17 - Realita Kehidupan

54 10 2
                                    

"Kamu datang kan?" tanya Liam Ketika pagi itu Haru tampak di matanya sambil membawa semangkok tumis Buncis yang diberika kepada Oma.

'Kalau gue bilang nggak datang nanti Liam curiga. Gue bilang apa ya?' pikirnya berat.

"Haru?"

"Eh iya?"

"Kamu nanti bisa datang kan?"

Haru mengangguk dengan cepat serta seutas senyum menghiasi wajahnya. "Iya datang, nanti aku bareng Rain aja."

Liam membalas senyumnya, ia merasa lega.

"Yaudah aku balik ya, mau bantu Bunda lagi."

"Iya, bye."

Haruka menganggukan kepalanya.

Ia melangkahkan kakinya menjauh dari kediaman Liam. Langkahnya membawanya kembali ke rumahnya yang ramai karena adanya Rain yang pulang ke rumah. Rain tampak asik membersihkan burung Beo dengan Ayah di halaman kecil sebelah bangunan rumah. Sedangkan Bunda seperti biasa, berada di dapur dan sibuk menyiapkan sarapan.

"Bunda?"

"Ya?"

Haru berdiri di sebelah Bunda. "Bunda Haru nanti malam kayaknya nginap di kosan teman Haru deh."

"Siapa? Verika pacarnya Beno?"

Haru menggeleng. "Temen kelompok tugas," bohongnya. "Boleh kan?"

Bunda menatapnya. "Beneran teman kamu?"

Tatapan Bunda begitu hangat, Haru tidak ingin berbohong. Tetapi ia juga tak mau melepaskan kesempatan malam ini, ia juga ingin berpesta dengan teman-teman Lucas. Haru bosan dengan hidupnya yang seperti ini, Haru juga ingin memiliki banyak teman seperti yang lain.

Yang Haru tau, teman-temannya di kelas rata-rata memang anak rantau dan mereka tampak menikmati hidup dengan bebas. Termasuk Verika, Verika adalah anak kosan yang hampir setiap malam berkencan dengan Beno. Sedangkan Haru, banyak sekali yang protektif padanya. Tak hanya orang tuanya, namun tiga sahabat lelakinya itu sehingga baginya ia belum bisa hidup bebas dan bahagia seperti yang lain.

Haru mengangguk dan tersenyum.

"Yaudah, Bunda percaya." Bunda kembali memasak dan mengalihkan pandangannya. "Nanti bunda ijiin ayah."

Haru menghela nafasnya. Ia sedikit lega walau perasaan bersalah karena berbohong, kini sebuah rasa bersalah menetap di salah satu ruang hatinya. "Tapi Bunda jangan cerita-cerita Glenn, Liam sama Beno ya."

"Kenapa?"

"Nanti mereka bikin rusuh, Bunda tau kan mereka udah kaya pengawal pribadi Haru. Protektifnya ngalahin Bunda sama Ayah."

Bunda tertawa kecil mendengar curhatan putri tunggalnya itu. "Bagus dong, itu tandanya mereka perhatian."

"Ya nggak gitu juga tapi Bunda, mereka tu bikin rusuh terus."

"Yaudah Bunda nggak cerita-cerita."

"Yeay, makasih Bunda!" Haruka memeluk Bunda dari belakang. "Love you Bunda sayang!"

"Haru lepas ih, jangan kaya anak kecil."

"Nggak mau, Haru sayang Bunda." Haru makin merapatkan peluknya.

" Haru makin merapatkan peluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Feel My Rhythm Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang