"Buka pintunya sayang, Hahahaha. Atau kamu mau aku yang mendobraknya setelahnya memberikan hukuman padamu?" racau laki-laki yang berumur 20 tahun itu dengan menendang-nendang pintu didepannya dengan kencang."Kamu melihatnya, ya? Hahaha. KAMU MAU AKU MELAKUKANNYA JUGA PADAMU, HAH?! CEPATLAH BUKA PINTUNYA SEBELUM KESABARAN KU HABIS." Ditangan kanan laki-laki itu terdapat cambuk sedangkan ditangan kirinya terdapat belati.
"Apa salahnya menyukai anak kecil yang berumur 6 tahun? Aku juga nggak pernah merasakan perasaan ini kepada anak kecil lainnya, lagipula jarak kita cuma 14 tahun!" Dia terlihat mabuk berat, terus meracau tak terima karena dikatakan seorang pedofil.
BRAK... BRAK....
Dia terus mengetuk pintu itu dengan kasar setelahnya beralih mendobrak pintu itu.
"SIAL!!! AKU AKAN SEGERA MENEMUKANMU, KAIRA! SETELAHNYA AKU AKAN MENGIKAT KAMU DENGAN RANTAI AGAR KAMU TIDAK BISA MELARIKAN DIRI!"
******
"Kotak hijau? Apa isinya?" tanya anak perempuan yang berumur 8 tahun itu kepada wanita yang merupakan ibu angkatnya.
"Entahlah. Ibu harap kamu menyuruh Bi Clara untuk membukanya karena bisa saja isinya berbahaya, Ibu harus pergi. Jaga dirimu baik-baik." ucap wanita itu dengan lembut tak lupa mencium kening sang anak perempuan.
"Bye, Bu." Anak perempuan itu melambaikan tangannya, setelah sang ibu angkat tak terlihat lagi dalam pandangannya dia langsung berlari menuju kamarnya berniat membuka kotak hijau yang tadi ditemuinya di taman rumah mereka.
"ARRGHHH!! SIALAN!" umpatnya saat melihat isi kotak itu.
******
Bau anyir darah yang begitu menyengat, tulang-belulang manusia yang berserakan, alat-alat tajam yang menempel di dinding-dinding, serta beberapa kepala manusia yang juga di pajang di dinding merupakan pemandangan pertama yang menyambut Kaira saat menginjakkan kakinya di sana.
Situasi dimana dia dihadapkan pada pilihan : membunuh lawan atau dibunuh lawan.
Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan menemukan seorang wanita yang kedua kakinya di pasung dengan kedua tangan yang di ikat dengan rantai dan punggungnya yang menempel ke tiang besi.
Saat jarak Kaira dan wanita itu hanya 5 meter, rantai-rantai serta pasung yang mengikat kedua kaki wanita itu terbuka secara otomatis yang sedikit membuat Kaira tersentak.
Iris mata Kaira beradu pandang dengan iris mata hitam kelam milik wanita itu, iris mata yang seolah memiliki banyak misteri yang bisa Kaira selami.
Iris mata tajam yang terlihat tak takut akan kematian.
Iris mata yang menatapnya penuh dengan kebencian namun terselip harapan.
Untuk sejenak Kaira terpaku. Wanita itu hanyalah Ibu Rumah Tangga yang jelas tak akan mau jika harus membunuh anak sekecil Kaira agar bisa terbebas darisana.
Wanita itu hanya terus berusaha agar terlihat kuat diantara ketakutan yang kian menderanya.
"Bebaskan aku darisini atau kamu akan mati!" Seru wanita itu.
"KAMU AKAN SANGAT MENYESAL KALAU MEMBUNUHKU! KAMU NGGAK HANYA AKAN MERASAKAN DI POSISIKU SAAT INI, TAPI KAMU JUGA AKAN MERASAKAN BERBAGAI MACAM PENDERITAAN. AKU JAMIN ITU!"
"DARIPADA KITA SALING MEMBUNUH, AYO KITA BEKERJA SAMA AGAR BISA KELUAR DARI TEMPAT BANGSAT INI!"
******
"Apa keinginan terbesar kamu?"
"Mati dengan tenang!"
******
"Kenapa kamu nggak mau punya teman?"
"Mereka merepotkan, berisik, dan bermuka dua."
******
"Kamu iri melihat mereka bisa bermain sedangkan kamu selalu berkutat dengan buku?" tanya wanita yang sudah berkepala dua itu dengan mengendikkan kedua bahunya bermaksud mengejek anak itu, Cherline.
"Saya tidak akan pernah iri dengan anak-anak bodoh itu tapi saya marah karena mereka menyia-nyiakan waktu mereka, lebih baik saya membaca buku daripada melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat sama sekali," ucap anak perempuan yang berumur 10 tahun itu dengan remeh.
Wanita disebelahnya hanya menganggukkan kepalanya dan kini tatapan mata keduanya mengarah ke arah anak-anak yang seumuran dengan anak perempuan itu yang tengah tertawa bahagia.
"Apa menurutmu mereka tidak pantas hidup di dunia ini? Kalau kamu mau aku bisa membunuh mereka. Jujur saja aku benci melihat mereka bisa bahagia sedangkan aku dulu malah merasakan penderitaan, bahkan hingga saat ini aku juga belum merasakan yang namanya kebahagiaan," curhat sang wanita, anak perempuan itu menoleh sejenak setelah itu mengalihkan pandangannya ke depan kembali.
"Anda gila! Harusnya anda bahagia jika mereka bahagia dan tak merasakan penderitaan seperti yang sebelumnya anda rasakan bukan malah sebaliknya," ucap sang anak perempuan dengan sinis, perkataannya sangat tak sesuai dengan isi hatinya.
"Nggak usah munafik! Aku tahu kamu juga merasakan seperti yang kurasakan, kamu bukan marah karena mereka menyia-nyiakan waktu tapi karena mereka yang bahagia," ucap sang wanita dengan santai
"Anda terlalu berisik! Sudah saya bilang saya tidak iri dengan mereka! Apa tujuan anda sebenarnya? Daripada mereka, saya lebih ingin anda lenyap di dunia ini," ketus anak perempuan itu yang tahu sang wanita disebelahnya itu berusaha terus mengulik hal tentangnya. Tapi dia tahu itu bukanlah tujuan utama wanita itu.
"Jadilah anakku! Aku lebih bisa menjamin hidupmu hingga 100 tahun ke depan daripada Stevanna. Kamu tahu bukan pekerjaan ibumu itu apa? Menjadi jalang!" ucap sang wanita.
******
"Hahaha, rupanya kamu bersembunyi disini! Aku sudah menemukanmu, sayang. Jadi, apakah kamu sudah siap untuk mati?" Laki-laki yang berumur 25 tahun itu menyunggingkan senyuman miring.
Tertawa bahagia saat berhasil menemukan anak perempuan yang terlihat sangat ketakutan karena melihat laki-laki itu. Baju putih yang dipakai laki-laki itu nyaris berubah warna menjadi merah, keningnya terluka parah dengan darah yang terus mengalir hingga bawah dagunya, dengan 5 giginya yang copot sehingga membuat mulutnya mengeluarkan banyak darah, ditangan kanannya terdapat sebuah suntikkan dengan tangan kirinya yang memegang pisau tajam. Dia babak belur, bahkan satu matanya tak bisa dibuka karena ditusuk dengan jarum oleh anak perempuan itu.
Laki-laki itu berniat melakukan operasi bedah pada anak perempuan itu, operasi yang dilarang karena anak perempuan itu masih berusia dini. Laki-laki itu berniat transplantasi ginjal dan hatinya kepada adik perempuannya.
"Kamu tahu Aira? Aku sudah menyukaimu sewaktu kamu berumur 5 tahun!" ucap laki-laki itu.
Menyukai anak kandung sendiri? Kurang gila apalagi laki-laki itu?!
▫️
▫️
▫️
▫️
▫️TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAIRAKIARA [ON-GOING]
Romance𝐊𝐚𝐢𝐫𝐚 𝗯𝗲𝗻𝗰𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗺, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗔𝗶𝗿𝗮 𝗷𝘂𝘀𝘁𝗿𝘂 𝗺𝗲𝗻𝘆𝘂𝗸𝗮𝗶 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗺. 𝗔𝗶𝗿𝗮 𝘁𝗮𝗸𝘂𝘁 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗩𝗮𝗻𝗶𝗹𝗶𝗮 𝗷𝘂𝘀𝘁𝗿𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻. Bukankah it...