BAGIAN 25. [LELAH]

4.1K 457 13
                                    

°°°

Entah mengapa rasa ditenggorokannya semakin sakit. Pemuda yang tengah menghabiskan kuah mi nya tersebut kemudian segera mengambil air putih yang berada diatas meja makan.

Tanpa mempedulikan banyak air yang bertumpahan di bajunya, ia langsung meneguk kasar minuman air putih yang berada didalam gelas tersebut.

Rasa sakit itu semakin menyiksa, belum lagi dengan perut dan kepalanya juga yang semakin merasakan sakit. Ia menggelengkan kepalanya berusaha untuk memulihkan pandangannya yang berkunang-kunang.

Nana memukuli dadanya berusaha untuk mengurangi rasa sakit, walaupun hal itu sama sekali tidak terpengaruh dengan semua yang terjadi saat ini. Entah apa yang bisa ia lakukan disaat seperti ini. Ingin meminum obat saja Nana tidak tahu dan tidak mempunyai obat yang dapat meredakan rasa sakit seperti ini.

Bughk

Saking kerasnya ia memukuli dadanya hingga membuat tenggorokan nya semakin bermasalah. Rasa sakit itu bukannya menghilang kini malah bertambah parah. Pemuda itu terus mencoba untuk menormalkan keadaan, walaupun sama sekali tidak ada hasil yang memuaskan.

"Uhuk... Uhuk..." Suara batuk itu terdengar cukup keras diruangan ini. Ia tidak bisa berteriak untuk meminta bantuan. Mau menghubungi siapa pun pemuda itu tidak bisa. Terpaksa ia harus menahan rasa sakit ini sendirian tanpa bantuan obat maupun benda-benda lainnya.

Nana terus memukuli dadanya yang terasa sakit. Hingga dirinya tidak menyadari jika kini mulutnya yang tengah batuk tersebut berhasil mengeluarkan darah segar. Noda merah itu keluar disertai dengan iringan suara batuk yang semakin membuat telinga sakit untuk sesiapapun yang mendengarnya.

Disaat seperti ini ia tidak tahu apa yang ingin dilakukan. Hanya menepuk keras dadanya saja, itu yang bisa ia lakukan saat ini. Walaupun tidak membuahkan hasil sama sekali.

Karena tak kunjung berhenti, Nana mencoba untuk  mengambil air putih yang masih berada didalam gelas tersebut. Ia meneguk habis minumannya karena tidak dapat menahan rasa sakit ini lagi, walau sama sekali tidak mengurangi rasa yang kini ia alami.

Pandangannya semakin memburam. Pemuda itu sudah tidak dapat menahan semuanya. Kesadarannya sudah berhasil direnggut saat ini juga, Nana sudah tidak dapat menahan semuanya yang kini ia rasakan. Lelaki itu memilih untuk menyerah, mau meminta bantuan siapapun pasti tidak akan ada yang mendengarkannya.



°°°





"

Na, bangun! Jangan bikin Mama khawatir! "

Wanita itu terus menepuk kasar kedua pipi putranya. Bagaimana ia tidak terkejut ketika melihat anaknya yang sudah dalam keadaan seperti ini? Satu hal yang sangat Ira takutkan adalah jika putranya meminum racun hingga membuat keadaan Nana menjadi seperti ini.

Bercak darah di baju sang anak terlihat jelas, disertai dengan hidung yang terus mengeluarkan darah segarnya dari dalam.

Wanita itu menyentuh bagian kening sang anak. Rasa panas kini menjalar di punggung tangannya. Nana demam, itu yang bisa Ira tangkap saat ini.

Namun masih ada satu pertanyaan yang mengganjal dihatinya. Bagaimana bisa putranya itu dalam keadaan seperti ini? Tentu saja ia khawatir, takut jika hal yang tidak-tidak malah dilakukan oleh anaknya.

"Nanaa—"

"Maa..."
Suara lirih nan menyayat hati itu terdengar jelas ditelinga mama. Namun kedua mata si bungsu sama sekali belum terbuka, namun suaranya sudah dapat menjelaskan jika saat ini Nana tengah kedinginan di tempat seperti ini. Dari suhu tubuhnya yang sudah panas saja bisa Ira simpulkan.

Forgotten Nana [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang