PART 9

99 106 20
                                    


"Hai, Ra?"

Sapaan Kaira memang terdengar hangat dan bersahabat, tapi bagi Aira yang tak akan bisa menganggap musuhnya merupakan rekannya -- itu terdengar seperti sapaan yang penuh ejekan.

Kaira yang sialan!

Dia yang memenjarakan Aira tapi dia juga yang membebaskan Aira!

Hahaha, dan itu seperti lelucon bagi Aira.

Terlebih lagi gadis itu juga butuh bantuannya, yang notebennya merupakan musuhnya.

Rasanya Aira ingin meneriakkannya di depan wajah Ayahnya bahwa gadis itu membutuhkan bantuannya, mengejek Ayahnya habis-habisan, menyumpah serapahi Ayahnya yang sangat sialan itu, bahkan kalau bisa dia ingin kembali ke masa lalu kemudian melawan Ayahnya atau minimal memukul kepalanya dengan sepatunya.

Tapi sayangnya, Pria itu sudah mati 5 tahun yang lalu.

Dan sialannya, bukan Aira yang membunuhnya.

PADAHAL AIRA SUDAH MENANAMKAN PEMIKIRAN BAHWASANYA DIA AKAN MEMBUNUH AYAHNYA ITU DENGAN SADIS, SAAT DIA SUDAH BERUMUR 18 TAHUN.

Dia tak peduli harus masuk penjara sekalipun, setidaknya dia akan puas karena sudah melampiaskan kebenciannya terhadap Ayahnya itu yang telah dia tahan selama 8 tahun terhitung hingga sekarang dan dimulai dari dia berumur 10 tahun, kelas 4 SD.

Dia dulu pernah diasingkan ke luar negeri tepatnya di kota New York, dia pindah ke sana waktu dia baru masuk kelas 6 SD dan kembali lagi ke Indonesia setelah 2 tahun tinggal di sana dan bersekolah disana.

2 tahun waktu yang tak lama namun menyisahkan perasaan benci dan merupakan salah satu hal yang membuat Aira berubah, terlebih lagi saat dia kembali ke negara asalnya yakni Indonesia -- hal pertama yang menyambutnya adalah wajah orang yang paling dia benci yang untungnya hanya setahun satu atap dengannya karena pria itu mati bunuh diri.

Jujur saja Aira bahagia, tapi dia tak suka saat Ibunya harus bersedih karena kematian pria sialan itu yang sayangnya adalah ayah kandungnya.

Ibunya itu terlalu cinta dengan ayahnya yang gila. Dan bagi Aira, ibunya itu sangatlah bodoh.

"Nggak usah sok ramah sama gue!"

Uhh, Aira yang pemarah.

"Galaknya. Padahal gue cuma nyapa," ucap Kaira yang terdengar sangat menyebalkan ditelinga Aira.

Gelar Buronan kini melekat di diri Aira, setelah insiden melarikan diri dari penjara dengan bantuan Kaira dan Max yang memanipulasi sistem yang ada disana yang juga membukakan pintu penjara secara otomatis hingga membuat beberapa tahanan yang satu sel dengan Aira juga bisa ikut melarikan diri. Aira jelas tak menyukai situasi seperti ini, harusnya setelah kematian pria sialan itu, dia bisa leluasa akan hidupnya!

Bahkan kini dia harus menuruti perintah-perintah Kaira. Karena dia tak mau mati.

"Gue butuh Lo buat jadi mata-mata gue. Lo harus sekolah lagi tapi dengan mengubah identitas, penampilan sama sedikit wajah Lo dengan operasi plastik,"

"Lo deketin orang yang akan jadi anak baru, namanya Vanilia,"

******

5 hari setelahnya, benar-benar ada anak baru namanya Vanilia Stefanca. Satu kelas dengan Kaira dan Aira.

X11.IPA 1.

Tapi tampaknya, gadis itu memiliki hubungan dengan Elraga Stephenson, anak dari kakak Seano yang juga lebih tua 5 tahun dari Stevanna dan Seano. 

Raga juga pernah menyukai Kaira.

"Ya, Bu. Saya butuh sumbangan dana secepatnya karena nenek saya menderita kanker yang harus segara di operasi. Saya butuh dana secepatnya supaya nenek saya bisa segera mendapat penanganan,"

"Tapi sayangnya, orang-orang kaya disini tidak ada yang mau membantu orang miskin ini,"

Kaira yang melihat pertunjukkan di depannya yang sudah dia pahami alurnya itu hanya bersedekap di depan dada dengan malas.

"Sekolah kita bukan yayasan pundi amal, dan meminta bantuan ke orang lain sedangkan keluarganya sendiri bisa melakukannya jelas bisa dikatakan beban,"

"Vanilia, Lo jelas bukan berasal dari keluarga yang miskin karena Lo bersekolah di sekolah ini bukan dengan jalur Beasiswa,"

"Dan Raga. Cara Lo mendekati orang terlalu menyebalkan."

Vanilia mendelik sinis ke arah Kaira, tampak tak suka karena gadis itu yang menurutnya lancang.

"Kalau bisa nyusahin orang lain kenapa nggak?" ucap Vanilia dengan sinis.

"Itu artinya Lo beban," ucap Kaira dengan santai, tak memperdulikan kekesalan gadis itu.

"Kalau gue beban, urusannya di Lo apa? Lo dirugikan? Nggak usah ikut campur! Lo itu nggak di ajak," ucap Vanilia masih dengan nada sinis.

Kaira mengangkat sebelah alisnya, "Gue rasa Lo nggak perlu semarah itu karena gue juga cuma mengingatkan,"

"Sialan!" umpat Vanilia yang dibalas Kaira dengan mengendikkan bahunya acuh, mengambil tasnya lalu berdiri dari duduknya.

"Gue mau anak baru itu di pindahin di kelas lain atau gue nggak akan pernah masuk di setiap mata pelajaran," ucap Kaira kepada wali kelasnya setelahnya pergi darisana menyisahkan kelas yang menjadi hening karena kepergian Kaira.

"Saya nggak mau pindah! Kalau mau mindahin kelas saya, silahkan konsultasikan sama orangtua saya,"

Mau dapat rangking 1, Heh?!

Dia pikir dia bisa mengalahkan Kaira?

Dia hanya akan bisa mendapat rangking 1 apabila Kaira mau mengalah.


TBC.

AKAN DIPUBLISH JUGA CERITA VANILIA-RAGA YANG BERJUDUL : AYO, MATI!

KAIRAKIARA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang