BAGIAN. 49 [KEMANA?]

3.7K 432 3
                                    

°°°

Dua hari telah berlalu, namun entah mengapa teman sebangkunya sama sekali tak pernah berangkat ke sekolah untuk mencari ilmu. Akhir-akhir ini ia jarang sekali berkomunikasi hanya sekedar lewat ponsel saja. Bahkan dua harian ini tidak pernah sama sekali.

Mungkin temannya itu tengah jatuh sakit, sehingga ia tidak sanggup untuk berangkat sekolah. Seperti yang telah terjadi, tiga hari yang lalu Nana hampir pingsan karena sakit diperutnya. Waktu itu temannya tersebut meminta dirinya untuk mengantarkannya pulang. Mungkin Nana hari ini tengah jatuh sakit.

Di jam istirahat seperti ini, biasanya Jendral memilih untuk pergi ke kelas sebelah menemui temannya disana. Namun entah mengapa kali ini dirinya merasakan rasa malas hanya untuk sekedar melangkahkan kedua kakinya saja.

Jendral membuka ponsel yang semula berada disakunya. Ia mencari sebuah roomchat milik Nana untuk meminta penjelasan apakah temannya itu memang benar tengah sakit atau tidak.

Jika memang Nana sakit, seharusnya ia memberikan surat izin kepada sang wali kelas agar semuanya jelas. Tidak seperti ini, dua harian ini rasanya temannya itu seperti menghilang ditelan bumi.

Dua hari ini juga Nana terpaksa harus alpha untuk ketiga kalinya selama seminggu ini. Entah sebenarnya apa yang tengah terjadi. Jika saja sampai besok Senin temannya itu masih tak berangkat sekolah, mungkin Nana akan melewatkan ujian pertamanya.

Jendral melihat jam terakhir dilihat dari temannya itu. Sudah dua hari ini juga ponsel itu hampir tak pernah dibuka.





Maulana Nana

Na, lo dimana? |
10.24




Centang satu abu-abu terlihat jelas dilayar ponselnya. Separah apakah temannya itu sakit? Mungkin nanti sepulang sekolah ia harus menjenguk dan melihat keadaan Nana dirumahnya. Entah mengapa rasanya tidak begitu tenang kali ini.

Mau bagaimana pun hari ini adalah latihan ujian untuk Senin besok. Dan tentu saja hal itu tak akan pernah Nana sia-sia kan karena terdapat nilai tambahan disetiap kertas yang telah dinilai.

Biasanya dulu temannya itu yang sangat bersemangat untuk mencari nilai tambahan, namun entah mengapa hari ini sangat berbeda.

Terlebih lagi ketika Jendral mengingat cairan merah yang seringkali keluar dari hidung sahabatnya, membuatnya berpikir untuk yang kesekian kalinya jika memang Nana saat ini tengah tidak baik-baik saja.







°°°






Hari kedua yang melelahkan, membuat Nana berkali-kali harus buka tutup sebuah botol yang tengah ia bawa itu. Botol minuman air putih yang sama disaat ia pergi dari rumah.

Entah dimana pergi sang kakak rekan kerjanya, mungkin tengah mencari tempat yang lebih baik untuk berjualan. Nana tak berani untuk pergi jauh dari tempat ini, bagaiman pun ia juga sedikit tak tahu mengenai daerah yang tengah dipijaknya saat ini.

Beberapa minuman yang terdapat didalam botol beserta makanan ringan lainnya itu berada di gendongan depannya. Cukup melelahkan, belum lagi dengan peluh keringat yang bercucuran dan juga wajah yang sudah memerah akibat paparan sinar matahari.

Tak apa, setelah ini ia pasti akan pergi untuk mengobati ruam merah diwajahnya. Mengingat penghasilannya yang mungkin bisa ia gunakan untuk membeli obat dan juga makanan untuk mengganjal perutnya.

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang