07# SOSOK PENYAYANG ARLAN

495 48 2
                                    

Pukul 07 : 05

Arlan berbincang-bincang dengan ketiga sahabatnya saat salah satu perawat datang membanting pintu tepat di hadapan mereka.

Dengan nafas yang ngos-ngosan perawat itu memanggil nama Arlan Pratama.

Deg!
Jantung Arlan berdetak kencang sebelum ia mengangkat tangan.

"Saya, ada apa?" ujar Arlan.

"B-bu Lina butuh anda tuan," jawab perawat tersebut masih terbata-bata.

"Tunjukan jalannya."

Begitu lah percakapan singkat antara Arlan dan perawat tersebut kini semuanya bergegas menuju ruangan Lina, di sana terlihat semuanya ada di sana. Dari Angga, Herdi, Ajla serta Annur istri Arlan.

Arlan membungkuk sembunyi di balik dinding sebelum pintu masuk, terdengar semuanya sedang berbincang. Ketiga sahabatnya ini menghentikan perawat tersebut, setelah aba-aba dari Arlan yang terlihat dari matanya. Jefran mengangguk dan seketika Jefran membekam mulut perawat itu agar tak bersuara.

Semuanya kini tak beranjak masuk melainkan terdiam di balik tembok.

"Kenapa Lan?" ujar Prajurit.

"Syut, diam." seru Arlan dengan suara berbisik ia tak lupa meletakkan telunjuknya di bibir guna agar yang tak mendengar suaranya bisa mengerti.

"Nih perawatnya gimana Lan?" bisik Jefran.

"Lu urus sama si Kevin, gua sama Pra stay di sini." usul Arlan yang langsung di anggukin oleh keduanya.

"Hmpp! hmmpp!! to-"

"Diam lu!" sergah Jefran sembari membawa perawat itu menjauh.

Setelah semuanya aman, Arlan kembali mendengar jelas suara Lina sang ibu.

"Mama tau Arlan gak pingsan, dengan berita tiba-tiba koma ini pasti dia akan langsung datang." seru Lina kepada yang lain.

"Tapi bun-"

"Udah sayang ikutin aja kata-kata bundamu," sela Ajla menatap putrinya.

"Ma," panggil Arlan dari ambang pintu.

Lina terkejut begitu pula dengan yang lain, Arlan memasuki kamar inap tersebut yang di ikuti oleh Prajurit di belakangnya.

"Mama gak boleh bawa-bawa koma kek gini!" sentak Arlan. Wajahnya memerah menatap Lina, Prajurit mencoba menenangkan Arlan namun Arlan tetap tak ingin bernegosiasi.

"Arlan gak suka mama kek gini! gimana kalo beneran terjadi?"

"Lan, sabar Lan." ujar Prajurit kembali menenangkan sahabatnya itu.

"Gak bisa Pra, nyokap gua udah kelewatan."

"Arlan juga berencana kabarin kalo Arlan udah gak papa tapi dengan mama kek gini, seperti lebih bagus kalo Arlan gak siuman." sambung Arlan.

"Jangan begitu sayang," Lina beranjak dari ranjang dan ingin menghampiri putranya, namun Arlan mundur selangkah.

"Gak usah ke sini, Arlan mau pulang."

Setelah mengatakan itu Arlan berbalik hendak melangkahkan kakinya ke arah pintu, ia menatap Annur sekilas Annur melihat mata Arlan yang sayup yang menandakan ia kecewa. Semua orang bungkam termasuk Lina dan Angga.

"Arlan pamit ma."

"Om, tante pamit dulu." sambung Prajurit menyusul Arlan yang sudah melewati pintu.

Saat di lorong Prajurit menahan tangan Arlan menggunakan tangan kirinya.

ANNURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang