TIGA PULUH EMPAT

2K 270 20
                                    

Selamat membaca:)

Sebelum baca boleh tinggalkan vote terlebih dahulu ya

•••

Ascella sengaja mencari tempat sepi, ia menoleh kesekelilingnya sebelum ia berani mengeluarkan sebuah obat dari dalam tasnya. Tangannya gemetaran sangat hebat hingga beberapa obat kini sudah berjatuhan di lantai. Ascella segera memasukan satu obat antidepresan ke dalam mulutnya sebelum ia berjongkok untuk memungut semua obat yang jatuh dan mengenggam semuanya.

Kedua bahunya kini bergetar menahan isakan, entah mengapa dirinya mendadak merasa sedih. Ascella beralih membekap mulutnya, walaupun apa yang ia lakukan itu justru membuat dadanya semakin sesak tidak karuan. Ascella menyandarkan punggungnya pada dinding, ia memeluk tubuhnya sendiri dan beberapa kali ia menutup kedua telinga karena suara berisik di dalam kepala yang sangat menganggunya. Kini ia tengah mengalami episode depresif. Ia benci dirinya yang harus kambuh disaat seperti ini.

Kafi memutuskan untuk mendekat dan berjongkok di hadapan Ascella. Melihat kehadiran Kafi, Ascella segera menghapus jejak air matanya dan menyembunyikan sebelah tangannya yang berisikan obat di balik punggungnya.

Dengan perlahan Kafi meraih tangan Ascella dan membuka kepalan tangan Ascella. Ascella tidak menolak, karena pada akhirnya pasti akan ketahuan. Kafi menemukan beberapa tablet obat di dalam genggaman tangan Ascella saat ini.

"Maaf kak, karena pada akhirnya aku harus  bergantung dengan obat ini. Aku mengalami episode depresif kak......" lirih Ascella kemudian menjeda ucapannya. Air natanya kembali jatuh dan semakin deras. "Aku takut kak, setiap lagi sendiri aku selalu punya keinginan untuk nyakitin diriku sendiri. Entah itu benturin kepala ke dinding, nyayat tangan. Aku takut nggak bisa kontrol diriku untuk nggak ngelakuin itu. Aku nggak mau kayak gini..."

Kafi tersenyum kemudian tangan kanannya bergerak untuk menghapus air mata Ascella yang menuruni wajah cantiknya. "Jangan takut ya, aku disini akan selalu bantu kamu dan mendampingi kamu untuk mengatasi semuanya," suara lembut Kafi berhasil menenangkan Ascella.

Kafi lantas berdiri dan mengulurkan tangannya pada Ascella."Aku pernah bilang ke kamu kan, kalau kamu bisa bercerita tentang apapun ke aku. Aku dengan senang hati mau menjadi wadah tempat kamu bercerita. Sekarang kita ngobrol di atap sambil lihat pemandangan kota Jakarta yuk? Aku yakin bisa bawa ketenangan buat kamu dan pastinya kamu akan ngerasa nyaman untuk bercerita," ajak Kafi. Ascella mengangguk dan segera menyambut uluran tangan Kafi untuk membantunya bangkit berdiri.

Kafi dan Ascella pergi ke atap yang berada di lantai lima belas. Semilir angin menerpa wajah Ascella. Ascella memejamkan kedua matanya sejenak untuk menikmati angin sore hari ini. Setelah kurang lebih seminggu rutin mengonsumsi obat antidepresan, obat tersebut sudah mulai memberikan hasil yang maksimal.

Tidak lama kemudian Kafi menyodorkan Ascella minum. Namun, sebelum itu ia lebih dulu membuka tutup botolnya agar Ascella tidak perlu bersusah payah membukanya. Ascella menerimanya dengan senyum tipis di bibirnya lalu meneguknya secara perlahan. Pandangan keduanya mengarah pada pemandangan kota Jakarta di sore hari.

"Kamu ada cerita apa hari ini?" tanya Kafi membuka pembicaraan lebih dahulu.

"Banyak kak. Ada cerita senang dan juga cerita sedihnya," jawab Ascella dengan pandangan mengarah kedepan.

"Kalau yang bikin seneng, hari ini aku ulang tahun."

"Kalau yang bikin kamu sedih?" tanya Kafi.

"Kalau yang bikin sedih biar aku simpan sendiri aja, aku nggak mau ngebebanin kak Kafi. Selain itu juga karena terlalu sakit untuk diceritain." Ascella melanjutkan dengan wajahnya berubah pias.

SAVIOR COMPLEX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang