"Bunda nggak kerja?" tanya Haru saat melewati ruang tengah rumahnya, mendapati Bundanya kini tengah terbaring di atas kursi panjang dengan mata tertutup.
Mendengar suara Haru, Bunda buru-buru mendudukkan tubuhnya. "Bunda ambil cuti sayang."
"Tumben, kan Bunda paling rajin biasanya kalau kerja," timpal Haru sambil mejabat tangan Bunda sebelum akhirnya memasang sepatunya.
Bunda mengikuti langkahnya. "Iya mau istirahat, agak capek Bunda."
"Bunda sakit?"
"Enggak, capek aja sayang."
Haru menatapnya tajam. "Kalau sakit bilang Ayah, biar dianter ke dokter, atau ke Papinya Glenn aja."
Bunda mengangguk dengan senyum simpulnya. "Kamu berangkat tumben pagi banget, ada kuliah pagi?"
"Iya jam tujuh."
"Berangkat sama Beno?"
"Enggak."
"Kenapa? Kan kalian satu jurusan."
"Iya tapi mata kuliahnya kan jamnya nggak selalu sama, Bunda."
"Oh gitu." Bunda angguk-angguk tanda mengerti hingga akhirnya Haru berangkat ke kampusnya.
Haru mencoba konsentrasi sekuat tenaga saat mendengarkan dosen di depan sana menjelaskan mata kuliah Kanji. Dalam jurusan sastra Jepang, mata kuliah Kanji diberikan setelah beberapa minggu perkuliahan awal berlangsung. Tentunya setelah semua mahasiswa sudah hafal dengan huruf kana atau katakana-hiragana, huruf dasar yang digunakan orang Jepang saat menulis.
Membaca komik dan menonton dorama memang hobi Haru, tapi Haru tak menyangka sesuka apapun dia pada hal itu tetap saja mempelajari bahasa asing tak semudah pikirannya selama ini.
Seperti anak SD di Jepang, para mahasiswa menggunakan buku kotak-kotak saat pertama kali belajar menulis kanji. Coretan-coretan tulisan ruwet itu harus di tulis berdasarkan step-step yang ada, tidak asal menulis asal-asalan. Dalam satu minggu, diwajibkan menghafal puluhan kanji dan tentunya satu huruf kanji mempunyai puluhan cara baca yang berbeda. Mantap.
"Beno masuk kelas jam berapa, Haru?" tanya Verika, usai pelajaran Kanji berakhir pada pukul sembilan pagi dan kini dia duduk di kafetaria bersama Haru sambil memesam minuman.
Haru mengelengkan kepalanya. "Males gue bahas dia."
Verika tercengang. Ia tak tahu jika Haru sedang sensi pada gebetannya.
"Lo kenapa? Lagi ada masalah?" tanyanya perhatian.
"Bayangin Ver, gue kan lagi pedekate sama bang Lucas. Tetangga tengil gue tuh ganggu terus, bang Lucas jadi nggak nyaman," ceritanya masih kesal mengingat kejadian beberapa hari ini.
Verika menepuk-nepuk pundak Haru. "Sabar ya."
"Apa gue pindah rumah aja ya?"
"Ya ampun Haru nggak perlu sampai pindah rumah cuman demi bang Lucas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Rhythm
RomanceLebih dari sekedar sahabat, Haruka Eleanor merasa ke tiga sahabatanya yang bernama Glenn, Liam, dan Beno malah seperti pengawal pribadinya. Tiga laki-laki itu over protektif padanya sampai-sampai saat pertama kali Haruka berkencan dengan gebetan, m...