Sesuai janji aku update kalau targetnya udh tembus😍
Sebelum baca, jangan lupa vote terlebih dahulu ya, wajib!
Happy reading....
•••
1 tahun kemudian
Tiga orang pemuda tengah memasuki kawasan Exodus Club. Mereka datang bukan untuk mencari hiburan, melainkan untuk melakukan praktek observasi perilaku anak muda dalam dunia gemerlap di kota Jakarta sebagai mahasiswa jurusan psikologi Universitas Indonesia dengan mata kuliah Asesmen & Intervensi Anak dan Remaja di semester empat. Sementara Rendi mengulang mata kuliah tersebut karena tidak tuntas disemester empat sementara kini ia sudah semester 5. Tentunya mereka sudah mengantongi izin untuk melakukan observasi kepada pemilik tempat hiburan malam ini dan izin tersebut tidak mudah untuk mereka dapatkan. Mereka berulang kali harus mengatur waktu demi bertemu dengan sang pemilik. Dan Exodus Club menjadi tujuan dan harapan terakhir mereka, setelah mereka ditolak berkali - kali di lokasi lain.
Kafi Sangkala Millano, lelaki itu melangkah mendahului kedua sahabatnya untuk memasuki salah satu ruangan VIP dan ia disambut oleh sekelompok laki - laki yang umurnya terpaut sekitar tiga tahun lebih muda darinya dan ia dapat mengenali bahwa mereka masih berada di bangku sekolah menengah atas. Salah satu dari mereka bangkit dan mempersilahkan Kafi dan kedua temannya untuk duduk disebuah sofa berbentuk L.
Perhatian Kafi tertuju kearah gadis yang merupakan satu - satunya perempuan diruangan itu yang duduknya diapit oleh dua laki - laki. Gadis itu terus menunduk, dan meremas bagian bawah rok yang dikenakannya. Kafi bisa melihat bahwa gadis itu merasa tidak nyaman ketika bahunya dirangkul oleh salah satu dari mereka apalagi ketika salah satu dari mereka menyodorkan segelas wine dan memberikan isyarat untuk meminumnya.
"Aku nggak minum, Algathan Atharazka," tolak gadis itu dengan sopan.
"Sedikit aja yaelah, nggak akan bikin lo mabuk kok. Sekali nyobain gue yakin lo bakalan suka," ujar lelaki bernama Algathan Atharazka itu dengan nada memaksa. Lelaki itu bersikap semakin tidak sopan dengan cara mengarahkan tangan gadis itu yang menggenggam gelas berisikan wine tersebut untuk segera meminumnya.
"Lo mau pura - pura keliatan polos di depan mata gue?" ucap lelaki itu lagi, membuat Kafi yang mendengarnya mulai menatap lelaki itu dengan tatapan jengah. Kafi yang merasa tidak bisa tinggal diam saja itu pun langsung bertindak.
"Kalian nggak bisa memaksa seseorang yang punya alergi minuman keras untuk minum wine," ujar Kafi buka suara. Mendengar itu, Algathan langsung menoleh kearah gadis yang duduk tepat disebelahnya.
"Lo punya alergi minuman keras?" tanya Algathan, Kafi segera memberikan isyarat kepada gadis itu untuk mengangguk mengiyakan karena ia berniat membantu gadis itu untuk bisa menghindari hal yang tidak diinginkan. Kafi juga mengisyaratkan gadis itu untuk menggaruk lengannya agar lelaki itu bisa semakin mempercayai bahwa dirinya mempunyai alergi.
Salah satu dari mereka menuangkan minuman untuk Kafi dan kedua temannya Rendi dan William berniat untuk mengajak mereka menikmati waktu bersama malam ini. Ketika Rendi dan William hendak minum, Kafi langsung mencegah mereka untuk meninumnya.
"Maaf, kita semua datang kesini untuk praktek observasi perilaku, bukan untuk minum - minum," tolak Kafi yang kemudian segera bangkit dari duduknya dan meraih tangan gadis dihadapannya dan mengajaknya keluar dari tempat yang seharusnya tidak pernah gadis itu injaki. Sementara Algathan segera menahan sebelah tangan gadis itu untuk tetap berada disisinya dan tidak mengizinkannya untuk pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR COMPLEX
Teen Fiction(Cerita ini langsung aku publish hingga selesai) "Orang yang menyadari bahwa orang lain sedang sakit, adalah orang yang lebih sakit. Kamu ingin mengobati orang yang jiwanya sakit, karena mungkin perasaanmu lebih terluka." Tentang Kafi Sangkala Mill...