Chapter 20

828 81 8
                                    

Setelah Erwin di pindahkan ke ruang rawat inap, kelima temannya langsung berhamburan masuk kesana, menatap Erwin yang terbaring lemas di atas ranjang dengan infusan di tangan kiri nya, kepalanya di perban dan wajahnya di tempeli beberapa kapas plester.

Erwin meringis pelan ketika ia mulai membuka matanya, pandangannya sedikit kabur dan kepalanya kembali terasa pusing, bahkan rasanya seluruh badan nya sangat sakit dan tak bisa di gerakan, semuanya terasa berat seolah ia sedang di timpa sesuatu.

"Erwin, kau sadar?" Tanya Mike, Hange langsung menatap pria pirang itu dengan bola mata yang melotot.

"Erwin-san?" Nanaba juga ikut menatapnya.

Levi sedikit menggeram kesal ketika melihat teman-temannya yang malah mengganggu Erwin, sesekali meraba plester dan perban yang di gunakan Erwin untuk menutupi luka nya.

Sekarang Hange memainkan infusan nya, Moblit mencoba menghentikannya dan Nanaba memainkan rambut-rambut Erwin yang berantakan, sementara Mike memijat hidung pria pirang itu.

Levi semakin pusing.

"Kalian semua.." geram pria kecil itu. "PERGI DARI SINI" bentaknya, yang langsung mendorong semua teman-teman nya menjauh dari Erwin dan mengusir mereka dari kamar itu, mengunci pintu dari dalam dan ia terengah-engah.

"Dasar, tidak ada bedanya dengan bocah-bocah" Levi terus memaki mereka, sampai akhir nya ia kembali berjalan pada ranjang Erwin dan berdiri di sampingnya.

Levi menatap Erwin yang sepertinya setengah sadar, dan ia bisa mendengar pria pirang itu bergumam pelan.

"Levi.."

Levi sedikit terkejut dan ia langsung menggenggam tangan Erwin. "Ada apa Erwin? Kau membutuhkan sesuatu?"

Erwin mengangguk. "Aku.. ingin duduk, punggungku sakit" ucap pria itu.

"Erwin, kau harus berbaring" ucap Levi, takut kalau Erwin semakin kesakitan jika ia memaksakan diri untuk duduk.

"Tapi punggung dan leherku sakit" ucap pria pirang itu, membuat Levi menghela napas ketika Erwin teramat bebal.

Akhirnya ia membantu Erwin untuk duduk dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

"Apa posisimu nyaman?" Tanya Levi.

Erwin tersenyum dan mengangguk. "Ini jauh lebih baik, terima kasih Levi"

Levi mengangguk, lalu pria kecil itu mendudukkan dirinya di samping Erwin, menatap pria pirang itu dengan raut wajah khawatir, tetapi yang kini ia butuhkan sekarang hanyalah penjelasan dari pria itu.

"Kenapa bisa ada orang yang memukulimu? Bukankah kau akan menemui Marie sebelumnya? Siapa orang-orang itu? Kenapa mereka memukulimu?"

Pertanyaan Levi yang beruntun sedikit membuat Erwin kebingungan, akhirnya ia mencoba menjawabnya satu persatu, menceritakan kebenaran pada Levi tentang apa yang terjadi sebenarnya, ia benar-benar menceritakan semuanya hingga membuat Levi terdiam kaku.

"Sebenarnya ini semua tidak ada apa-apa nya di bandingkan dengan Marie dan dirimu yang telah aku sakiti" ucap Erwin ketika ia selesai menjelaskan.

"Aku juga egois karena tidak bisa memilih kalian, hanya karena perasaanku masih bimbang dan tak tahu harus mencintai siapa" Erwin menyambung nya.

Levi mengangguk paham, lalu ia menatap bola mata Erwin dengan serius. "Jadi sebenarnya, siapa yang kau cintai?"

Erwin menyimpan telapak tangannya pada dada Levi, menepuk nya perlahan dan ia berucap. "Kau.. aku mencintai Levi" ucapnya, kini ia menjawab tanpa keraguan sedikitpun.

Promise [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang