4 - Mata-mata

133 15 4
                                    

Tanpa sepengetahuan Haru, Glenn dan Beno tidak langsung pulang usai menurunkan Haru di drop point Sarinah yang letaknya ada di dekat Alun-alun kota Malang.

Dua lelaki bertubuh tinggi itu bersembunyi di antara baju, tembok, patung manekin dan dibalik orang-orang yang lalu lalang. Terlalu totalitas, mereka sampai bertingkah pura-pura menjadi pembeli agar Haru tidak mengetahui keberadaan mereka.

"Udah deh Ben kita pulang aja," bisik Glenn pada Beno yang sampai membeli kacamata hitam di penjual kacamata seharga tiga puluh ribuan agar memaksimalkan penyamarannya.

"Kita harus pastiin Haru baik-baik aja," ujar Beno.

Glenn mendengus kesal. "Anak udah segede pohon nangka gitu juga nggak usah terlalu diperhatiin," umpatnya sambil menatap sosok Haru yang kini berdiri di depan bioskop dengan anggunnya, menggunakan kemeja coklat dan rok wiru berwarna hitam sepanjang bawah lututnya. Rambutnnya tergerai rapi, wajahnya begitu memikat sehingga tidak heran banyak orang lalu lalang yang salah fokus padanya.

"Cowok macam apa nyuruh cewek nunggu belasan menit," protes Glenn tiba-tiba usai menyadari bahwa sahabatnya itu sudah berani berpacaran.

"Udah gitu Haru disuru naik angkot lagi," sahut Beno yang disetujui dengan anggukan kepala Glenn. "Tuh, tuh Lucas!" Beno mengarahkan kepala Glenn hingga Glenn bisa melihat jelas wajah Lucas walau sebenarnya ia sempat melihat Lucas di area kampus.

"Biasa aja, cakepan gue," kata Glenn dengan pedenya dibalik sosoknya yang cuek.

"Cakep gue sih sebenernya daripada lo, tapi si Nor kan seleranya emang ga bagus."

"Nor?" wajah Glenn bertanya-tanya.

"Iya Nor, Haruka Eleanor. Kita panggil Nor aja."

"Oh iya-iya." Glenn mengangguk tanda mengerti."

"Ya kan Lucas nggak cakep kan?" tanya Beno lagi.

"Iya juga dari dulu yang Nor taksir anak ingusan semua."

"Betul-betul."

Di depan bioskop, wajah Haru sangat berseri-seri. Aroma parfum Lucas mampu menaklukan hatinya yang sebenarnya sedikit kesal karena menunggu Lucas belasan menit sambil berdiri.

"Maaf ya lama, macet," ujar Lucas sambil tersenyum hangat, berbeda dengan sikap Lucas yang garang bagai bapak kos menagih hutang saat di kampus menjadi senior.

"Nggak lama kok, bang," jawab Haru dengan gugup.

Lucas merangkul pundak Haru sambil menggiringnya masuk ke dalam bioskop. "Yuk."

Jantung Haru semakin cepat berdetak, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menahan senyumnya agar tidak tampak begitu memalukan di depan Lucas.

Sedangkan di ujung sana, dua lelaki itu bukannya pergi malah mengikutinya masuk ke dalam bioskop.

"Ngapain kita masuk, Glenn?" ujar Beno tak mengerti jalan pikiran Glenn.

"Kata lo kita harus pastiin Haru baik-baik aja."

"Kata lo Haru udah segede pohon nangka," balas Beno.

"Gue curiga sama Lucas, dia belum apa-apa udah ngerangkul si Haru."

"Ya tapi lo nggak usah rangkul gue juga, kita kaya pasangan homo pea!" protes Beno lagi.

Glenn melepaskan rangkulan tangan Beno darinya. "Sori sengaja biar keliatan sweet."

Kedatangan Glenn dan Beno di bioskop menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Dengan polosnya mereka tidak sadar jika sedang berpakaian begitu santai.

Feel My Rhythm Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang