29. Pelangi
**
*
"Abang ngapain sih, muter-muter gajelas," dengus Alea kala melihatnya abangnya yang terus-terusan berjalan tidak jelas di depannya.Abigail menggigit kukunya panik. "anj—"
"Bunnn," panggil Alea ketika mendengar Abigail yang akan mengumpat.
Alhasil Abigail mengumpat di dalam hati, adiknya itu memang pengadu
"Le," panggil Abigail kemudian duduk di hadapan Alea.
Alea berdebem.
"Gue mau nembak orang,"Alea yang lagi nonton anime di ponselnya langsung mengalihkan perhatian ke arah Abigail. "Are you serious?"
Abigail mengangguk mantap. Ia akan mencoba.
"Siapa?" tanya Alea yang sudah menutup ponselnya, ingin mendengar curhatan sang kakak.
Abigail diam sebentar, ia harus bilang semuanya kepada Alea, kan?
Keduanya memang sering kali bertukar sesi curhat, hampir semua rahasia Abigail Alea tau.
"Ra—rain …."
"Holy shit!" Alea langsung bangkit dari duduknya sambil menutup mulutnya tidak percaya.Abangnya?
Suka?
Kak Rain?
Abigail mendengus, adiknya barusan mengumpat, kan? giliran Abigail mengumpat bocah itu akan mengadu."Abang seriusan? kek, hah? kok kak Rain? kenapa harus kak Rain? wait? jadi yang kemarin bang Abi minta cara nembak orang itu buat kak Rain? hah? tungg—"
"Lo kenapa deh, ngapa jadi kayak orang gagu begitu," dengus Abigail kesal dengan tingkah Alea.
"Ya kan ceritanya Ale lagi kaget bang," balas Alea balik mendengus, "eh tapi seriusan kak Rain? kok kayak nggak bisa di percaya gitu sih,"
"Nggak bisa di percaya gimana? lo nambah beban pikiran asli, biasanya juga di kasih saran kalau lagi curhat."
"Iya, nggak bisa di percaya, Abang dari kecil loh temenan sama kak Rain. Kok tiba-tiba salah satunya ada yang suka sama temennya, kek ENGGAK BANGET," heboh Alea yang masih tidak percaya akan Abigail yang menyukai Rainbow.
Abigail langsung narik Alea terus di bawa ke ketiaknya. "Jangan teriak-teriak bisa nggak? gue ketekin juga lo!"
"INI UDAH DI KETEKIN!"
"Ya karena lo teriak," geram Abigail sambil mencubit pipi Alea gemas.
"Ada apa sih kok rame banget? ih itu adek kamu lagi sakit loh jangan di ajak gelud dulu bangg," Aris nampol bahu Abigail.
"Dia bikin Abang kesel,"
Alea mendengus, giliran ada Aris atau Mira saja Abigail berbicara dengan logat kekeluargaan.
"Dek, obat udah?" tanya Aris sambil ngambil ponsel dari saku kemejanya, eh tidak sengaja Aris menjatuhkan rokok yang ia letakkan di saku kemeja yang sama dengan ponselnya.
Alea langsung menunjuk Aris heboh. "AYAH NGEROK—HMPPH!"
Aris menghela nafas lega, kemudian memberikan finger heart kepada Abigail karena sudah membekap mulut si kang pengadu.
"I—ini bukan seperti yang ada di pikiranmu," ucap Aris dramatis.
Abigail mulai merotasikan bola matanya malas, kemudian ia melepaskan tangannya yang berada di mulut Alea, takut adiknya kesusahan bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW | END
Teen Fiction❝𝒥𝒶𝓃𝑔𝒶𝓃 𝒿𝒶𝒹𝒾 𝓅𝒶𝓎𝓊𝓃𝑔 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀 𝓇𝒶𝓃𝑔 𝓎𝒶𝓃𝑔 𝓈𝓊𝓀𝒶 𝒽𝓊𝒿𝒶𝓃.❞ __________________________________________________ ⚠️ konflik ringan. ⚠️ dilarang keras plagiat cerita ini! ⚠️ awas typo dan beberapa kata kasar. 🍃 all foto by...