Sebuah melodi dengan judul Air On G String pada acara orchestra di sebuah gedung luas salah satu Universitas kota Malang mengalun menyayat pilu hati.
Semua orang yang menonton terhipnotis akan alunan yang menyedihkan dan sangat mendalam itu. Terlebih melihat emosi yang melekat pada para pemain orchestra. Malam itu Liam begitu bersinar, karena ia satu-satunya pianis dan posisinya berada paling menonjol di antara yang lain.
Sedangkan di kursi paling belakang para penonton, seorang gadis menangis menahan isaknya. Ia datang ke konser Liam ingin dihibur, namun yang ada lagu-lagu melodi yang dibawakan bukannya menghiburnya tetapi malah menambah rasa pilu di hatinya.
Tak hanya membawakan alunan melodi Air On G String, tetapi ada melodi Romance d'Amour, Canon in D, Moonlight Sonata dan beberapa lainnya. Saat malam semakin memuncak, para penonton telah pergi dan gadis itu masih terduduk di kursinya. Untungnya pintu keluar ada di bawah, sehingga Haruka yang duduk di atas sendiri tak terlihat oleh keluarganya yang kini tampak meninggalkan gedung hingga hanya beberapa orang tersisa.
Dalam pandangannya yang kabur, Liam berjalan ke arahnya. Lelaki yang telah dewasa itu menggunakan setelan jas hitam, bak pangeran di malam hari.
"Kamu kenapa?" tanya Liam dengan lembut, ia berjongkok di sebelah kursi Haru sambil membelai kepala gadis itu.
Haru memandangnya. Melihat wajah tulus Liam membuat air matanya menitik lagi. "Liam, hiks...." Tak bisa dibendungnya, tangisnya tumpah lagi.
Liam buru-buru berdiri dan memeluk gadis yang masih terduduk itu. "Haruka, kenapa?"
"Hiks... Lucas, Lucas ternyata udah punya tunangan. Hiks...." Entah kenapa Haru bercerita begitu saja kejadian yang baru ia alami. Ia tau saat ini tidak tepat untuk bercerita karena Liam dalam posisi bekerja, hanya saja ia butuh seseorang untuk berbagi cerita dengannya.
Liam menahan rasa kesalnya. Jika ada Lucas di sini, mungkin Liam yang polos akan langsung menghajarnya.
"Aku sakit hati, Liam, aku sedih."
Liam hanya bisa membelai rambut gadis itu.
"Liam aku harus gimana? Hati aku sakit banget. Hiks...."
"Tenang, ada aku." Liam kembali menjongkokkan tubuhnya, ia menatap wajah lesu gadis yang kini menatapnya dengan linangan air mata. Ia menghapus air mata itu dengan tangannya. "Jangan nangis, aku nggak suka liat cewek yang aku suka nangis."
Tatapan Haru kemudian menjadi penuh tanya.
"Aku suka kamu, Haruka."
Mendengar kalimat itu, senyum di bibir Haru mengambang. Seketika ia tertawa kecil, merasa terhibur. "Yaiyalah, aku juga suka dan sayang sama kamu."
Liam tersenyum balik.
"Aku juga sayang sama Beno, sama Glenn. Aku sayang semua teman aku."
Mendengar tambahan kalimat Haru, senyum Liam lepas. Kini yang ada sebuah senyum terpaksa yang mengambang di wajahnya.
'Padahal aku suka kamu sebagai laki-laki ke perempuan, bukan karena kamu sahabat aku, Haru,' pikir Liam dalam benaknya.
Liam masih menghibur gadis yang kini perlahan mulai bisa tersenyum karena motivasi darinya hingga sebuah suara menanggil namanya.
"Liam?"
Liam dan Haru menoleh ke sumber suara.
Seorang gadis anggun bergaun hitam selutut berjalan ke arah mereka. Melihat kedatangan gadis itu, Haru berdiri dari dudukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Rhythm
RomanceLebih dari sekedar sahabat, Haruka Eleanor merasa ke tiga sahabatanya yang bernama Glenn, Liam, dan Beno malah seperti pengawal pribadinya. Tiga laki-laki itu over protektif padanya sampai-sampai saat pertama kali Haruka berkencan dengan gebetan, m...