dengan tajam dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada.

"Mau pergi kemana lo? Kemaren gue dateng buat ngecek lo tapi lo nggak ada di kamar. Lo sadar nggak sama kesalahan lo yang pergi gitu aja tanpa izin dan sepengetahuan gue?! Mau jadi pembangkang lo sekarang hah?!" bentak Algathan di depan wajah Ascella.

"Masih pagi Algathan, kamu kerjaanya jangan marah - marah terus, nanti darah tinggi tau," balas Ascella dengan menghela nafas.

"KALAU GUE TANYA DIJAWAB BUKAN MALAH CERAMAH BODOH!" desak Algathan emosi.

"Kalau gitu aku minta maaf karena kemaren nggak izin dulu ke kamu dan pergi diam - diam tanpa sepengetahuan kamu." Ascella pun pada akhirnya meminta maaf dan mengalah pada Algathan.

"Oke gue ampunin lo sekarang, tapi kalau lo ngulangin lagi, mati lo sama gue!" ancam Algathan dengan nada serius.

"Terus sekarang lo mau kemana?" tanya Algathan dengan nada cuek seperti biasanya.

"Mau kerumah sakit, obat aku habis dan mau minta resep baru sama dokter," balas Ascella sementara Algathan tidak merespon lagi dan bersikap tidak peduli dengan berlalu pergi dari hadapan Ascella.

"Kamu nggak mau anterin aku?" tanya Ascella yang seketika mampu menghentikan langkah Algathan.

"Pergi sendiri nggak usah manja. Punya kaki kan lo? Kalau nggak berguna sini biar gue amputasi aja kaki lo! Mama lo memang nitipin lo ke gue, tapi bukan berarti lo bisa ngerepotin gue untuk menuhin kebutuhan lo. Ogah!" balas Algathan menolak mentah - mentah.

"Yaudah kalau gitu aku laporin Mama dan bilang kamu nggak mau nganterin aku," ucap Ascella kemudian meraih ponselnya, dan secepat kilat Algathan merampasnya.

"Oke gue anterin lo, dasar lo cewek tukang ngadu!" decak Algathan kemudian berlalu lebih dulu dengan langkah lebar. Terlihat jelas bahwa lelaki itu merasa amat terpaksa untuk mengantarnya kerumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Ascella pun melangkah masuk namun Algathan sempat menahannya.

"Lo pernah pergi ke dokter sendirian kan? Secara lo anak manja sekaligus anak mami yang kemanapun selalu ditemenin sama nyokap lo. Entar takutnya lo ditanya sakit apa lo malah diem nggak bisa jawab. Karena gue yakin kalau lo kerumah sakit buat periksa lo serahin ke nyokap lo buat jawab pertanyaan itu," ujar Algathan dengan senyum mengejek.

"Kamu ngejek aku? Aku udah besar, aku bisa kok!" jawab Ascella dengan memanyunkan bibirnya.

"Oh oke anak mami," jawab Algathan dengan menahan tawanya.

SAVIOR COMPLEX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang