SIALAN!INI GILA!
MASA IYA AIRA HARUS HAMIL ANAK JOVAN?!
HEII!!! DIA TAK MAU MEMPERTARUHKAN MASA DEPANNYA HANYA DEMI ANCAMAN SEORANG KAIRA.
TAPI, KATA TEMAN TANTENYA, MEMPUNYAI ANAK ITU MENYENANGKAN. YANG BERHASIL MEMBUAT AIRA SEDIKIT PENASARAN.
Seseorang tolong bantu Aira.
Kaira yang sialan.
KENAPA DIA SELALU BISA MEMBUAT AIRA MERASA SUSAH?!
Hidup di penjara selama puluhan tahun setidaknya lebih baik daripada hidup di bayang-bayang Kaira yang sangat gila.
Kaira, tak segan-segan membunuh orang yang menurutnya dapat membahayakan dia. Seperti Kiara, yang bedanya adalah Kaira tak segan-segan membunuh orang yang berpotensi membahayakan dia, sedangkan Kiara tak segan-segan membunuh orang yang dapat berpotensi merebut posisinya.
"Hahahaha. Apakah nggak ada saran yang lebih bagus?" tanya Aira syok.
Karena Aira yakin anaknya nanti akan terlantar, karena jujur saja dia tak bisa. Yang juga merupakan salah satu alasan mengapa dia menjadi pecinta sesama jenis.
Bagi Aira, anak bagi orangtua hanyalah beban.
Yang memiliki kerugian lebih besar daripada keuntungan.
Lagipula, Aira tak mau jika nanti anaknya akan mewarisi kegilaannya sepertinya yang mewarisi kegilaan Ayahnya.
"Gue nggak tahu, gue rasa saran itu yang paling masuk akal dan memiliki presentase keberhasilan hingga 85%. Ya walau resikonya, Lo akan dibenci Jovan dan akan banyak dihadapkan pada situasi yang membahayakan! Tapi nggak akan terjadi apa-apa kalau Lo bisa buat dia jatuh cinta sama Lo," ucap Vanilia.
Vanilia, gadis yang memiliki banyak beban yang terus dipikul di pundaknya.
Jujur saja gadis itu terlalu lelah dengan kehidupannya, mengakhiri hidupnya sendiri bukanlah cara yang mudah karena Daddy-nya jelas tak akan membiarkan itu semua terjadi.
Bukannya Vanilia tak pernah mencoba mengakhiri hidupnya, sering malah.
Yang paling parah adalah dia yang melompat dari Rooftop Rumah Sakit.
Dia hanya koma, tak mati.
Vanilia benci mengatakan, kenapa dia sangat sulit mati atau tak mati-mati! Sebanyak itukah dosanya sampai-sampai matipun pun susah?
Vanilia seolah memiliki banyak nyawa.
*****
"SIALAN LO KAIRA! GUE NGGAK NYANGKA CARA LO NYINGKIRIN LAWAN TERNYATA SANGATLAH MURAHAN!"
Aira mengamuk, mengacaukan Apartemen Kaira yang ternyata di dalamnya bukanlah Kaira.
Melainkan Max.
"Hm?" tanya Max dengan suara beratnya.
Aira tak menjawab, dia justru fokus pada perut sixpack milik Max. Dia tak terlihat salah tingkah seperti gadis-gadis pada umumnya karena Max yang hanya memakai handuk yang di lilitkan di pinggangnya.
"Kenapa Lo teriak-teriak kayak orang gila? Apa Kaira nggak ngasih tahu Lo kalau seminggu ini apartemennya gue tinggali?"
Aira hanya menjawab dengan gelengan kepala, tanpa berkata apa-apa dia hendak keluar dari apartemen Kaira yang kini ditinggali Max kalau saja tangannya tak ditahan laki-laki itu.
"Setelah ganggu kenyamanan gue, Lo mau pergi gitu aja?" sindir Max dengan sinis kepada Aira.
Gadis yang menurutnya terlalu berisik.
"Ya, apa lagi?"
Max mendengus kesal, "gue tahu saran Vanilia mungkin sedikit gila, tapi gue rasa itu adalah saran yang paling masuk akal." Laki-laki itu mengucapkan hal yang tak sesuai dengan isi pikirannya, "semuanya akan mudah kalau Lo bisa buat Jovan jatuh cinta atau benar-benar beralih dari Kiara. Bukan sekedar beralih karena terpaksa," lanjut Max lagi.
Orang gila atau bahkan orang bodoh mana yang rela mempertaruhkan masa depannya?
"Terus membiarkan masa depan gue hancur gitu aja?" tanya Aira dengan sinis.
"Siapa tahu ternyata Jovan bisa buat Lo normal? Mengubah persepsi Lo tentang makhluk yang berjulukan laki-laki? Menjadi penyemangat hidup Lo? Atau bahkan bisa buat Lo merasa bahagia lebih daripada saat bersama Charlotte?" ucap Max dengan penuh pertanyaan.
Aira, terus terpaku pada masa lalunya tanpa berani melangkah. Membiarkan dia terus gila karena trauma yang kian menghantuinya. Menjadikan dia sebagai sosok yang tak pernah di inginkan olehnya.
Aira gila karena traumanya, masa lalu kelamnya, orang-orang terdekatnya serta orang yang dicintainya.
Hingga berhasil memunculkan sisi lain di dalam dirinya, sisi lain yang sering mengambil alih atas kendali dirinya sendiri apabila dia tak bisa mengendalikan ketakutannya.
Yang juga dapat melukai dirinya sendiri serta orang-orang disekitarnya.
Aira sadar, tahu ataupun ingat dengan apa yang dilakukan oleh sisi lain di dalam dirinya, tapi dia tak dapat mencegahnya.
Aira setuju dengan pendapat Max perihal orang yang memiliki masa lalu kelam harusnya memiliki trauma ataupun sisi gila atau bahkan keduanya.
*****
"Maksud Lo ngorbanin masa depan gue karena dendam Lo, Hah?!" bentak Aira dengan penuh emosi.
Kaira hanya mengendikkan bahunya dengan acuh, yang membuat Aira merasa semakin emosi.
Kaira itu egois, hanya memikirkan dirinya sendiri.
Dia tak pernah peduli dengan siapapun yang harus tersakiti hanya demi sebuah ambisi.
"Gue berani jamin kalau masa depan Lo nggak akan hancur,"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAIRAKIARA [ON-GOING]
Romance𝐊𝐚𝐢𝐫𝐚 𝗯𝗲𝗻𝗰𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗺, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗔𝗶𝗿𝗮 𝗷𝘂𝘀𝘁𝗿𝘂 𝗺𝗲𝗻𝘆𝘂𝗸𝗮𝗶 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗺. 𝗔𝗶𝗿𝗮 𝘁𝗮𝗸𝘂𝘁 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻, 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗩𝗮𝗻𝗶𝗹𝗶𝗮 𝗷𝘂𝘀𝘁𝗿𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘁𝗶𝗮𝗻. Bukankah it...