BAGIAN 32. [KESAL]

2.9K 362 12
                                    


°°°


Biarkanlah untuk waktu ini, dirinya mencoba untuk mencari ketenangan sesaat. Seorang pemuda yang menggendong tas nya di belakang punggung tersebut tengah berada di halaman belakang rumah sendirian.

Tidak tahu apa yang ingin ia lakukan. Abangnya belum pulang, Nana tahu karena tadi darinya mendapatkan pesan dari lelaki itu. Dirinya yang polos memang hanya percaya begitu saja tanpa bertanya ataupun merasa curiga.

Saat ini dirinya tengah duduk di sebuah tangga kecil yang berada di belakang rumahnya, tempat yang kemarin menjadi saksi bisu disaat sang ayah memukulinya disana.

Memang ingatan itu sama sekali tidak dapat di hilangkan dari otak. Namun sebisa mungkin ia berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Itu juga salahnya, ayah wajar memarahi hingga memukulinya saat itu.

Pakaiannya masih sama, tidak ada yang diganti. Saat pulang sekolah tadi, pemuda itu langsung pergi menuju ke belakang rumah tanpa menginjakkan kaki didalamnya. Nana sampai di tempat ini melewati samping kanan rumah yang disana terdapat garasi mobil milik ayahnya.

Tidak ada sama sekali hal yang membuat dirinya senang ataupun kegirangan hari ini. Rasanya kesepian jika terus berada di tempat yang menyimpan banyak suka dan duka ini.

Walaupun keluarga mereka lengkap, namun nyatanya hal itu masih ada yang kurang untuk melengkapi hidupnya. Rasanya begitu hampa ketika rumah yang dahulu sering sekali di tempati untuk mengobrol dan bercanda tawa, kini telah berubah sepenuhnya.

Meja dan kursi makan yang berada diruangan dapur, sudah lama mereka tidak menghabisi waktu bersama di tempat itu. Kebanyakan dari mereka mencari makanan diluar, dan tidak mempedulikan dengannya yang hanya terus menerus memakan mi instan.

Kursi empat dengan meja makan satu, dulunya penuh dengan kebersamaan sebelum sampai dirinya menginjak bangku SMA hingga sekarang ini. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pekerjaan dan dunianya masing-masing.

Bahkan Nana juga berpikir, sebenarnya yang paling di perhatikan oleh kedua orang tuanya itu dirinya atau pekerjaan mereka? Tidak ada namanya seharian mereka berempat menghabiskan waktu bersama di tempat lain untuk mengisi sebuah album yang sering Nana tangkap dengan kamera miliknya.

Mungkin terakhir kali, foto abangnya lah yang terus ia tangkap hingga sampai membuat kameranya penuh dengan aib sang kakak yang tengah belajar, bermain ponsel, ataupun makan makanan berupa bakso yang sering diberikan oleh mama.

Rumah sederhana ini terasa sepi dan hampa. Semua orang masing-masing sibuk dengan hari-hari mereka. Sedangkan Nana yang tidak tahu ingin berbuat apa, hanya berada didalam rumah ini tanpa mengerjakan sesuatu.

Bagaimana tidak? Untuk keluar saja dirinya tidak akan sanggup cukup lama. Satu alasan mengapa keluarga mereka tidak pernah berlibur ke pantai atau tempat terbuka lainnya, karena Nana tidak akan sanggup menahan sinar matahari yang mengenai tubuhnya.

Hal itu yang membuat dirinya merasa tidak berguna. Mau jadi apa jika nanti dirinya sudah lulus? Jika menjadi polisi tentu saja hal itu sudah tidak dapat ia lakukan. Banyak sekali praktek di luar ruangan yang mungkin akan membuatnya sering pingsan.

Apa yang bisa ia lakukan? Mungkin akan menjadi pengangguran didalam rumah. Memikirkan tentang masa depan, mampu membuatnya cukup stres.

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang