Chapter 2

1.6K 132 2
                                    

Perang telah usai, Levi duduk di sebuah kursi roda dengan sebagian kepalanya yang di perban hingga menutupi matanya, entah mengapa semuanya terasa lenyap begitu saja, tidak ada yang tersisa di hidupnya, teman, keluarga, kekasih, harapan, semuanya sudah hilang dan hancur, bersama dengan Paradis yang menyimpan sejuta kenangan pahit.

Levi memegangi liontin batu berwarna hijau tua di tangannya, ia menggenggam nya lalu mengecup liontin tersebut, liontin yang selalu mengingatkan nya kepada Erwin, sahabatnya... Bukan! Kekasihnya, atau mungkin suaminya? mengingat Erwin yang sudah mengklaim bahwa dirinya adalah istrinya, meski mereka tidak mengadakan acara pernikahan secara langsung, saling memasang cincin di jari manisnya, namun ungkapan Erwin tentang ia yang mengklaim bahwa Levi istrinya sudah cukup baginya.

Onyankopon menghampiri Levi yang tengah menatap jendela, jendela itu menghadap pada sebuah pohon besar tua yang di kelilingi oleh ladang sayur, Levi bahkan bisa melihat Gaby dan Falco yang tampak asyik menanam sayur disana.

Onyankopon menepuk bahu Levi, ia berucap. "Ingin makan sesuatu, Kapten Levi?" Tanyanya.

Levi menggeleng pelan. "Aku tidak lapar, dan jangan memanggilku dengan sebutan kapten, itu membuatku tidak nyaman" dengan orang-orang yang masih menyebutnya kapten, jujur saja membuat Levi teringat pada masa-masa dimana Paradis masih tampak utuh, dimana ia dan Erwin masih bisa saling bertatapan, berbicara dan berpegangan tangan.

"Atau kamu mau teh?" Onyankopon kembali menawarinya, namun Levi kembali menggeleng.

"Onyankopon, aku ingin pergi ke makam Erwin" ucap Levi.

Onyankopon terkejut. "Tapi Kap—Levi, makam Komandan Erwin berada di Paradis, dan mungkin saja beberapa makam disana sudah hancur, termasuk makan komandan..." Onyankopon tidak melanjutkan ucapannya saat melihat raut wajah Levi yang tampak kecewa.

Levi hanya bisa membuang napas nya, lalu ia menatap Onyankopon dan tersenyum kecil. "Kalau begitu, aku akan berjalan-jalan di sekitar sini saja.." ujarnya.

"Perlu aku temani?" Tawar pria tinggi itu.

Levi segera menggeleng. "Aku ingin jalan-jalan sendiri.."

Onyankopon tidak dapat menolak permintaan Levi, dengan sedikit khawatir, dia membiarkan Levi pergi menggunakan kursi rodanya, berjalan menuju pintu keluar dan mulai melaju perlahan menuju ladang sayur yang mereka tanam.

Levi melewati ladang tersebut, begitupun dengan Gaby dan Falco yang ia abaikan saat keduanya menyapa, pikiran Levi tampaknya terus melayang pada Erwin, betapa ia merindukan pria itu.

Levi menjalankan kursi rodanya menuju jalan kecil yang sengaja di beri aspal oleh Onyankopon, untuk mempermudahnya jika ingin melihat pemandangan ke luar.

Levi berhenti tepat di sebuah padang rumput yang mengarah pada sebuah bukit hijau yang luas, dimana ada beberapa bunga indah yang bermekaran disana, sayang sekali dirinya tidak bisa berjalan kesana untuk memetik bunga-bunga indah itu, ia alergi terhadap serbuk bunga.

Levi hanya bisa memperhatikan bunga itu dari kejauhan, namun tiba-tiba, saat ia tengah asik melamun sambil menatap pemandangan indah, kedua bahunya di pegang dan membuatnya terperanjat kaget.

Ia menoleh kebelakang, dan apa yang ia lihat? Ia melihat Ibunya yang tersenyum padanya, lalu Kuchel berbisik di telinga nya.

"Levi, ikutlah denganku.." bisiknya, bisikan itu sangat dingin seolah-olah seperti angin yang berhembus melewati telinga nya.

"Kemana?" Tanpa sadar Levi bertanya, meskipun ia yakin sekali, bahwa dirinya sedang berhalusinasi.

"Ke Paradis yang lain" ucap sang ibu, sambil memeluk bahu sang anak. "Paradis  yang akan membuatmu hidup bahagia, menemukan orang-orang yang kamu sayangi, melupakan semua kejadian di neraka ini.."

Promise [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang