💐delapan belas💐

16 10 1
                                    

18. Akhirnya

*

*

*

"Saya dan Wiliam bekerja sebagai anak buah Pak Hartono, memang dari dulu begitulah pekerjaan kami. Sebelum menikah pun kami berdua sudah bekerja disini. Lalu pak Hartono memilih tinggal di Australia dan menetap disana karena beliau sedang mengurus perusahaan yang sedang bermasalah disana." Adelard menjeda sesaat.

Lalu kembali melanjutkan ceritanya, "Karena disini tidak ada beliau, alhasil kami tidak memiliki pekerjaan. Wiliam pulang ke Jakarta untuk menikah karena sudah menemukan pasangan hidupnya, sedangkan saya menikah disini, di Bandung."

Raja mengangguk mengerti, memang mereka sempat tinggal di Bandung sampai Raja duduk di kelas enam SD. Lalu pada saat Raja SMP mereka sekeluarga memilih untuk tinggal di Jakarta karena ibunya yang tidak bisa jauh dengan neneknya yang berada di Jakarta, saat itu neneknya sedang sakit.

"Lalu setelah beberapa tahun menikah, kami dihubungi oleh pak Hartono kalau beliau memilih tinggal lagi di Indonesia, lebih tepatnya di Bandung."

"Dan kalian milih pekerjaan dari pada keluarga?" tanya Rainbow tak habis pikir.

Wiliam mengangguk mantap yang kembali membuat Rainbow menggepalkan tangannya.

"Kami berdua memang harus milih pak Hartono, kami di sekolahkan oleh ayah beliau. Karena kalian tau? kami berdua di adopsi dari panti asuhan. Dan ayah pak Hartono merawat kami sampai kami dewasa. Jadi kami berdua harus membalas budi kepada pak Hartono karena ayah beliau sudah meninggal," tambah Adelard.

"Kenapa nggak minta izin?" tanya Raja. "Kenapa waktu itu kalian kabur dan mikir perasaan orang rumah?"

"Karena kami tau ibu kalian tidak akan memberi izin, kami kalang kabut saat itu karena Pak Hartono tiba-tiba akan tinggal lagi di sini, dan ... jalan terakhir adalah yang kami lakukan saat itu."

Rainbow menunduk, "jadi ... kalian nggak akan pulang kerumah?" tanyanya berusaha menahan tangis.

Wiliam tersenyum tulus menatap Rainbow, "Maaf ya."

Satu tetes air turun dari mata Rainbow, ia tidak berani mengangkat wajahnya. Rainbow tidak ingin ayahnya melihat dirinya sedih. Ia harus memperlihatkan bahwa ia biasa saja walau ayahnya tidak pulang, walaupun sebenarnya ia sangat berharap Wiliam pulang.

"Kalau gitu mending nggak usah nikah," ujar Ratu menatap datar Andanu.

Andanu balas menatap Ratu, "saya nggak tau kalau Pak Hartono akan pulang ke indo lagi ...." Jawabnya yang membuat Ratu mendecih.

"Terus Rian sama Kaisar? kalian nggak kasian? mereka masih kecil, om," kali ini Abigail buka suara.

Andanu dan Wiliam sama-sama diam. mereka memang salah disini, tapi mereka juga tidak mungkin meninggalkan tempat ini.

"Kita bahagia disini, kalian juga harus bahagia disana," ucap Wiliam yang langsung membuat hati Rainbow mencelos. Gimana mau bahagia coba, kalau keadaannya seperti ini.

"Mama meninggal, bunuh diri, dan itu karena lo," ujar Ratu

Andanu tersentak, tidak menyangka istrinya akan meninggalkan anak-anak mereka begitu saja. Walaupun ia sendiri demikian

"Saya turut berduka cita," ujar Andanu seolah tidak terjadi apa-apa dan di angguki oleh Wiliam.

"Kenapa nggak pernah jawab telfon?" tanya Raja lagi.

"Saya ganti nomor hp dari dua tahun yang lalu." Raja langsung menggepalkan tangannya, jadi selama dua tahun ini ia menelfon dan—ah sudahlah.

Ratu bangkit dari duduknya, "tetep kirimin uang, gue nggak mau kerja sebelum lulus sekolah," ujarnya menatap Andanu angkuh.

RAINBOW | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang