DUA PULUH ENAM

2K 302 2
                                    

Selamat membaca:)

Sebelum baca boleh tinggalkan vote terlebih dahulu ya

•••

Kafi yang suasana hatinya sudah lebih membaik dari sebelumnya itu kini beralih untuk mencuci wajahnya di wastafel. Ia memandangi wajahnya sendiri di depan cermin dan menumpu kedua tangannya di kedua sisi wastafel sebelum akhirnya ia menghela napas panjang dan kepalanya berakhir tertunduk. Perhatiannya teralihkan dikala ia mendengar suara notifikasi yang berulang kali terdengar dan itu berasal dari ponselnya yang kini dalam keadaan menyala menampilam beberapa pesan.

Kafi beranjak untuk mengambil ponselnya untuk mengecek. Beberapa pesan itu datang dari Ascella yang langsung menarik perhatiannya.

Ascella
|Aku bohong kak
|Aku bohong disaat aku bilang aku nggak butuh kak Kafi karena kenyataanya aku butuh kakak
|Karena kalau sama kak Kafi, aku nggak perlu pura - pura jadi orang lain dan kalau sama kakak rasanya tenang
|Aku nangis kak, aku cengeng banget ya? Aku cuma ngerasa capek aja sama semuanya.
|Aku pengen peluk kakak dan pengen dipeluk kakak juga tapi rasanya itu nggak mungkin. Aku pergi buat nenangin diri dulu ya kak, nggak tau mau kemana karena aku nggak punya tujuan. Kak Kafi juga tenangin diri kakak dulu ya, aku tau kalau kak Kafi lagi kacau sekarang

 Kak Kafi juga tenangin diri kakak dulu ya, aku tau kalau kak Kafi lagi kacau sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Maaf ya kak kalau aku selalu ngerepotin

Biar aku temenin, jangan naik bus sendirian|
Aku udah pernah bilang, kalau aku  bahkan seneng direpotin sama kamu jadi jangan minta maaf ya?
Ascella?|
Kenapa centang satu?|
Diluar hujan|

Kafi beralih untuk menghubungi nomor Ascella namun nihil, ponsel gadis itu dalam keadaan mati dan tidak akan bisa menerima panggilan. Tanpa pikir panjang Kafi memutuskan untuk menyusul Ascella. Ia berlari dengan menerobos hujan tanpa peduli jika nantinya tubuhnya akan basah. Ia mendatangi halte terdekat dari rumah gadis itu. Namun, ia tidak bisa menemukan keberadaan Ascella disana.

Kafi tidak menyerah, ia terus berusaha menghubungi nomor milik Ascella dengan melangkah mondar mandir akibat cemas. Dalam hati ia berharap Ascella akan mengangkat panggilannya. Kafi bahkan menghubungi nomor Ascella hingga seratus kali. Ia benar - benar kebingungan harus mencari Ascella kemana karena ia tidak tahu kemana Ascella pergi.

Kafi hanya bisa menunggu di halte dengan perasaanya yang sama sekali tidak bisa tenang. Giginya bergemelutuk menahan dingin karena sekujur tubuhnya basah akibat kehujanan. Angin malam menusuk hingga ketulangnya, namun Kafi berusaha menahannya. Kedua matanya begerak gelisah kearah jalanan. Setiap bus berhenti ia selalu mengecek dan berharap Acella menjadi salah satu penumpang di bus tersebut. Tapi hingga bus ke sepuluh yang melakukan pemberhentian, ia tidak kunjung menemukan keberadaan Ascella.

SAVIOR COMPLEX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang