Chapter 13

803 94 9
                                    

Dan keesokan paginya, Erwin tidak dapat menemukan Levi di dalam kamarnya, ia sudah mencari ke seluruh ruangan di rumahnya namun tetap saja pria kecil itu tak dapat di temukan.

Erwin memutuskan untuk pergi ke halaman rumahnya dan melihat apakah sepeda milik Levi masih ada di sana atau tidak, dan ia menghela napas gusar ketika sepeda itu sudah tidak ada.

Mungkin Levi sudah pulang tanpa sepengetahuannya.

Dengan lesu ia berjalan kembali kedalam rumahnya, ia sangat menyesal karena telah menyakiti hati Levi, namun ia juga tak dapat meninggalkan Marie karena itu akan menyakiti hatinya, mencoba memaksakan diri untuk mencintai Levi hanya akan membuatnya merasa tak tenang selama hidup.

Erwin mengacak rambutnya, mengapa ia benar-benar stres untuk saat ini?

Bahkan sampai beberapa minggu kedepan, Erwin tak pernah bertemu dengan Levi, di kedai maupun di jalanan yang biasa pria kecil itu lewati, ia merasa kehilangan dan memutuskan untuk melampiaskannya pada pekerjaan.

Sesekali ia juga akan mengunjungi Marie, bukan untuk berkencan atau semacamnya, hanya untuk menceritakan keluh kesahnya tentang dirinya yang merasa kehilangan Levi, bahkan saat Marie mengajaknya bertemu hanya untuk sekedar menghabiskan waktu bersama nya, Erwin akan selalu membahas tentang Levi yang lama-kelamaan membuat Marie benar-benar jenuh.

Hingga suatu hari..

"Aku masih belum bisa menemukan Levi, ini sudah hampir satu bulan dan pria itu tidak ada di kedai" ucap Erwin dengan lesu, lantas membenturkan kepalanya pada meja yang sedang mereka tempati untuk.. mungkin semacam kencan? Meskipun Marie tahu itu akan menjadi kencan yang gagal lagi.

"Erwin.." Marie akhirnya memanggil pria itu.

Erwin langsung mengangkat kepalanya untuk menatap wajah gadisnya. "Kenapa?"

"Kenapa kau selalu membicarakan orang lain ketika berkencan denganku?"

Erwin seketika langsung terdiam, membuatnya mulai berfikir kalau akhir-akhir ini ia memang selalu menceritakan Levi yang tiba-tiba menghilang kepada Marie, dan ia tak pernah memperhatikan Marie sedikitpun, ia merutuki kebodohannya.

"Maaf Marie, aku tidak bermaksud mengabaikanmu, aku benar-benar minta maaf, aku tak akan membicarakan orang lain lagi saat bersamamu" ucap Erwin.

Marie tersenyum mendengarnya, menggenggam tangan Erwin dengan lembut seraya menatap pria tampan di hadapannya, ia menyesalkan keputusannya mengapa dulu ia tak menikah dengan Erwin yang jelas-jelas sangat mencintainya.

"Oh ya Erwin, besok antar aku ke toko barang antik ya? Yang ada di negeri sebelah, mau?" Tawarnya.

Erwin mengerutkan dahinya. "Toko barang antik di Marley?" Tanyanya.

Marie segera mengangguk. "Iya, apa kau tak ada tugas besok?"

"Kebetulan besok hari liburku, jadi aku akan dengan senang hati menemanimu" jawab Erwin, dan setelah itu Marie berterimakasih kepada nya berkali-kali, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan Erwin berpindah haluan untuk menceritakan keluh kesahnya tentang Levi kepada Mike.

Dan kini ia berada di apartemen milik Mike, duduk berdua di rooftop sambil masing-masing menghisap batang rokok, sekalian menatap langit yang tampak lebih gelap karena tak ada satupun bintang atau bulan yang menyinari angkasa.

Suram seperti keadaan Erwin sekarang.

Mike menghela napasnya bersamaan dengan asap rokok yang keluar dari mulutnya. "Jadi kau itu sebenarnya memperdulikan siapa? Levi atau Marie?"

"Dua duanya.."

Mike memutar bola matanya. "Kau tidak mungkin menginginkan keduanya untuk menjadi kekasihmu kan?"

Promise [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang