BAGIAN 5 [OBAT]

6.7K 572 8
                                    


°°°


Setelah turun dari mobilnya, kini seorang pemuda yang lengkap dengan outfit hariannya tersebut langsung berlari menuju kedalam kelasnya.

Bukan berlari karena takut terlambat ataupun takut kepada orang-orang. Melainkan lelaki itu tidak ingin sinar matahari sampai menyentuh permukaan kulitnya, atau yang ada nanti kulitnya bisa melepuh karena alerginya kambuh.

Nana tidak selamanya berlari sampai kedalam kelas, melainkan ia hanya berlari sampai ke depan koridor saja. Disinilah tempat yang jarang sekali terkena sinar matahari.

Napasnya sedikit terengah-engah karena lagi-lagi ia harus berlari agar bisa sampai ke dalam kelasnya.

Pemuda itu berjalan santai sampai kedepan kelasnya. Disana ia lihat salah satu temannya yang ambis dalam bidang olahraga sedang memainkan ponsel ditangannya.

Nana berjalan mendekat ke sebelah temannya. Dia adalah Jendral, teman akrab sekaligus sebangkunya.

Diantara murid lain yang memandangi Nana lebay karena sering sekali kesekolah dengan menggunakan pakaian yang bahkan diluar dari seragam. Namun berbeda dengan Jendral yang kini semakin hari semakin paham apa penyebab teman sekelasnya itu sering sekali mengenakan outfit diluar seragam sekolah.

Para guru pun sudah tahu, hanya saja mereka tidak memberitahu lebih hal ini kepada para murid lainnya. Pikir mereka Maulana juga pasti sudah menceritakan hal ini kepada teman sekelasnya mengapa ia mengenakan pakaian panjang dan tebal setiap harinya, bahkan saja hujan sama sekali tidak turun hari itu.

Nana meletakkan tasnya tepat disebelah jendral, pemuda itu juga membuka masker putih diwajahnya. Helaan napas lega kini keluar dari mulutnya. Akhirnya ia bisa merasakan kembali segarnya udara.

"Na, Lo kemaren kenapa bolos lagi? " Tanya Jendral setelah menyadari keberadaan temannya.

Nana kemudian melepas topinya dahulu dari kepalanya.
"Abang gue pingsan di kampus, "

"Lagi?! "

Nana hanya menjawab dengan anggukan saja. Hal ini sudah biasa ia jelaskan kepada Jendral mengapa ia terpaksa membolos diwaktu jam istirahat terakhir hanya untuk melihat keadaan kakaknya dirumah sakit.

Alasan yang sama. Jendral tentu saja percaya karena temannya yang satu ini hampir tidak pernah berbohong kepadanya. Bahkan saja saat suatu hari ia meminta contekan kepadanya.

"Lo gak cape lari-larian kaya kemaren gitu? " Tanya Jendral sambil menoleh ke arah Nana yang berada di sebelahnya.

"Ya mau gimana lagi, gue juga gak punya uang lebih buat bayar taxi. "

Jendral menatap ke arah temannya sendu. Ia tahu kalau Nana sering sekali bepergian dengan berjalan kaki. Temannya ini sangat menghemat uang hanya untuk membeli sebuah obat alergi di apotek.

Hening sejenak, tidak ada yang membuka suara diantara keduanya, hanya ada para murid lain yang tengah berbicara kepada temannya masing-masing. Sampai akhirnya sebuah bel masuk berbunyi.

Nana menghela napas pelan. Tangan lelaki itu bergerak untuk membuka tas nya untuk mengambil peralatan sekolah disana. Tidak banyak, hanya sebuah buku tulis beserta buku cetak dan juga pulpen yang tidak pernah tertinggal.

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang