Air matanya terus menitik pada pipi putih tirusnya, matanya merah, hatinya begitu sakit terasa sesak.
Liam hanya bisa tersenyum terpaksa di depan para sahabat dan beberapa warga jalan Aster yang ikut mengantarnya ke Bandara Juanda Surabaya sore itu.
Haruka masih menggunakan pakaian hitam putih karena tadi siang baru rampung menyelesaikan sidang skripsinya. Gadis yang sudah berusia kepala dua itu sesenggukan berdiri di depan Liam, bersebelahan dengan Beno dan Oma.
Liam melepas topi hitam yang ia gunakan, ia memakaikan topinya pada kepala Haruka sembari sedikit membelai rambut panjang gadis itu.
"Liam," ucapnya terbata-bata sampai akhirnya Liam membawa tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. "Hiks, hati-hati ya. Jaga diri ya. Kalau ada yang bully kamu, kamu harus ngelawan. Ya?"
Liam tersenyum sambil mengangguk di pundak gadis yang lebih pendek jauh darinya itu. "Aku udah dewasa Haru, jangankan berantem, nangkap nyamuk pakai dua jari aja bisa."
Seketika Haruka tertawa kecil.
Melihat itu, Beno dan Glenn ikut memeluk mereka. Rania yang tak jauh berdiri dari mereka tersenyum tipis, sebuah senyum yang akhirnya menghilang jejaknya saat Liam menoleh ke arahnya, berjalan menghampirinya dan langkah mereka mulai menyentuh pintu keberangkatan, meninggalkan banyak kesedihan kepada keluarga jalan Aster.
Meski Liam sudah tidak tampak di mata Oma, Oma masih melambaikan tangannya. Hebatnya Oma tidak menangis, Oma tersenyum bangga melihat cucu satu-satunya itu pergi merantau untuk meraih mimpi yang sudah lama diinginkannya.
Rasanya begitu hilang saat Liam melangkahkan kaki pergi untuk merantau selama dua tahun. Tidak hanya dirasakan Oma, tetapi dirasakan oleh semua orang yang dekat dengan Liam.
Haruka Eleanor menangis lagi, melihat tangis itu Beno langsung menepuk-nepuk pundak Haru. Glenn hanya bisa memandangnya, walau wajah Glenn dan Beno tampak tegar tak meneteskan air mata tetapi hati mereka tidak kalah sedih. Siapa yang tidak sedih jika berpisah dengan sahabat sejak kecil? Semua pasti sedih, hanya saja menahannya.
Sejak kepergian Liam, Oma memang lebih sering serumah dengan Haruka. Terkadang Oma yang menginap di rumah Haruka, terkadang Haruka yang menginap dan tidur di kamar Liam. Bagi Oma, Haruka memang sudah seperti cucu nya sendiri. Tak ada perbedaan kasih yang diberikannya untuk Haruka seperti yang diberikannya kepada Liam.
Meski Liam pergi, Liam tak pernah absen seharipun untuk mengirimkan pesan di grup mereka berempat. Karena perbedaan waktu antara Indonesia dan Korea hanya terpaut dua jam, tak jarang juga mereka melakukan panggilan video call.
Kegiatan itu sudah rutin mereka lakukan lebih dari sebulan lamanya sejak Liam tak bersama mereka.
Ketidakhadiran Liam membawa waktu ke sebuah moment bahagia bagi Beno dan Haruka. Mereka tampak begitu riang menggunakan pakaian wisuda yang telah digunakan sejak pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Rhythm
RomanceLebih dari sekedar sahabat, Haruka Eleanor merasa ke tiga sahabatanya yang bernama Glenn, Liam, dan Beno malah seperti pengawal pribadinya. Tiga laki-laki itu over protektif padanya sampai-sampai saat pertama kali Haruka berkencan dengan gebetan, m...