BAGIAN 54. [EPILOG : TERKUBUR BERSAMA IMPIAN]

11.7K 645 66
                                    

°°°


Di tempat ini, peristirahatan terakhir sang anak hanyalah ada satu keluarga saja yang menghadiri. Lainnya mungkin para kerabat dekat mereka.

Jeffin dan suaminya tengah berada dirumah sakit untuk masa rehabilitasi agar keadaan mereka cukup membaik.

Mungkin itu adalah hal yang sangat Ira inginkan dulu, dimana putra sulungnya yang sembuh total dari penyakitnya. Namun untuk sekarang, wanita itu menarik kembali ucapannya.

Demi apapun rasa kehilangan begitu menyakitkan. Bahkan Ira sering berpikir, apakah putranya itu tak ingin memberikan kesempatan kedua untuknya? Semenyakitkan apa perkataanya yang ia lemparkan pada si bungsu disaat dirinya mengusir anak itu dari rumah.

Sebagai seorang ibu seharusnya tahu. Seorang ibu seharusnya dapat berpikir jika apa yang ia lakukan itu memang benar untuk kebaikan, bukan malah sebaliknya.

Pembalasan Tuhan memang semenyakitkan ini untuknya. Seorang ibu yang begitu menyia-nyiakan putra yang sudah dititipkan untuk dirawat dan disayang.

Sampai detik ini, mungkin perasaan bersalah itu akan terus hadir di hidupnya. Bayangan ketika putranya menangis untuk pertama kali karena telah hadir didunia akan terus berputar dibenaknya. Salah satu kebahagiaan orang tua ketika melihat anak mereka lahir setelah 9 bulan  lamanya berada didalam perutnya.

Karena emosi, mampu mengubah segalanya.

Disaat dirinya benar-benar marah kepada Nana dan mengatakan jika putranya itu adalah salah satu penyebab kehancuran keluarganya. Namun faktanya semua itu salah. Bukankah semua hal yang terjadi itu merupakan takdir tuhan?

Penyesalan yang mengerikan hanya berada diakhir. Dan itu semua adalah perbuatannya yang begitu menyia-nyiakan putra seperti Nana. Dulu Ira terus menutup matanya ketika melihat kebaikan yang diberikan oleh si bungsu. Dan pasti jika ada kesalahan kecil yang diperbuat olehnya, maka ia akan terus menerus membentak dan mengungkit-ungkit masalah itu.

Tuhan memang adil, memberi balasan ke setiap hambanya dengan apa yang sebelumnya telah di tanam.

Ditempat ini, hanya ada dirinya dan seorang lelaki yang merupakan sahabat dekat putranya.

Tak henti-hentinya wanita itu memeluk sebuah papan nisan yang tertuliskan nama putranya disana. Ia menangis, mengeluarkan air mata penyesalannya karena semua yang telah ia perbuat terhadap putranya.

Jujur saja, sebelum hari ini tepatnya semalaman, tubuh wanita itu benar-benar demam karena terus menerus menangis tanpa henti. Dibantu dengan kerabat dekatnya untuk menenangkan hatinya, namun semua itu sama sekali tak ada gunanya. Ia begitu merindukan sosok putranya yang manis penuh dengan senyuman yang senantiasa terdapat diwajahnya.

Tadi pagi dirinya sempat tak kuat ketika melihat tubuh yang sudah ditutupi papan itu, di kubur dengan tanah diatasnya. Benar-benar sesakit ini rasanya kehilangan.

Sedangkan Jendral yang mendengar kabar itu, lantas menggeleng tak percaya. Pemuda itu melihat kabar dari grub kelasnya yang mengumumkan jika ada salah satu murid yang telah berpulang kepangkuan sang pencipta.

Ketika membaca deretan huruf yang tertera di ponselnya, rasanya ia benar-benar tak percaya dengan semua itu.

Nana, salah satu sahabat dekatnya telah berpulang ke tempat yang tak dapat ia kunjungi jika belum saatnya. Benar-benar kenyataan yang menyakitkan ketika ia membaca satu demi satu kata yang terpampang jelas dilayar ponselnya.

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang