Erwin dan Levi kembali ke hotel, yang bersatu langsung dengan kafe tempat Levi bekerja, hari sudah benar-benar larut namun kafe itu selalu buka dua puluh empat jam, kadang Levi berganti shift bersama pegawai lainnya, ia kebagian shift pagi sampai jam delapan malam.
Saat mereka duduk di kedai dan memesan satu kopi panas dengan teh hijau, seseorang menghampiri meja mereka, namun tatapannya langsung mengarah kepada Levi.
"Levi, ini sudah sangat larut, kenapa kau belum pulang?" Tanya pria berambut pirang yang sekarang ada di samping Levi.
Erwin menatapnya tajam.
"Zeke, aku baru saja pulang dari Marley Park dengan Erwin" ucap Levi, sambil menyeruput teh panasnya.
Zeke terkejut dan langsung menatap Erwin dengan takut-takut, bagaimana tidak? Dia adalah orang yang telah membunuh pria itu, dan kini Erwin tampak menyeramkan berada di hadapannya.
"A-ah.. aku mengerti" ucapnya sedikit gugup.
Levi mengangguk. "Bagus kalau kau mengerti, sekarang pergilah dan jangan ganggu aku" ucapnya.
"Sebelum aku pergi.." Zeke kembali menatap Levi karena ia tidak bisa menatap Erwin, pria pirang dengan mata biru laut itu benar-benar memiliki hawa dingin yang seolah-olah akan membunuhnya dengan membalaskan dendam masa lalu.
"Apa?" Tanya Levi, karena ia ingin kalau Zeke segera pergi dari hadapannya.
"Soal tawaranku untuk pergi ke pesta dansa besok, kau bersedia?" Tanyanya.
Erwin segera menggenggam tangan Levi dengan erat. "Dia pergi denganku" ucapnya, dengan suara yang membuat Zeke merinding hebat.
Ia menatap Erwin sambil tersenyum kaku. "Be-benarkah? Tapi aku sudah mengajaknya dari jauh-jauh hari Tuan.."
Erwin menyeringai dengan matanya yang masih tampak menyeramkan. "Begitukah?" Ia langsung menatap Levi. "Kau mau pergi dengannya Levi?"
Levi segera menggeleng ketika Erwin menanyakan itu. "Tidak, aku tidak berniat pergi denganmu, Zeke"
Zeke langsung mengerang kecewa. "Kenapa? Lalu kau akan pergi dengan siapa? Apa jangan-jangan kau tidak akan datang?" Zeke berharap kalau pria kecil itu tidak akan menghadiri pesta kalau ia tidak ingin berpasangan dengannya.
"Dia akan pergi dengan calon suaminya, tentu saja" ucap Erwin, sambil melipat kedua tangannya di dada.
Zeke menaikan sebelah alis. "Calon suaminya?"
Erwin mengangguk sambil menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari, dan itu sukses membuat Zeke terbelalak sementara wajah Levi memerah di buatnya, pria kecil itu segera memalingkan wajahnya ketika Zeke langsung menatap ke arahnya.
"Levi, dia bercanda kan?" Tanya Zeke, namun yang di tanya masih memalingkan wajahnya yang bersemu kemerahan.
"Lihatkan? Kau sudah tahu jawabannya, dia akan pergi denganku besok malam, jangan mengganggu calon istriku" ucap Erwin, menatap Zeke sambil menyeringai kecil.
"Levi, kau serius? Kau calon istrinya? Yang benar saja?" Zeke terus meminta penjelasannya.
Levi berbalik menatapnya dengan wajah kesal. "Memang apa urusanmu jika itu benar terjadi?" Tanyanya sedikit menyentak.
Zeke membulat kan bola matanya, ia menatap Erwin yang tersenyum penuh kemenangan, sementara dirinya menggeram kesal.
"Kau tidak pernah bercerita padaku kalau kau memiliki calon suami atau semacamnya" ucap Zeke sambil kembali menatap Levi.
Levi menaikan sebelah alisnya. "Dan untuk apa aku menceritakannya padamu? Tidak penting" ujarnya sambil melipat kedua tangan di dada.
"Setidaknya beritahu aku, agar aku tidak berharap padamu" lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi yang menanti janji dari Erwin, namun hatinya harus di patahkan ketika Erwin tidak bisa menepati janjinya tersebut..