Chapter 6

800 96 12
                                    

Levi tampaknya ketagihan dengan PlayStation yang di ajarkan Erwin padanya, ia terus menerus menantang Erwin untuk memainkan beberapa permainan dengan nya, sampai ia benar-benar jago dalam memainkan karakter dan mengalahkan Erwin beberapa kali.

Erwin mendengus kesal sambil menyimpan stik PS nya, lantas merebahkan tubuh nya di atas kasur sambil menatap langit-langit.

"Ayo main lagi, kenapa kau malah tidur?" Tanya Levi, yang berbalik dan menatap Erwin.

Erwin masih memperlihatkan ekspresi kesal di wajahnya, lantas ia berucap. "Kau menjadi sangat hebat dalam beberapa jam, aku mengaku kalah dan tak ingin bermain lagi" ujarnya, yang di balas cibiran oleh Levi.

"Dasar lemah" ejek pria kecil itu, yang membuat Erwin mendudukkan dirinya lalu kembali menghampiri Levi, memeluk tubuhnya dari belakang lantas mengangkat tubuh kecilnya dan melemparnya ke kasur.

Erwin menindihnya dan menggelitik perutnya. "Siapa yang kau sebut lemah hah?" Tanyanya, sambil terus menggelitik perutnya dan menyingkapkan bajunya.

Levi tertawa dibawahnya, meminta Erwin untuk berhenti menggelitiknya.

"Erwin hentikan!" Sentaknya, namun Erwin tak menghentikan nya dan membuat Levi tidak sengaja menendang dada nya.

Erwin seketika berhenti menggelitik dan memegangi dada nya, Levi tampak panik lalu mendudukkan dirinya dan memegangi dada Erwin.

"Maaf Erwin, aku tidak sengaja, kau baik-baik saja?" Tanyanya tampak panik, terus mengelus dadanya dan berharap kalau Erwin tidak kenapa-kenapa.

Erwin tersenyum. "Tidak apa-apa Levi, aku baik-baik saja" ucapnya, sambil terus membiarkan Levi yang mengusap dada nya, namun tak lama kemudian pria kecil itu melepaskan sentuhannya.

"Kalau kau tidak menggelitik ku, ini tak akan terjadi" geram Levi, sambil cemberut dan melipat kedua tangannya.

Erwin tersenyum manis sambil mengusap-usap rambut hitam nya. "Aku tak pernah melihatmu tertawa seperti tadi, jadi aku tak menyesal meksipun kau menendang dadaku" ucap Erwin sambil tertawa di akhir.

Levi memperhatikan mantan komandan nya, ia tak pernah melihat Erwin yang seceria ini, hidupnya selalu di penuhi oleh beban dan tanggung jawab, lalu melihat Erwin yang tampak ceria dan mengekspresikan perasaan nya membuat Levi ikut bergembira.

"Sebaiknya kau cepat tidur Erwin, bukankah kau harus bertugas besok pagi?" Ucap Levi, sambil menarik selimut dan menarik Erwin untuk duduk di sebelahnya.

Erwin tidak jadi di berikan cuti, benar-benar menyebalkan.

Erwin menerima tawaran Levi untuk tidur secepatnya, karena ia tak ingin mengantuk dengan tugasnya besok pagi.

Erwin membaringkan tubuhnya, begitupun Levi yang langsung menidurkan diri di samping pria yang ia tunggu janjinya, janji bahwa di kehidupan selanjutnya mereka akan berciuman sepuasnya, menikah dan menjadi keluarga kecil yang berbahagia, betapa Levi menantikan hal itu.

"Oh ya Levi, sebelum tidur, aku ingin bercerita sesuatu" ucap Erwin, sambil menatap ke langit-langit kamar Levi.

Levi menoleh padanya, menatap pria pirang itu dari samping. "Apa?" Tanyanya.

"Aku sedang menyukai seseorang, tapi tak yakin apakah orang itu juga menyukaiku" ujarnya, masih sambil menatap langit-langit.

Levi terkejut, lantas ia bertanya. "Siapa?" Tanyanya, suaranya hampir sama seperti bisikan.

"Marie, dia orang yang ku perjuangkan sejak dulu, aku sampai berdebat dengan sahabatku karena dirinya, namun aku memutuskan untuk fokus pada pekerjaan ku dan meninggalkan Marie, tetapi aku masih mencintainya"

Promise [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang