BAGIAN 4 [NAUSEOUS]

6.7K 649 4
                                    


°°°

"Tumben ayah pulangnya sedikit lambat. Ada apa? " Tanya seorang wanita yang tengah berada didalam kamarnya sambil menghitung penghasilan nya setelah menjual bakso dan juga mie ayam tadi siang.

Ayah mengembuskan napas kasar. Terlihat sangat jika suaminya itu lelah saat ini.
"Tadi waktu dijalan ayah sedikit ada kendala. "

"Kendala apa, yah? Macet? "

"Ya gitulah, jadi lama sampe rumahnya. " Jawab sang ayah. Pria itu lantas mengusap wajahnya kasar.

"Mau gimana lagi, yah. Itu udah resiko. " Jawab sang istri sambil menata kembali uang yang sebelumnya sudah dihitung.

Memang terlihat jalanan kota tadi yang sedikit padat karena banyaknya kendaraan baik beroda empat maupun dua yang melintas ke arah yang sama. Mama sempat melihat nya ketika tengah berjalan menuju kerumah.

Dilain sisi tepatnya didalam kamar kedua kakak beradik itu, terlihat mereka berdua tengah mempelajari materi yang tadi diberikan oleh guru dan juga dosennya masing-masing.

Manik mata mereka tengah fokus dengan sebuah buku pelajaran dan juga ponsel yang didalamnya terdapat banyak sekali tatanan huruf rapi, tentunya itu adalah pelajaran yang diberikan dosen tadi saat ia tidak sempat mempelajari nya di kampus karena pingsan.

Disini Jeffin merasa bersalah karena lagi dan lagi dirinya harus menyusahkan adiknya. Nana bahkan meninggalkan jam pelajaran nya hanya untuk melihat kembali keadaanya dirumah sakit.

Jika saja Tirta tidak memberitahu Nana mengenai kondisinya, mungkin adiknya ini tidak harus membolos hanya untuk menemani dirinya dirumah sakit. Rasa bersalah itu terus menetap dihatinya karena pasalnya hal seperti ini sering sekali terjadi, bahkan bisa dihitung jika dalam seminggu Nana bisa membolos dari 3-4 hari.

Semoga saja wali kelasnya tahu apa yang sebenarnya penyebab adiknya itu harus membolos. Entah Jeffin tidak tahu bagaimana keadaan Nana ketika tengah berada dilingkungan sekolahnya.

Semoga saja selalu bahagia dan dikelilingi oleh teman-teman baiknya.

"Yah habis! " gumam Nana setelah menyadari bahwa stabilo nya sudah tidak mengeluarkan tinta berwarna Oren lagi.

"Abang masih punya stabilo gak? Aku belom selesai nandain, ini. "

Jeffin yang tengah memfokuskan pandangannya dengan ponsel langsung mengalihkan atensinya kearah sudut kamar dimana disana terlihat Nana yang tengah menoleh kearahnya.

Tangannya bergerak untuk menunjuk ke arah tas yang tengah tergantung diatas dinding. Nana yang paham lantas segera berjalan menuju ke suatu tempat yang telah ditujukan oleh abangnya.

Lelaki itu menurunkan perlahan tas milik Jeffin, dilihatnya didalam banyak sekali buku-buku paket yang berukuran besar. Apakah kakaknya tidak keberatan jika harus menenteng tas itu sampai ke kampus?

Tidak ingin ambil pusing, Nana langsung menggeledah isi tas tersebut untuk mencari benda yang ia cari. Namun manik matanya tidak sengaja menangkap beberapa butir obat yang terlihat masih banyak disana. Pemuda itu lantas mengambil obat tersebut. Kedua matamu membulat sempurna kala menyadari bahwa obat itu bukanlah resep dari dokter.

Bacaannya tidak jelas, membuat Nana kesulitan untuk membaca apa sebenarnya fungsi pil itu.

"Abang-"

Dengan gerakan cepat Jeffin langsung merebut benda tersebut dari tangan Nana. Bodohnya dirinya mengapa lupa untuk mengambil pil penting itu dari tas.

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang