03# TRAUMA

711 47 0
                                    

Sejak saat itu kedua hubungan pasutri ini sedikit merenggang, Annur yang setiap berbicara sering menatap suaminya kini selalu menundukkan kepalanya saat di ajak berbincang dengan Arlan.

Arlan menghela nafas. Ia meraih tangan Annur mengusap lembut tangan tersebut.

"Maafin gua nur, gua gak seharusnya kayak gitu waktu itu."

Annur tersenyum kecut. "Gak papa kak ... Lagian Annur udah maafin kok, hm Annur bisa numpang sama kak Arlan?" jawab Annur yang masih menundukkan kepalanya.

"Mau ke mana?" tanya Arlan.

"Ke rumah bunda."

Arlan mengangguk mengiyakan perkataan Annur. Annur pun bergegas mengambil cadarnya di meja dan memakainya, Annur juga tak lupa membantu Arlan memasang dasinya.

"Yaudah ayo." ajak Arlan kembali meraih tangan Annur dan menggenggamnya.

"Iya." jawab singkat dari Annur.

Keduanya masuk ke dalam mobil dan melaju ke rumah mama Arlan yang Annur sebut dengan sebutan bunda.

Sesampainya di sana, Annur meraih tangan Arlan mengecup punggung tangan Arlan dan tak lupa memberi salam.

"Assalamualaikum." ujar Annur berlalu pergi.

"Waalaikum salam." jawab Arlan menatap punggung Annur yang semakin menjauh.

Entah kenapa gejolak kesal tiba-tiba datang dari diri Arlan, ia memukul setir dan mengusap kasar mukanya.

"Kenapa gua harus terlihat lemah di samping Annur! Kenapa?! Si*lan!" umpat Arlan menancamkan gas dan melajukan mobilnya.

_______________

Di sini lain. Annur duduk bersampingan dengan mama Arlan, Lina menggenggam tangan Annur.

"Kenapa sayang?" tanya Lina.

"Bunda Annur gak tau harus apa, kak Arlan kayak sakit pas dengar guntur." jelas Annur menundukkan kepalanya.

Lina tersentak, genggaman tangan pada Annur yang awalnya hangat seketika di lepas oleh Lina.

"Sayang ... kamu yang tenang ya, bunda bakal cerita."

Annur mengangguk masih dengan kepala yang menatap lantai.

"Dulu Arlan punya kakek, kakeknya itu papa dari papanya Arlan. saat sedang asik menemani Arlan bermain di taman tiba-tiba hujan di sertai guntur, Arlan yang ketakutan langsung berlari ke teras rumah meninggalkan kakeknya yang memakai tongkat besi itu. Suara guntur makin keras, Arlan memanggil kakeknya untuk segera berteduh namun petir langsung menyambar kakek Arlan yang menyebabnya langsung tewas di tempat."

"Dari dalam bunda denger suara tangisan Arlan, karna takut Arlan kenapa-kenapa bunda langsung keluar saat keluar bunda melihat kakek sudah berbaring dengan keadaan gosong. bunda juga langsung menutup mata Arlan, tapi Arlan tak berhenti menangis."

"Arlan gak tau harus berbuat apa saat itu, dan umur Arlan masih terbilang sangat kecil yaitu 6 tahun."

"Saat Arlan bertambah dewasa gejala traumanya makin menjadi mulai dari ngos-ngosan hingga berkeringat dingin, sampai sekarang."

Lina yang sudah selesai bercerita menatap kembali ke arah Annur yang sibuk mengusap air matanya.

"Annur kenapa nangis sayang." titah Lina cemas dan segera memeluk menantunya itu.

"B-bunda kasian kak Arlan, kakek juga kasian. hiks ..." tangis Annur pecah di dalam endapan Lina.

Angga yang baru datang langsung panik melihat menantunya menangis.

ANNURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang