2 - Anak Magang

170 31 42
                                    

Halo Readers. 🖐️
Sebelum mulai baca. Vote dulu yuk.

Terima kasih.
_________________

Jika mendengar kata magang mungkin kamu akan membayangkan suasana magang di kantor ber AC, mengenakan pakaian formal nan rapi, lalu ditambah dengan kalung tali menjuntai yang berfungsi sebagai tanda pengenal, serta dengan aturan waktu kerja seperti karyawan pada umumnya. Datang pagi dan pulang sore.

Namun kisah magang ini akan sangat berbeda dengan kisah magang yang ada dalam imajinasimu.

•••••

"Adik-adik ayo bangun! Bergegaslah mandi dan siap-siap. Nanti berkumpul di ruang utama pukul delapan ya." Kak Sarah membangunkan anak magang dengan cara menghidupkan lampu kamar mereka.

Hana merenggut selimut Arin dan berusaha menarik temannya itu dari tempat tidur.

"Putri tidur, ayo bangun! Kita datang jauh-jauh ke tempat ini untuk magang, bukan untuk berpindah tempat tidur," celoteh Hana.

Karena penghuni mess ini ada banyak tentu harus antre mandi. Yang telat bangun akan mandi terakhir.

"Hei putri tidur, bergegaslah mandi! Aku akan menunggumu dan kita pergi bersama ke ruang utama."

Walaupun Hana memanggil Arin dengan nama ejekan itu, tapi dia tetap bersedia menunggu temannya. Ternyata teman-teman yang lain belum berangkat, kemudian mereka berjalan beriringan.

Ruang utama berada tepat di belakang mess anak perempuan, jaraknya pun tak begitu jauh. Hanya puluhan langkah pada jalan setapak yang masih tanah liat dengan pohon singkong di sebelah kanan dan pohon pisang di sebelah kiri.

Di ruang utama ada anak magang laki-laki dan juga Kak Alan. Beliau adalah pemilik tempat magang sekaligus pembimbing mereka selama magang.

"Adik-adik, ayo masuk! Silakan pilih ingin duduk di mana," ujar Kak Alan.

Arin dan teman-teman perempuan yang lain duduk berbanjar menghadap Kak Alan, melanjutkan barisan laki-laki. Kemudian Kak Alan memberikan penjelasan perihal magang.

"Selamat datang di Desa Kertasari. Selamat menjalankan kerja praktek/magang di sini. Untuk tugas, kalian sendiri yang akan menentukan mau melakukan apa.

Untuk sistem magang di sini. Setiap pukul delapan pagi kita akan briefing, berlangsung selama dua jam dan bertujuan untuk melaporkan kegiatan apa yang ingin kalian lakukan.

Kemudian setiap pukul delapan malam kita akan evaluasi, berlangsung selama dua jam dan bertujuan melaporkan rencana kegiatan yang sudah terlaksana atau melaporkan apa pun kegiatan yang sudah kalian lakukan di hari itu.

Yang terpenting itu bukan hasil tapi proses. Kakak harap kalian menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Silakan bermain tapi tidak main-main dalam melaksanakan tugas."

Setelah mendengar informasi dari Kak Alan. Anak magang dipersilakan untuk perkenalan.

"Halo. Nama saya Andre dan empat teman saya. Bagas, Rizky, Rahma dan Dira. Kami jurusan teknik mesin dari Kota Semarang."

"Halo. Nama saya Dinda dan ini teman saya Arga. Kami jurusan teknik elektro dari Kota Bandung."

"Halo. Nama saya Joe dan ini teman saya Rangga. Kami jurusan teknik listrik dari Kota Padang."

"Halo. Perkenalkan saya Ayu dan teman saya Nada. Kami jurusan teknologi pangan dari Kota Bogor."

"Halo. Nama saya Arin dan teman saya Hana. Kami jurusan desain grafis dari Kota Yogyakarta."

Di sini ada puluhan anak magang setelah semua memperkenalkan diri mereka pun dibubarkan. Satu per satu anak magang meninggalkan ruang utama.

Arin menghampiri teman baru yang sedang duduk di sudut ruangan.

"Halo Dinda, kenalin aku Arin." Mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan teman baru.

"Hai Arin. Yang anak desain itu ya? Karena cuman kalian anak desain jadi mudah diingat," jawab Dinda menerima jabat tangan Arin.

"Haha... Iya Din."

"Oh iya. Arin perkenalkan ini temanku namanya Arga."

"Halo Arga," sapa Arin dengan ramah.

"Kenapa magang di sini? Apakah tersesat? Kamu tahu kan kalau tempat ini mayoritas anak teknik? Bahkan hanya kamu dan temanmu yang berasal dari jurusan desain grafis," ketus Arga.

"Setahuku tidak ada larangan jurusan apa pun untuk magang di sini," balas Arin dengan nada serius.

Arga pun berdiri dan meninggalkan Arin dan Dinda. Baru kenal saja Arga terlihat tidak ramah. Bau-bau menyebalkan sudah tercium di awal.

"Biasanya Arga gak gitu. Tumben usil ke orang baru. Mungkin lagi caper."

"Kesan pertama saja udah nggak manis, akan sulit berteman dengan kesan yang nggak baik," ujar Arin.

"Jangan mudah menilai. Mungkin saja dia akan menjadi teman dekat yang selalu bisa kamu andalkan."

"Aku rasa sulit. Karena aku lebih menyukai orang yang ramah dan enak diajak diskusi. Btw, emang biasanya dia ramah?"

"Ramah dan nggak banyak basa-basi. Ya tumben tumbenan ketus kayak tadi. Mungkin Arga suka sama kamu, Rin."

"Orang kalau suka ditembak. Bukan diketusin."

Obrolan Arin dan Dinda diawali dengan membahas Arga. Tapi kenapa Arga bersikap seperti itu? Teman Arga saja kaget dengan sikapnya pada Arin. Apakah cinta pada pandangan pertama? Atau emang mau caper?

To be continued

---------------
Hallo gaes.
Ini adalah tulisan pertamaku. Silakan kasih kritik dan saran setelah membaca cerita ini.
Terima kasih. Semoga kalian bahagia selalu. 🤗

Salam hangat. ❤️

Rika Shann

Kita Dalam Niskala                            (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang