Selamat membaca:)
Sebelum baca boleh tinggalkan vote terlebih dahulu ya
•••
Selama hampir satu tahun Kafi selalu menerima kiriman uang dari paman dan bibinya. Hal itu membuat Kafi kerap kali merasa tidak enak karena mereka harus membiayai hidupnya. Merasa tidak bisa menerima uang tersebut, Kafi pun mengirimkan kembali sejumlah uang itu kepada paman dan bibinya sehingga kini ia tidak mempunyai sedikitpun uang untuk membiayai kuliahnya.
Telah melangsungkan ujian akhir semester, sebagai seorang mahasiswa aktif, sudah waktunya Kafi merancamg kartu rencana studi untuk melanjutkan kuliahnya ke semester berikutnya. Yaitu semester lima. Namun, karena terkendala oleh biaya membuatnya tidak yakin bisa lanjut ke semester berikutnya.
"Kaf, lo udah siapin daftar - daftar matkul yang bakal lo ambil di semester baru?" tanya Rendi dengan sebuah buku catatan di tangannya.
"Kaf, ambil matkul yang samaan lagi mau nggak? Biar bisa sekelas bareng lagi kita," sahut William.
"Gue kayaknya bakal nunda kuliah satu semester, gue nggak ada biaya. Mama gue meninggal, Papa gue masuk RSJ, rumah dan harta Papa gue disita. Mulai sekarang gue harus kerja karena uang pemberian dari paman dan bibi gue udah habis. Sementara beasiswa gue ditarik," jawab Kafi jujur dengan tegar. "Kemungkinan terburuknya gue bakalan berhenti kuliah."
"Kaf? Lo yakin? Lo udah melangkah terlalu jauh buat berhenti. Kurang dari empat semester lagi lo tamat kuliah sarjana s1. Jangan buat keputusan secepat itu, Kaf. Pikirin gimana susahnya lo bisa masuk UI, dan pikirin juga kerja keras lo selama ini sampai lo bisa ada di titik ini. Sama sekali nggak mudah kan, Kaf?" ucap Rendi tidak setuju dengan keputusan Kafi. Kafi pun segera membasuh wajahnya, lelaki itu terlihat sangat bingung.
"Gue biaya dari mana, bang?" balas Kafi putus asa.
"Kita semua harus lulus, Kaf, apapun rintangannya karena kita punya tanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikan. Lo nunda kuliah semester ini? Gue juga bakalan nunda kuliah gue semester ini," celetuk Wiliiam tiba - tiba.
"Kalau lo nggak bisa lanjut kuliah di semester ini, oke, gue juga bakal nunda kuliah gue selama satu semester. Gue bakal bantu lo buat cari uang supaya lo bisa lanjut kuliah lagi, asal jangan berhenti kuliah," putus Rendi dengan serius.
"Jangan bercanda lo bang, Will. Lo berdua harus lanjut kuliah, nggak usah pikirin gue. Gue bakal atur semuanya sendiri," pinta Kafi. Bukan hal seperti yang ia harapkan, ia tidak mau membebani kedua sahabat satu asramanya itu mengenai kesulitan yang ia hadapi.
Tanpa menjawab, Rendi melangkah menuju meja komputernya dan mengeprint sesuatu dan segera memperlihatkannya kepada Kafi."Belum terlambat, ini surat pengajuan cuti akademik bakal langsung gue serahin ke dekan besok pagi. Susah seneng kita sama - sama, Kaf. Susah sendirian dan berjuang sendirian? Nggak akan gue biarin sahabat gue kayak gitu."
Sementara Wiliiam memperlihatkan uang bekal dari beasiswa bidik misi yang dipeolehmya. "Gimana kalau kita usaha sampingan dan gue serahin uang bekap gue ini buat jadi modalnya," ujar William memberikan solusi. Kemudian Rendi juga melakukan yang sama, yaitu menyerahkan uang bekal dari beasiswa KIP yang diperolehnya. Walaupun tidak seberapa, tapi mereka yakin bisa melipatgandakan jumlah tersebut.
Kafi menatap kedua sahabatnya dengan terharu, ia sama sekali tidak menyangka mereka akan melakukan hal sampai sejauh itu. "Gue harus gimana nanti buat bayar kebaikan kalian?"
Rendi yang umurnya lebih tua dua tahun itu pun lantas menepuk pundak Kafi pelan."Bayar pakai janji kalau lo nggak akan nyerah dengan mimpi lo untuk jadi psikolog."
•••
Telah mendapatkan izin untuk melakukan cuti akademik selama satu semester, Rendi dan William termasuk Kafi pun memikirkan cara apa yang bisa mereka lakukan untuk mendatangkan uang dengan modal uang sepuluh juta. Mereka tengah sibuk saling bertukar pikiran, bertukar ide, dan sharing pengalaman yang akan mereka gunakan sebagai dasar acuan untuk menentukan bisnis apa yang akan mereka jalani.
"Will, gue liat postingan lo di instagram hasil fotonya bagus - bagus, itu lo foto sendiri?" tanya Rendi kepada William.
"Iya, itu modal foto pakai hape doang. Tapi hoby gue memang ada di bidang fotografi sih, dari SMP gue udah suka foto - foto objek alam," jawab William.
"Kebetulan gue pernah masuk club fotografi waktu SMA dan pernah menang lomba juga," balas Rendi.
"Kalau lo gimana, Kaf?" tanya Rendi pada Kafi.
"Gue pernah beberapa kali mengabadikan hal - hal berbau luar angkasa. Kalau ngomongin tentang pengalaman, gue belum punya satupun pengalaman, kalau keterampilan dasar, gue punya," jawab Kafi.
"Yaudah, karena kita semua sama - sama punya ketertarikan dalam dunia fotografi, gimana kalau kita ngejalanin bisnis sampingan dengan menawarkan jasa fotografi?" tanya Rendi mengeluarkan idenya."Jasa fotografi paling nggak membutuhkan keterampilan-keterampilan dasar, dan kita bisa memperdalami teknik dan triknya."
"Selain keterampilan, kita pastinya butuh kamera, tripod, reflektor, lensa. Lo udah pikirin itu? Modal 10 juta nggak akan cukup menuhin semuanya, gimana kalau kita gagal?" ucap William dengan pesimis.
"Gini, kita fokus untuk memperdalami kemampuan kita selama satu bulan entah itu belajar otodidak atau lewat buku yang bisa kita pinjam di perpustakaan atau beli di toko buku. Awal - awal kita sewa kamera dan beli lensa pakai uang modal, kalau udah jalan, kita ajak kerja sama pihak lain buat nitipin kamera mereka ke kita. Bisnis itu tentang kepercayaan 'kan? Pertama - tama kita harus bisa membangun kepercayaan. Ada banyak cara, dan kita nggak akan tau gimana hasilnya kalau kita nggak beraniin diri untuk mencoba," tanya Rendi dengan pemikirannya yang luas sebagai seseorang yang memperlajari banyak hal.
"Kalau menurut gue bisnis yang menawarkan jasa fotografi itu termasuk sederhana. Karena selain dasar utamanya adalah hobi, pengerjaan ini bisa dilakukan di rumah, dapat dishooting sendiri dan juga diedit sendiri. Kita usaha sambil belajar, nggak punya pengalaman dalam enterpreneur nggak masalah, karena bisa sambil dipelajari 'kan?" tanta Kafi yang kemudian diangguki setuju oleh Rendi.
"Jadi gimana, kalian setuju dan sepakat untuk mulai sama - sama?" tanya Rendi. William dan Kafi pun mengangguk dan sama - sama sepakat.
•••
Salut nggak sih sama kesetiakawanan mereka? 😭
Mau ngomong apa sama Kafi?
Sama Rendi?
Sama William?
Terima kasih sudah membaca cerita ini:)
Jangan lupa untuk share cerita ini di media sosial kalian jika supaya makin banyak yang baca yaa.
Follow instagram @hindhiastinaaa @kafisangkala dan @ascelaashelby
Untuk vote dan komennya jangan lupa ya
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR COMPLEX
Teen Fiction(Cerita ini langsung aku publish hingga selesai) "Orang yang menyadari bahwa orang lain sedang sakit, adalah orang yang lebih sakit. Kamu ingin mengobati orang yang jiwanya sakit, karena mungkin perasaanmu lebih terluka." Tentang Kafi Sangkala Mill...