Dia Khansa Jovanka atau lebih sering disapa Ansa. Gadis kelas tiga SMA. Tahun-tahun terakhirnya, dia diwajibkan masuk dalam rengking sepuluh besar dikelas dan lulus. Kalau enggak semua koleksi album kpop dan poster miliknya di buang oleh sang Papah.
Mereka tinggal berdua, mamah sudah meninggal saat dia duduk di bangku menengah pertama. Selama bertahun-tahun Papahnya menduda, sampai beberapa kali, Papah bawa pulang janda beranak. Tetapi tidak ada yang benar-benar cocok untuknya. Karena ia gak mau punya adik dari seorang janda beranak. Dia menolak semua calon ibu baru yang Papah tawarkan.
Hanya kali ini gadis itu yang justru disuruh membawa seorang cowok kerumah. Papah udah berumur, dia nyuruh Ansa segera cari pacar dan menikah sebelum dia pensiun. Tetapi karena dia adalah jomblo akut alias gak laku, dia sendiri bingung harus bagaimana ditambah ancaman nilai gadis itu yang semakin hari ssmakin anjlok.
***
Gadis itu berdiri di depan gerbang menunggu temennya yang sedari tadi masih piket dikelas. Punggungnya bersandar di tiang trotoar sambil memainkan ponsel, melipat tangan.
TINNN!
Ansa terpengerah nyaris menjatuhkan ponsel. Suara klakson mobil itu tiba-tiba muncul mengangetkan dia.
"Kampret, untung hp gue kaga jatoh." umpatnya mengelus dada.
Tak lama, temen gadis itu akhirnya muncul dari dalam gerbang. Dia lari sambil melambaikan tangannya, memancarkan senyum kecapean dengab sedikit keringat di pelipis.
"Let's goo!" ia merangkul Ansa. Menarik diri melenggang.
Ansa mengangguk. Mereka berdua jalan kaki sampai halte nunggu bus. Saat sampai buss kebetulan tiba sekedatangan mereka. Buss melaju membawa mereka. Berhenti di hakte berikutnya. Kedua gadis itu turun, masuk kedalam salah satu kafe di kota Jakarta.
Ting!
Suara pintu kafe dibuka. Merek berdua duduk didekat jendela, lalu sahabatnya pamit memesan sementara ia hanya nitip karena menempati kursi sekaligus malas.
Gak lama dia kembali dateng sementara pesanannya masih dibuat. Mereka berdua berbincang kecil berbagai hal dengan diiringi musik jazz yang berasal dari kafe itu mengalun lega.
Pesanan datang. Mereka kembali ngobrol sambil sesekali kali membahas tugas dan sekolah.
"Ish, gue tuh kagak pinter! Kenapa bapak gue maksa gue masuk rengking deh.." jengah Ansa membantingkan kepala keatas meja.
Sahabatnya—Rabea—gadis yang duduk dihadapannya menggidik terkejut. "Yaa.. abisnya elo disuruh belajar nonton drakor mulu! Novel, drakor, novel, drakor! Gak ada habis-habisnya! Ngehalu mulu." timpalnya marah-marah meneguk Ice cappucino dengan topping Oreo.
Ansa menoleh kesal, tidak terima. "Oppa korea dan cogan-cogan Wattpad gue lebih ganteng daripada cowok di Dunia Nyata!" dia mencicit kesal dengan bibir cemburut.
"Kelulusan bentar lagi, Sa. Inget rapot lo banyak ramed nya," timpal Rabea.
Ansa berdecak kesal. "Gue mau cari sugar daddy dulu baru lulus," ia mengangkat kepala.
"Hah?"
Sambil menatap Rabea malas ia berkata, "Bapak gue kekeuh mau gue nikah sebelum dia pensiun. Tapi gue gak demen seumuran, gue suka nya Om-om!"
"Kebanyakan baca Wattpad nih bocah," tungkas Rabea menggeleng kepala heran. Menoyorkan kepala sang sahabat.
Pintu kafe kembali dibuka. Gadis menoleh kearah pintu yang berada dibelakang punggungnya. Seorang pria berjas rapi masuk. Sangat tampan dan mewah, hal itu berhasil membuat Ansa mencari pandangan kearah parkiran, menyelidik.
Pria yanh baru datang beberapa menit lalu itu ternyata turun dari mobil hitam yang terparkir didepan kafe. Sudah bisa dia tebak pria itu seorang pengusahawan muda. Setidaknya memiliki sabatan tinggi, mustahil bagi seorang karyawan biasa memiliki mobil dan barang-barang mewah demikian selain dia adalah putra dari pemilik perusahaan itu sendiri.
Ansa melirik kearah orang itu sambil menyipitkan mata, wajahnya ketutup kacamata hitam yang dia pakai. Sementara Rabsa menatap gadis itu kebingungan, aneh. Ia kemudian menarik atensi ikut melihat kearah pandangannya.
Pria itu menoleh merasakan sorotan mata gadis-gadis itu sedari tadi. Ya mereka lah. Alhasil kedua pandangan dia dan pria itu menyapa. Lama hingga Ansa tersadar dan kontan memberikan pelototan mata tidak suka. Jangan sampai pria ikut pikir dia sedang menatapnya.
"Apa lo?!" sunggut Ansa memancing ribut.
Pria itu terlihat keheranan melihatnya. Setelah mengambil pesanan, dia kemudian pergi keluar kafe dari sana begitu saja.
Keduanya ikut pulang setengah jam kemudian. Ansa dan Rabea pulang bareng karena satu arah naik bus. Tetapi saat berpas-pasan di parkiran, ia melihat ternyata mobil hitam milik pria tadi belum juga pergi dari sana.
Pria itu kembali turun dari mobil masih mengunakan kacamata hitam, dengan segelas kopi ditangannya dia masuk kedalam kemudian pergi untuk pesan sesuatu.
Cake red velvet dengan cream cheese. Pria itu tak sengaja menoleh kearah meja bekas gadis-gadis barusan yang pergi beberapa menit lalu. Dia kemudian menyipitkan mata penasaran saat melihat sebuah tag yang berisi sebuah photocard korea dengan hiasan-hiasan lucu.
Baru dia akan meletakkan kembali benda itu pesanannya sudah tiba. Mau tak mau pria itu menyimpannua dalam saku. Ia akan mengembalikannya suatu hari nanti.
Dia segera mengambil pesanannya dan membayar. Masuk kedalam mobil segera kembali ke kantor. Pria itu duduk di mejanya dia meletakan kopi dan cakenya di sebelah meja. Dia akhirnya kembali teringat sesuatu, kemudian mengeluarkan sebuah name tag yang dia temukan tadi.
"Apakah ini milik anda, nona kecil?" Gumam pria itu kemudian melepaskan kacamata nya.
***
PEMBACA YANG BAIK TIDAK AKAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK, YUK VOTE NYA DI TEKAN, GRATIS KOK!!
COMMEN SAAT MENEMUKAN TYPO!
SINI SPAM COMMEN KALIAN🐓
See you next time!..❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Om! Husband?!
Romance[END] "Jodoh gue itu sugar daddy. Om-om kaya berduit, gak ada modelan beban keluarga kayak gitu.." "Elehh.. emang ada om-om yang mau sama lo?" "Eh jangan salah. Gue cantik lhoo.." *** Khansa Jovanka, gadis yang duduk dikelas 12 SMA. Sang papah mende...