PROLOG

220 35 42
                                    

Hana sedang berdiri di tengah keramaian manusia yang hendak menaiki kereta api.

"Rin, apa kamu nggak bisa lebih cepat?" ucap Hana yang sedang melipat kedua tangan di depan dada sambil menunggu Arin berjalan ke arahnya.

"Sabar, Han. Kamu nggak lihat aku lagi berjalan menarik koper?"

"Sabar, sabar! Kamu yang lambat. Nanti kita bisa ketinggalan kereta," gerutu Hana.

"Nyatanya enggak kan." Arin sampai di tempat Hana berdiri.

Kemudian kedua gadis itu berjalan ke gerbong kereta api. Ramainya penumpang membuat mereka harus sedikit bersabar menunggu giliran untuk bisa duduk. Beberapa menit kemudian Arin dan Hana sudah berada di tempat duduk lalu tak selang berapa lama kereta pun berangkat.

"Rin, dari Yogyakarta ke Tasikmalaya berapa jam?" Tanya Hana sambil memeluk tas hitam berisi laptop dan barang berharga lainnya.

"Sekitar 5 Jam," jawab Arin melihat pemandangan dari kaca jendela.

"Okey. Bangunin aku kalau udah nyampe ya. Mau tidur dulu." Hana memasang penutup mata berbahan kain dengan motif bunga, lalu bersandar di bahu kiri temannya.

"Serius mau tidur? Kamu mau melewatkan pemandangan yang indah ini?"

"Rekam aja di handphone-mu, nanti aku bisa melihat pemandangan indah itu."

"Tapi melihat dengan mata sendiri lebih menyenangkan, Han."

"Apa perlu aku berikan mataku padamu? Aku beneran ngantuk."

"Hehe. Oke, baiklah. Aku akan merekam pemandangan indah ini untukmu. Tidurlah."

Arin dan Hana sedang menuju tempat magang yang direkomendasikan oleh senior Arin. Sebuah desa yang berada di tepi pantai. Mendengar kata pantai, Arin bersemangat untuk magang di tempat itu. Pikirnya bisa magang sambil liburan.

Agar tak merasa bosan selama perjalanan. Arin mengambil earphone dan memutar lagu-lagu barat favoritnya.
~

"Han, ayo bangun. Kita sudah sampai." Arin menarik penutup mata temannya itu.

Hana pun kembali dari dunia mimpi. Dia mengusap wajah dengan tangan kanan berusaha menghilangkan rasa kantuknya.

"Ayo bergegas! Nanti kita bisa ketinggalan bus."

"Hah, bus? Bukankah kamu bilang kita sudah sampai?" ujar Hana, kaget.

"Iya, kita sudah sampai di Stasiun Tasikmalaya. Dari sini kita harus segera menuju Terminal Tasikmalaya. Kemudian naik bus menuju Desa Kertasari."

"Dari terminal Tasikmalaya ke Desa Kertasari berapa jam?"

"Kira-kira empat jam. Bersabarlah, sebentar lagi kita akan sampai dan bisa istirahat."

Arin dan Hana mengambil barang lalu melanjutkan perjalanan menuju terminal dengan taksi online.
Sesampai di terminal kedua gadis itu mengisi perut sebentar.

"Han, ayo makan dulu. Perjalanan kita masih panjang."

"Baiklah kapten. Perjalanan lima jam saja sudah cukup melelahkan bagiku. Apa tidak bisa pinjam pintu kemana saja, alatnya Doraemon agar kita bisa merebahkan badan?" keluh Hana.

"Jika pintu kemana saja beneran ada, pesawat, kereta api, bus, dan transportasi lainnya tidak akan laku lagi, Han. Jadi berhentilah berkhayal dan habiskan makananmu."

Setelah mengisi perut Arin dan Hana naik bus dan melanjutkan perjalanan menuju Desa Kertasari. Jalan menuju Desa itu seperti rollercoaster. Arin dan Hana memilih tidur agar tidak mual atau pun muntah selama perjalanan. Empat jam kemudian mereka sampai di tempat tujuan.

Sebelumnya Arin berpesan pada kernet untuk menurunkan mereka di Desa Kertasari yang biasa menjadi tempat magang mahasiswa.

Bang kernet menepuk pundak Arin.
"Kak, udah sampai di Desa Kertasari."

Arin langsung tersadar dan membangunkan temannya. Lalu mereka turun secara bergantian. Arin meminta bantuan kernet mengambil koper mereka yang berada di bagasi belakang bus.

"Alhamdulillah. Kita sampai, Han."

"Akhirnya bisa meluruskan kaki."

Arin minta di turunkan di Desa Kertasari tempat yang biasanya mahasiswa magang karena dia belum tahu lokasi atau pun rupa tempat yang mereka tuju.

"Ini beneran tempatnya? Apa kamu bercanda bawa aku ke tempat kayak gini? Pengen pulang," gerutu Hana.

"Han, bahkan kamu belum lihat isinya. Jangan mudah menilai dari luar. Ayo masuk agar kita bisa istirahat."

•••

Desa Kertasari tempat yang masih asri, dekat pula dengan pantai. Sepertinya magang di sini akan menyenangkan. Kisah Arin dan Hana pun, dimulai dari Desa Kertasari.


----------------
Hallo gaes.
Ini adalah tulisan pertamaku. Silakan kasih kritik dan saran setelah membaca cerita ini.
Terima kasih. Semoga kalian bahagia selalu. 🤗

Salam hangat. ❤️

Rika Shann

Kita Dalam Niskala                            (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang