3 - Tukang Gaduh

120 29 47
                                    

Halo Readers 👋🏻

Sebelum mulai baca.
Vote dulu yuk!
__________________

Dari sekian banyak anak magang yang Arin temui hanya dengan Arga pertemuan pertama diawali dengan tidak ramah.

Setelah briefing usai Arin duduk di teras ruang utama dengan meja bambu yang memanjang dan laptop di atasnya. Ketika sedang mengerjakan tugas magang, tiba-tiba Arga memukul wajah gadis itu dengan gulungan kertas yang ia pegang.

PLAK !

Arga memukul kepala Arin dengan pelan dengan maksud bercanda.

"Hei, sepertinya kau tidak senang kalau aku hidup tenang!" ujar Arin dengan nada kesal.

"Santai Rin. Aku hanya ingin mengetes apa kau masih bisa fokus atau tidak?" sahut Arga.

"Mengetes katamu! Arga, tolonglah jangan ganggu!"

"Kalau kau memang fokus, tentu tidak akan terganggu cuman karena sebuah kertas, kan?"

"Hah, cuman sebuah kertas? Ini bukan soal kertasnya Arga, tapi kau mengganggu!"

Melihat wajah kesal Arin, pria itu malah tersenyum bahagia. Dia tak bermaksud mengganggu, tapi mengusili Arin membuatnya malah makin penasaran dengan sosok gadis itu.

"Apa kau marah?"

"Ya enggak marah, cuman kesal saja."

Tiba-tiba Arga mengambil mouse yang berada di samping kanan Arin.
Kemudian dia berjalan masuk ke ruang utama sambil membawa gulungan kertas di tangan kanan dan mouse di tangan kiri.

"Argaaa!!!"

Kesabaran Arin setipis tisu dibagi empat terus kena air. Malah bertemu dengan Arga yang usil dan ngeselin.

"Arga, balikin mouse-ku!" teriak Arin.

Arin langsung menghampiri Arga yang berdiri di ruang utama.

"Arga, balikin! Kamu merusak mood orang aja! Kan aku mau bikin tugas."

Arga malah meletakkan mouse milikku Arin di atas rak buku yang paling tinggi.

"Nih, kalau mau ambil sendiri!"

"Ih, kan aku gak nyampe," Arin makin kesal.

Kemudian Arga mengembalikan mouse itu, lalu Arin kembali duduk di teras dengan perasaan kesal.

"Arga, apakah hobimu memang seunik ini? Suka ganggu orang. Kalau aku kesal, kamu akan bahagia?" Arin membatin.

Tak selang berapa lama Andre datang dan langsung duduk di samping Arin.

"Arin, kenapa cemberut gitu?"

"Tadi datang si tukang gaduh."

"Tukang gaduh? Siapa?"

"Si Arga! Kenapa dia suka sekali menggangguku?"

"Ganggu? Setahu aku dia begitu baik ke teman cewek yang lain. Mungkin dia suka sama kamu. Makanya dia begitu."

"Enggaklah. Dia begitu karena kurang kerjaan saja."

"Yaudah. Biar enggak badmood lagi, aku ada sesuatu buat kamu."

Kemudian Andre mengambil sesuatu dari dalam kantong celananya dan meletakkan benda itu di atas laptop meja bambu.

"Ini susu cokelat buat kamu. Mungkin dengan ini bisa sedikit membantu mengembalikan mood."

"Wah. Terima kasih Ndre," jawab Arin menggenggam susu kotak itu.

"By the way, kamu lagi ngerjain apa? Ada yang bisa aku bantu?"

"Ini tugas anak desain. Anak teknik mana bisa."

"Walaupun anak teknik. Tapi aku suka fotografi dan desain."

"Oh ya? Menurut kamu warna apa yang cocok untuk desain promosi yang ini?" ujar Arin menunjuk layar laptopnya.

Obrolan mereka pun berlanjut dari membahas warna yang cocok untuk desain promosi hingga membahas hal-hal apa yang Arin dan Andre sukai.

Andre itu sosok yang menyenangkan. Kalau ngobrol dengannya Arin merasa cocok dan nyambung. Apalagi dia juga menyukai desain dan fotografi. Berbeda dengan Arga, si tukang gaduh.

••••••

Ketika Arin mengerjakan tugas di teras ruang utama dia melihat Hana berjalan sambil membawa jus mangga.

"Mau kemana, Han?" Gadis itu berhenti di hadapan Arin.

"Mau ke rumah pohon. Ada janji sama Andre. Dia kan ngerti desain aku mau minta pendapatnya buat ngerjain tugasku."

"Oalah. Mau diskusi."

"Aku pergi dulu ya Rin. See you."

"See you."

Hana kembali melanjutkan langkahnya menuju rumah pohon.
Sesampai di tujuan dia memanggil Andre.

"Andre, Andre. Aku di bawah."

"Iya, Han. Kamu bisa naik tangga sambil bawa jus itu?"

"Iya, bisa Ndre."

Hana berusaha menaiki tangga yang terbuat dari susunan papan panjang yang menancap pada batang pohon dan Andre berusaha membantu Hana naik dengan cara mengulurkan tangannya.

"Untuk duduk di sini butuh effort ya?" Hana menghela napas.

"Tapi sesuai kan sama apa yang disuguhkan dari atas sini? Pemandangannya indah, udaranya menenangkan. Makanya aku ajak kamu diskusi di sini. Biar bisa menyegarkan pikiranmu," ujar Andre sambil merasakan angin yang mengembus wajahnya.

"Terima kasih udah ajak aku ke sini. Wajar aja kamu sering menghabiskan waktu di rumah pohon. Ternyata tempatnya memang seindah yang kamu deskripsikan."

Udara yang sejuk serta angin yang menyegarkan membuat Hana sejenak melupakan masalah masalah di pundaknya.

"Ndre, ini aku bawakan jus mangga."

"Wah, Terima kasih," ujar Andre, mengambil jus mangga dari genggaman gadis itu. "Jadi soal tugas magangmu rencananya mau bikin apa?"

"Rencananya aku mau bikin poster promosi teh."

"Hmm... Mau bikin poster promosi teh? Udah punya bahannya belum? Kalau belum aku mau bantu kamu buat motret produknya."

"Kamu beneran mau bantuin aku? Apa nggak ngerepotin?"

"Tenang Han. Anak teknik ini punya skill yang dibutuhkan anak desain. Aku bisa motret, aku juga bisa desain tapi belum sejago kamu," ujar Andre menepuk bahu kirinya.

Setelah diskusi dan menentukan konsep desain, konsep foto, dan menjadwalkan pemotretan produk. Hana mengajak Andre bermain ludo di ponselnya.

Sepanjang main ludo Hana banyak mengobrol dengan Andre. Benar kata  Arin kalau Andre itu orangnya baik dan menyenangkan. Wajar saja dia jadi idaman wanita di tempat magang ini.

To be continued

Kita Dalam Niskala                            (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang