"Ini buat aku boleh, hyung?" tanya Rain, di pagi hari Minggu saat bermain di kamar Glenn. Tak hanya ada mereka berdua, namun ada Beno juga. Sedangkan Liam pagi itu masih ada di Semarang.
Glenn melirik ke arah Rain yang kini sedang mencoba topi miliknya sambil berkaca sok cool di cermin kamarnya.
"Ambil aja."
"Wah, makasih hyung idolaku!" ujar Rain dengan riang.
"Gimana kemarin reunian sama temennya Haru?" tanya Beno yang tengah merebahkan diri di lantai kamar Glenn sambil membalas cepat pesan-pesan dari Verika.
"Ngantuk gue, pengen rebahan aja bawaannya," jawab Glenn, ia menyematkan kembali bola matanya pada sebuah komik di tangannya.
Terjadi lagi keheningan diantara ketiga lelaki itu, sibuk dengan kegiatan mereka sendiri-sendiri meski berada di satu ruangan.
"Eh Ben, kabar Lucas gimana?" tanya Glenn tiba-tiba.
"Ngapain lo nanyai Lucas? Naksir?"
"Gila lo! Nanya doang, tumben aja Haru kemarin nggak cerita apapun tentang Lucas," bantah cepat Glenn dengan kikuk. "Biasanya kan dia cerita sampai berbunga-bunga."
"Lucas siapa bang?" sahut Rain penasaran.
"Gebetan kakak lo," jawab Beno cepat.
"What? Si jelek punya gebetan?" Wajah Rain seakan tak percaya. "Kasian banget gebetannya, bisa-bisanya dia mau sama kakak gue."
Spontan Glenn dan Beno tertawa natural.
"Gue bilang Bunda ah," ucap Rain sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan kamar Glenn sambil membawa topi pemberian dari Glenn. Namun sebelum keluar kamar, ia masih sempat mengucapkan kata terima kasih yang kesekian kalinya.
Kaki Rain melangkah cepat, sudah tak sabar menggoda kakak tunggalnya itu. Saat ia tiba di rumah, ia bisa melihat kini Haru sedang berada di dapur bersama Bunda.
Haru mengiris-ngiris wortel yang ada di telenan dengan sangat hati-hati sesuai perintah Bunda karena pagi ini Bunda akan memasak sop Iga.
"Bunda," panggil Rain, ia berdiri di belakang Haru. Meski Haru adalah kakaknya, Haru lebih pendek dari Rain. Tubuh Rain tingginya hampir sama dengan tinggi badan Glenn.
"Hem?" sahut Bunda.
"Eh kebetulan ada Ayah," ucap Rain lagi.
"Kenapa, Rain?" Ayah mengisi air pada gelasnya.
Haru tak merespon, di saat dia sedang konsentrasi dia akan konsentrasi sepenuhnya denga napa yang ada di depannya.
"Yah, Bun... si Haru punya cowok lho," goda Rain.
Spontan tangan Haru berhenti memotong Wortel. Ia menghembuskan nafasnya kesal, mengigiti bibir bawahnya karena Haru takut akan diomelin oleh Ayahnya yang seorang Polisi. Haru meletakkan pisaunya di atas telenan, lalu membalikkan tubuhnya dan memicingkan mata tajamnya pada Rain.
"Haru, kamu pacaran?" tanya Ayah terkejut.
Haru menggelengkan kepalanya. "Lo jangan sebar gosip!" protes Haru, bersiap menerkam Rain yang kini melangkah mundur menjauhinya. "Rain! Jangan lari!"
Kakak beradik itu layaknya Tom and Jerry, kejar-kejaran di dalam rumah. Tak ada kedamaian seharipun saat Rain berada di rumah karena selalu mengganggu Haru. Mereka akrab dan ribut layaknya teman sendiri, karena usia mereka hanya beda satu tahun. Meski sering bertengkar, sebenarnya mereka menyanyangi satu sama lain.
Melihat keributan di rumah, Bunda hanya tersenyum lebar. Bagi seorang Ibu, tak ada yang lebih membahagiakan dibanding melihat anak-anaknya akrab bahagia. Sedangkan Ayah, pusing dibuatnya. Apalagi Ayah habis jaga malam dan baru pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Rhythm
RomanceLebih dari sekedar sahabat, Haruka Eleanor merasa ke tiga sahabatanya yang bernama Glenn, Liam, dan Beno malah seperti pengawal pribadinya. Tiga laki-laki itu over protektif padanya sampai-sampai saat pertama kali Haruka berkencan dengan gebetan, m...