00.26 ; 24/7🔞

7.2K 251 10
                                    

Hari minggu.. biasanya Ahra memilih untuk bersantai di kamarnya, sembari menonton series kesukaannya sampai langit petang dan kemudian barulah dia akan mulai bangun untuk membersihkan kekacauan yang dia buat sendiri selama seharian itu. Tapi sekarang—atau tepatnya, satu bulan belakangan, Ahra memiliki cara lain  untuk menghabiskan hari minggunya. Yaitu bersantai di kamar pribadi milik Tuan Sehun bersama pria itu disana.

Mereka masih belum bangun dari tempat tidur, bahkan setelah sarapan tadi, Ahra dan sehun memilih untuk kembali ke tempat tidur dan bermalas-malasan disana bersama. Mereka seperti lupa waktu—seperti dunia ini hanya milik mereka berdua. Rasanya Ahra sudah tidak ingat bagaimana waktu berjalan, rasanya seperti satu hari selama dua puluh empat jam menjadi terlalu pendek saat dia habiskan bersama Sehun.

Mungkin ini yang namanya jatuh cinta? Ahra tidak yakin, tapi rasanya benar-benar.. sulit dideskripsikan, tapi Ahra menyukainya. Dia yakin belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, bahkan bersama Min-gyu sekalipun. Rasanya seperti Ahra sudah menemukan kepingan yang dia sendiri tidak pernah sadar kalau dia membutuhkannya.

Sehun tidak pernah berkata tidak, atau menyanggah apapun pemikiran Ahra. Dia tidak pernah mendebat Ahra walau bagaimanapun anehnya pola pikir gadis itu—yang sejujurnya, mungkin memang sedikit di luar akal sehat karena jiwa bebasnya, tapi Sehun hanya akan mendengarkan ocehan Ahra saat gadis itu menceritakan apapun yang ada di dalam kepalanya.

Terkadang Ahra sendiri bingung karena Sehun hanya mendengarkan semua ocehannya itu, tapi setiap kali Ahra memastikan apakah pria itu memang mendengarkan saat dirinya berbicara, Sehun akan tersenyum dan memberikan pendapatnya soal apapun yang sedang Ahra bicarakan. Dari hal remeh seperti membicarakan soal kuda laut dan cara memakan sandwich yang benar, hingga hal-hal yang terkadang sebenarnya dia pikirkan terlalu jauh seperti teori mandela effect.

Apapun itu, Sehun tidak pernah tidak 'nyambung' dengan apapun yang Ahra bahas. Dan itulah yang membuat Ahra merasa dihargai, dan semakin jatuh cinta pada pria yang lebih tua darinya itu.

Ahra menguap kecil, pelukannya di tubuh telanjang Sehun masih belum terlepas. Ini sudah mulai tengah hari, dan belum ada tanda-tanda kalau mereka akan bangun dari posisi mereka saat ini dalam waktu dekat.

Gadis itu bahkan mulai membawa kebiasaan lamanya ke tempat ini—kamar ini, sekarang. Mereka masih berbaring bersama di tempat tidur sembari menonton series The Lord of The Rings dan The Hobbits yang entah sudah berapa kali Ahra putar.

"Besok kita ke toko buku bersama."

Ahra segera mengangkat pandangannya mendengar kalimat yang baru saja Sehun ucapkan itu. Menatap pria yang lebih tua darinya itu sesaat, gadis itu tertawa kecil.

"Kau ingin membaca bukunya sekarang?"

Sehun tersenyum, membawa tangannya mendekat, pria itu kembali menghirup lintingan tembakau yang terjepit diantara jari tengah dan telunjuknya. Pria itu kemudian berucap setelah menghembuskan kepulan asap dari bibirnya, "Setelah dua kali menonton film-film ini, ya. Aku seharusnya tidak pernah meragukan seleramu, hm?"

Ahra kembali tertawa kecil. Dia kemudian sedikit bangun dari posisinya, menatap Sehun dalam-dalam dan kemudian berucap, "Aku pikir kau akan sangat menyukai bukunya, Sehun. Copy pertama dari buku itu diterbitkan pada tahun sembilan belas tiga tujuh, dan aku pikir itu akan masuk ke dalam seleramu karena.. well.."

Melihat kilatan jahil di kedua netra Ahra yang menatapnya, Sehun segera mengangkat kedua alisnya, hampir tidak dapat menahan senyuman di wajah tampannya, "Karena.. aku dan buku itu sama-sama tua?"

Gelak tawa Ahra segera pecah mendengar kalimat Sehun. Membenamkan wajahnya di dada bidang pria itu, Ahra segera berucap,  "Aku bercanda.. aku bercanda.." beberapa kali, kemudian dia kembali beralih lebih dekat pada Sehun dan menanamkan sebuah ciuman di bibir pria itu, "Tapi kau itu 'kan memang sudah tua."

Sehun tergelak pelan dan menggeleng, "Yeah, aku pria tua yang kau sukai bukan?" dia menjawab main-main, beralih ke samping, mendekati meja nakas untuk mengusak ujung cerutunya hingga bara apinya padam pada asbak marmer yang harganya setara sebuah ponsel itu.

Tanpa Sehun sadari, Ahra sudah bergerak naik ke atas tubuhnya yang berbaring di tempat tidur, gadis itu membelai dada bidang dan bahu lebar Sehun selama beberapa saat sebelum akhirnya merendahkan tubuhnya untuk menanamkan ciuman-ciuman kecil sepanjang bagian atas tubuh pria itu. Tak hanya itu, jemarinya juga ikut bergerak menyentuh seluruh tubuh Sehun yang setengah telanjang seiring kegiatannya.

"Mm.. apa kita akan menghabiskan waktu seharian untuk bercinta lagi?"

Ahra mengangkat pandangannya, menatap Sehun dengan kedua mata besarnya, sebuah kerlingan nakal muncul disana, "Hm.. tapi kita harus ke toko buku untuk mencari buku yang kau inginkan, Tuan Sehun," sementara itu, tangannya sudah bergerak untuk membelai sesuatu yang mulai kembali bangun diantara kedua kaki Sehun.

Sehun melepaskan sebuah kekehan rendah, kedua matanya terpejam sesaat merasakan belaian lembut dari jemari Ahra pada kejantanannya. Gadis ini memang benar-benar seorang penggoda yang handal.

Saat kemudian Ahra bergerak untuk membebaskan ereksinya yang sudah keras sepenuhnya dan mengacung tegak dengan gagah, Sehun kembali memperhatikan. Dia menggeram rendah saat melihat gadis itu melingkarkan jemarinya di batang kejantanannya dan bibir merahnya mendekat untuk menanamkan sebuah kecupan di kepala kejantanannya. Tatapan mata Ahra sama sekali tidak beralih, masih tepat bertemu pandang dengan kedua obsidian Sehun yang mulai kembali berkabut nafsu.

Tak tahan, pria itu segera bangun dari posisinya dan mendorong tubuh mungil Ahra cukup keras hingga gadis itu mendarat di tempat tidur kembali dan memekik kecil. Sebuah gelak tawa menggoda kemudian lolos dari bibir Ahra saat dia melihat Sehun kini beralih mengurung tubuh mungilnya dengan kungkungan kedua lengannya, darahnya berdesir oleh nafsu dan hasrat yang begitu pekat menyadari perbedaan ukuran tubuh mereka.

Sehun jauh lebih besar dari dirinya. Pria itu bisa saja memperlakukannya seperti sebuah boneka seks pribadinya dan seperrinya Ahra akan pasrah saja. Dia sudah begitu tergila-gila pada Sehun.

Kedua tangan gadis itu segera melingkari leher Sehun, menariknya mendekat saat merasakan pria itu membuka kembali kedua kakinya lebar-lebar. Sebuah desahan lirih lolos diantara ciuman panas mereka saat pria itu akhirnya kembali menelusup masuk sepenuhnya ke celah sempit Ahra yang sudah begitu basah setelah percintaan mereka sejak pagi tadi, meregangkan gadis itu kembali lebar-lebar dengan ukurannya.

Sesaat, kedua mata Ahra terpejam dan bibirnya terbuka. Dia kembali mendesah pelan saat bibir Sehun beralih untuk menciumi leher dan dadanya yang telanjang. Sementara itu, ereksinya sudah mulai kembali bergerak keluar masuk tubuh mungil Ahra yang ketat dan begitu hangat  berulangkali dengan mudah di bawah sana.

Sepertinya mereka benar-benar tidak akan keluar dari kamar Sehun hari ini.

Céleste • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang