00.28 : thunderstorms

3.3K 231 8
                                    

"Kau yakin tidak perlu aku temani, Ra?"

Ahra tersenyum sesaat, menatap Yuna dan barang belanjaannya yang berada di sisinya saat ini. Mereka sedang berdiri di halte bus, sementara Yuna akan pulang menggunakan bus, seperti biasanya, Ahra yang masih meninggalkan scooternya di kampus akhirnya harus masuk kesana lagi untuk mengambilnya.

"Iya," jawab Ahra, lagi, "Lagipula kau akan kerepotan lagi nanti kalau mengantarku ke dalam, bawaanmu saja sudah banyak begitu."

Yuna tergelak pelan sesaat, menatap kembali tas belanjanya dan mengangkat bahunya sesaat, "Ya sudah, kalau begitu.. hati-hati ya."

Meskipun Yuna juga tahu di kampus masih ada anak-anak club yang biasanya belum pulang hingga jam ini, tetap saja, hari sudah sore dan dia juga takut terjadi sesuatu pada Ahra. Tapi seperti yang Ahra bilang, semuanya akan baik-baik saja dan dia tidak perlu khawatir. Jadi.. Yuna menuruti kata-katanya.

"Kau juga hati-hati di jalan ya," Ahra tersenyum dan mengangguk sekali, "Dah."

Kemudian, langkah Ahra kembali berlanjut, tidak terlalu jauh karena halte bus sebenarnya berada tepat di depan gedung kampus mereka, tetapi perjalanan menuju parkiran tempat dimana Ahra menaruh scooternya itu yang cukup memakan waktu.

Keadaan kampus sudah benar-benar sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang Ahra lihat masih berlalu lalang, atau duduk dan mengobrol–bahkan mungkin sembari mengerjakan tugas di sekitar lingkungan kampus. Bahkan tempat parkiran pun sudah begitu sepi dan terlihat hanya ada tiga kendaraan yang tertinggal, dan salah satunya adalah miliknya.

Ahra segera melangkah mendekati scooternya, meraih helm miliknya sesaat, kemudian kegiatannya kembali terhenti.

Well, jujur saja, sebenarnya dia merasa sedikit mengantuk saat ini, dan kedua matanya juga terasa agak berat. Mungkin.. karena dia kurang tidur semalam setelah Sehun yang menggarapnya tanpa lelah.

Gadis itu segera terkekeh pelan karena pemikirannya. Menggeleng, Ahra akhirnya meletakkan kembali helmnya dan memilih untuk pergi ke kamar mandi yang berada tidak jauh dari sana terlebih dulu, berniat untuk mencuci mukanya agar tidak terlalu mengantuk saat di jalan.

Karena keadaan kampus yang sudah sepi, begitu juga dengan kamar mandi yang Ahra masuki saat ini. Hanya ada dia sendiri disana.

Gadis itu segera melangkah mendekati wastafel yang berjejer, memperhatikan bayangannya sendiri pada cermin di hadapannya selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali mengalihkan perhatiannya, memutar kran air dan mulai menadahkan tangannya sendiri disana.

Setelah dirasa cukup, Ahra kembali menutup kran airnya dan mulai melangkah tepat ke samping wastafel, menarik beberapa lembar tissue untuk mengeringkan wajahnya sendiri. Akhirnya rasa kantuknya sudah sedikit hilang, jauh lebih baik dari sebelumnya.

Gadis itu tersenyum sesaat, membenahi rambutnya kembali dan merapikan pakaiannya, kemudian sembari meraih tas miliknya, dia mulai melangkah menuju pintu keluar kamar mandi. Dan tepat pada saat itu, langkahnya kembali terhenti melihat siapa yang sedang berdiri disana, sembari menatap dirinya.

"..Min-gyu?"

Kedua alis Ahra bertaut, menatap mantan kekasihnya itu dengan tidak mengerti. Kenapa dia berdiri disana?

"Apa yang kau lakukan disini? Ini kamar mandi wanita," gadis itu berucap lambat-lambat, memperhatikan Min-gyu dalam-dalam dan mencoba mencari tahu apa yang diinginkan laki-laki itu.

Setelah segalanya yang terjadi diantara mereka, Ahra benar-benar sudah tidak ingin melihat wajah Min-gyu sama sekali. Apalagi dengan kehadiran Hyerin yang sekarang adalah kekasih laki-laki itu, Ahra benar-benar tidak memiliki waktu untuk berurusan dengan mereka lagi.

Céleste • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang