5 - Menjadi Teman

79 24 32
                                    

Halo Readers 👋🏻

Sebelum mulai baca.
Vote dulu yuk!
__________________

Setelah kejadian di pantai sore itu Arga tak pernah lagi mengusik Arin.
Dia benar-benar menepati janjinya.

Arin memperhatikan kegiatan Arga hari ini. Dari pagi hingga sore dia tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Dia hanya berbicara ketika mendiskusikan tugas atau membahas hal yang penting. Dia juga menjauhi keramaian yang tidak berfaedah.

Manusia satu ini membuat Arin penasaran. Dia ingin mengenal Arga lebih dekat. Sepertinya bukan hal buruk jika berteman dekat dengan Arga.

Sore menjelang magrib Arin dan teman-teman yang lain bersiap-siap sholat berjamaah di mess. Kadang Arin dan Hana sholat di mesjid.

Kalau anak magang laki-laki biasanya sholat di mesjid karena mess mereka penuh dengan barang. Yang seharusnya satu kamar isi empat orang malah menjadi tempat barang untuk sepuluh orang. Bahkan banyak dari mereka yang tidur di ruang utama beralaskan tikar. Ada beberapa yang tidur dengan sleeping bag, selimut tipis, dan ada juga yang hanya dengan kain sarung.

Kesederhanaan inilah yang menjadi daya tarik mahasiswa memilih magang di sini. Sebenarnya tempat ini membatasi jumlah mahasiswa magang. Karena banyak peminat akhirnya tak dibatasi lagi.

Tapi sebelum mulai magang, mahasiswa diberi penjelasan bagaimana kondisi dan keadaan di sini. Tempat tidur terbatas sehingga anak magang disarankan membawa sleeping bag agar bisa tidur dengan nyaman.

Setelah sholat magrib, Arin, Hana, dan teman-teman yang lain bergegas pergi makan malam di warung. Arin melihat Arga sedang makan bersama Joe. Kemudian gadis itu melewati tempat duduk Arga. Dia kira Arga akan menjegal kakinya. Ternyata Arga beneran sudah insyaf menjadi manusia pengganggu.

Teman-teman Arin yang lain lebih dulu mengambil tempat duduk. Karena ramai Arin dan Hana kebingungan mencari tempat duduk. Tiba-tiba Arga memanggil Arin.

"Rin, ayo duduk di sini! Masih muat untuk dua orang."

Arga meminta Joe sedikit bergeser. Arga juga bergeser lalu Arin duduk di sampingnya dan Hana duduk di samping Joe.

Arin masih saja berburuk sangka bahwa Arga akan usil atau mengganggunya lagi. Tiba-tiba manusia ini berubah menjadi baik dan mau menolong Arin.

"Oh iya. Kan sekarang aku sudah jadi temannya. Wajar saja dia jadi baik," batin Arin.

Setelah makan malam semua anak magang bergegas menuju ruang utama karena evaluasi akan dimulai pukul delapan malam.

Kalau di sini terlambat adalah hal yang memalukan. Walaupun terlambat satu menit kamu akan jadi pusat perhatian.

Lima belas menit sebelum evaluasi dimulai anak magang sudah memenuhi ruang utama. Arin yang biasanya lalai dengan waktu, sering terlambat. Namun di sini benar-benar belajar menghargai waktu dan belajar disiplin.

Kak Alan memasuki ruang utama dan duduk menghadap anak magang. Di sini mereka tidak duduk di kursi melainkan di lantai beralaskan tikar.

Malam ini Kak Alan tidak langsung menodong mereka dengan pertanyaan, "Sudah ngapain aja hari ini?" Tapi beliau mengajak anak magang untuk mendengarkan ceritanya.

"Selamat malam adik-adik. Malam ini kakak akan menceritakan pengalaman kakak saat menjadi narasumber seminar di Kota Bandung. Kalian siap mendengarkannya?" tanya Kak Alan dengan penuh semangat.

"Siap kak," jawab anak magang dengan serentak.

"Beberapa waktu lalu Kakak ke Bandung mengisi acara. Saat sesi tanya jawab, biasanya kakak mengizinkan mereka untuk bertanya seputar tema yang sedang diangkat. Kali ini Kakak tidak meminta mereka bertanya tapi bercerita. Kakak melontarkan pertanyaan. Jika kamu ingin kembali pada masa lalu, hal apa yang ingin kamu perbaiki? Kemudian seorang mahasiswi mengangkat tangan dan ingin menjawab pertanyaan kakak."

"Halo kak, namaku Tania. Sebelumnya terima kasih sudah memberikan kesempatan untuk bercerita dan menjawab pertanyaan Kakak. Jika bisa mengulang waktu, aku ingin memperbaiki pola tidur dan pola hidup. Saat ini aku sakit tukak lambung karena habit buruk saat menjadi anak kos. Mungkin ini kelihatan sederhana kak tapi kebiasaan kita akan menentukan diri kita di masa depan. Sekarang aku benar-benar harus menebus kesalahan di masa lalu. Harus check up ke rumah sakit setiap sebulan sekali, harus minum obat tiap hari. Jika terlambat makan perutku rasanya seperti tertusuk. Kadang harus makan setiap tiga atau empat jam sekali. Biasanya orang normal makan tiga kali sehari tapi aku bisa empat sampai enam kali makan dalam sehari. Aku capek minum obat, capek bolak balik rumah sakit. Setelah dua tahun konsumsi obat dokter, kemudian aku beralih ke obat herbal. Dan hingga hari ini aku masih dalam masa pengobatan. Dari cerita singkat ini aku mau mengingatkan teman-teman untuk membiasakan habit baik, karena akan sangat berpengaruh di masa yang akan datang. Itu saja cerita dariku kak. Terima kasih atas kesempatannya."

"Nah, itu dia cerita dari Tania. Hal baik yang kita bisa petik dari ceritanya adalah pentingnya membiasakan habit baik. Hal kecil menurut kita tapi ternyata berdampak besar pada kehidupan. Siapa yang masih suka begadang? Yang jarang olahraga? Yang suka telat makan? Segera diubah ya habit buruknya agar tidak berdampak buruk pada kesehatanmu nanti.
Itu saja cerita malam ini. Mari kita lanjutkan evaluasi."

Cerita Kak Alan membuat sebagian dari mereka terdiam. Arin merasa tertampar karena hingga saat ini gadis itu masih membiasakan habit buruk. Masih suka begadang, sering makan terlambat, dan jarang berolahraga.

Kemudian evaluasi dimulai. Satu per satu perwakilan tim menyampaikan kegiatan yang sudah dilaksanakan hari ini. Setelah evaluasi selesai anak magang dibubarkan.

Namun seperti biasa setelah evaluasi selesai sebagian anak-anak magang tidak langsung kembali ke mess. Ada yang main game werewolf, ada yang baca buku di perpustakaan samping ruang utama, dan ada juga yang mengerjakan tugas magang.

Di ruang utama ada satu meja persegi berukuran 2x2 meter berwarna cokelat di dekat Kak Alan biasanya duduk. Arin meletakkan laptop di atas meja dan mulai mengerjakan tugas magang. Sejak dua hari yang lalu tenggorokannya terasa gatal dan sering batuk-batuk. Mungkin karena pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

Arga juga sedang mengerjakan tugas di meja yang sama dan duduk tepat di hadapan Arin. Arga mendengar Arin batuk-batuk lalu menoleh ke arah gadis itu.

"Kau udah minum obat, Rin?"

"Belum." Arin menggelengkan kepalanya.

Tiba-tiba Arga berdiri dari tempat duduknya lalu pergi ke luar. Beberapa menit kemudian Arga pun kembali.

"Nih, obat batuk dan air mineral buat kau." Arga memberikan obat dan air mineral.

Arin terkaget-kaget melihat Arga dengan sigap pergi membelikan obat dan satu liter air mineral untuknya. Arga sengaja membelikan air ukuran besar untuk stok air minum Arin di malam hari. Karena di mess perempuan tidak ada dapur. Jadi harus sediakan minum sendiri.

"Terima kasih banyak Arga." Arin meminum obat batuk yang Arga belikan. Tak selang berapa lama Arin merasa tidak nyaman dengan batuk yang belum juga mereda. Kemudian dia memutuskan untuk kembali ke mess.

"Ga, aku balik duluan ya." Arin berdiri.

Arga juga ikut berdiri. "Ayo aku antar ke mess. Kau kan takut gelap." Arga mengambil handphone nya yang terletak di atas meja.

Sepanjang jalan dari ruang utama ke mess perempuan tidak ada bantuan penerangan, obor atau pun lampu jalan.

"Sekali lagi terima kasih Arga."

Pria itu berjalan di belakang Arin dan menerangi jalan Arin dengan senter handphone-nya.

Padahal sebelumnya Arga seperti Tom yang suka cari gara-gara. Namun sekarang dia menjelma menjadi malaikat penolong yang sigap hadir saat Arin butuh bantuan.

To be continued

----------------

Gimana ceritanya? Apa kamu suka? Jika di posisi Arin, apa kamu akan mau berteman dengan Arga?

Jangan lupa vote, comment dan follow ya..

Terima kasih ❤️❤️

Kita Dalam Niskala                            (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang