BAGIAN 26. [HARAPAN?]

3.5K 456 8
                                    

°°°

Mungkin untuk beberapa waktu kedepan, mama harus menutup usaha baksonya dahulu. Ia tidak ingin tertinggal kabar tentang Jeffin di rumah sakit sana. Wanita itu takut jika nanti ada hal yang tidak ia ketahui dan takutkan malah terjadi.

Sejak pagi tadi ia sudah berada di halte bus untuk menunggu sebuah bus datang menjemputnya. Pikirannya terpenuhi dengan si sulung dan juga keadaannya.

Sedangkan di lain tempat, Nana yang masih merasakan tubuhnya yang bergetar karena kedinginan tersebut, hanya bisa meringkuk diatas ranjangnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya sebatas dada.

Mungkin untuk hari ini ia tidak dapat pergi kesekolah. Masalahnya, untuk sekedar bangun dari ranjang saja dirinya sudah tidak mampu melakukannya. Tidak apa untuk hari ini ia di alpa karena tidak membuat keterangan mengapa dirinya tidak kesekolah. Nana bahkan lupa dimana terakhir kali ia menaruh benda pipih nya tersebut.

Kedua matanya terpejam, namun mulut dan tubuhnya terus bergetar karena saking dinginnya udara yang ia rasakan.

Tidak ada yang merawatnya. Pemuda itu melakukan semuanya sendiri diatas ranjang tanpa bantuan seseorang sama sekali. Suhu tubuhnya semakin naik, dari semalam saja rasanya sangat berbeda.

Disaat seperti ini, tentu saja dirinya butuh seseorang untuk merawat tubuhnya karena ia sendiri tidak mampu melakukan hal tersebut. Namun mau bagaimana lagi, dirumah sama sekali tidak ada orang yang berada ditempat ini. Semuanya sepi, bahkan sejak semalam saja Nana tidak melihat sosok ayahnya didalam rumah ini.

Pusing, sakit, dingin, semuanya menyatu di tubuhnya. Ia rindu Jeffin, Nana rindu kakaknya ketika dulu selalu merawat nya jika tengah terjadi sesuatu. Namun berbeda dengan sekarang. Pemuda itu sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan perhatian abangnya lagi.

Akhir-akhir ini dirinya begitu jauh dengan keluarga. Entah perasaannya saja atau memang benar feeling-nya.


°°°


"Gak tau, dari tadi gue gak liat tu anak. "

Jendral menghela napas panjang, lelaki itu kemudian mengambil duduk ditempat yang selalu ia gunakan untuk belajar.

Disampingnya terdapat sebuah kursi kosong, tentu saja penghuninya mungkin belum datang hingga saat ini. Entahlah, padahal sebentar lagi bel masuk sudah akan terdengar. Namun lelaki itu sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Nana ditempat ini.

"Kemana dia? Udah mau setengah delapan juga, malah belum dateng. " Gumamnya sambil melihat kearah jam dinding yang berdetak di atas papan tulis.

Pemuda itu kemudian mengecek ponsel miliknya yang berada didalam saku. Ia mencoba untuk menelpon Nana saat ini. Siapa tahu temannya itu masih tidur di jam yang sudah hampir menunjukkan waktu pelajaran mulai.

Maulana

Na|
Lo dimana? Udh mau bel|
07.26

Di roomchat nya hanya terlihat centang satu abu-abu yang menandakan jika ponsel temannya itu tengah tidak aktif. Jendral masih berusaha untuk berpikir positif jika saat ini mungkin temannya itu tengah lupa untuk mengaktifkan ponselnya. Tidak mungkin Nana alpa hari ini. Mau sakit sekalipun, bahkan sama sekali tidak ada surat keterangan darinya.

"Lo... Beneran gak berangkat? " Gumamnya tanpa menoleh ke arah lain.


°°°


Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang