BAGIAN 54. [PERMINTAAN TERAKHIR] END

14.2K 702 73
                                    

~ Happy reading ~

°°°




Semalam tepat didepan kepala mata Jendral sendiri, lelaki itu bisa melihat  tubuh sahabatnya yang perlahan mengejang. Hanya melihatnya saja mampu membuat dirinya cukup terselimuti dengan pikiran negatif diotaknya.

Untungnya malam ini tepatnya dua jam setelahnya, dokter berkata jika keadaan Nana hanya kelelahan saja. Temannya sudah cukup membaik sejak kejadian malam tadi tepatnya jam tujuh yang hampir membuatnya ketakutan karena tubuh Nana yang mulai mengejang dan para dokter menyuruhnya untuk menjauh keluar dari ruangan ini.

Untung saja Tuhan masih memberi kesempatan Nana untuk bisa melihat dunia yang penuh akan suka-duka ini. Perlahan rasa takut itu telah tersingkirkan dengan berbagai ucapan syukur yang keluar dari mulutnya.

Ia tahu jika temannya itu memang sudah lelah. Tapi untuk berusaha sekali lagi, tidak masalah bukan?

Perjalanan Nana masih panjang. Begitupun masa depannya yang juga masih luas. Temannya pasti bisa melewati semua ini, ia yakin semua penderitaan Nana akan terbalaskan dengan hal-hal positif yang Tuhan berikan.

Malam ini mungkin Jendral akan terus berada dirumah sakit untuk menemani sahabatnya. Mengingat besok adalah hari Minggu dimana sekolahnya libur, maka kesempatan ini dapat ia gunakan untuk menjaga sahabatnya disini.

Bukan apa, ia hanya takut jika saja Nana tiba-tiba dalam keadaan yang begitu kritis. Tak akan ada orang yang tahu karena ditempat ini hanya ada mereka berdua saja. Dokter akan melihat kondisi Nana mungkin hanya dalam waktu yang telah ditujukan. Jika nanti temannya tiba-tiba merasa sakit, lantas siapa yang akan memanggilkan dokter untuknya?

Bisa Jendral lihat keringat yang kini membasahi kepala sahabatnya itu. Entah seletih apa Nana, ia tak tahu. Yang pasti temannya itu benar-benar tengah dalam dua pilihan. Untuk bertahan atau memilih meninggalkan dunianya saja.

Memang dunia begitu jahat dengan kehidupan pemuda yang tengah berada diatas bangsal rumah sakitnya itu. Wajah pucat yang selalu memperlihatkan senyuman tulus itu, masih terpejam lekat tengah berada di alam bawah sadarnya.

Biarlah untuk malam ini Nana dapat mengistirahatkan rasa lelahnya. Ia tahu banyak sekali beban yang tengah diderita oleh sahabatnya itu.



°°°




"Bunda, kenapa tidur diruang tamu? " Tanya Jendral setelah pulang dari rumah sakit. Ia mendapati ibunya itu yang masih terlelap diatas sofa yang terdapat diruangan depan ini.

"Bunda nunggu kamu pulang. Bunda khawatir sama kamu, Jendral... "

Jendral hanya menghela napas kasar ketika mendengar jawaban dari bundanya. Ia tahu jika bunda khawatir dengan dirinya, namun apakah tak bisa wanita itu sehari saja tak memikirkannya. Bahkan pulang malam saja Jendral masih terkena marah oleh wanita tersebut.

"Bunda... Aku udah besar, udah bisa jaga diri Bun... Bunda gausah khawatir sama aku, percaya sama aku kalau Jendral itu udah bisa jaga diri diluar sana, bunda. "

Entah apa yang tengah dipikirkan bundanya itu.
"Aku juga butuh kebebasan sama kaya temenku yang lain, bunda. Temenku pulang sampe tengah malem gak ada tuh ceritanya mereka kena marah? Terus kenapa aku harus pulang di bawah jam sepuluh malem? Bunda gak percaya sama aku kalau Jendral anak bunda bisa jaga diri? "

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang