00.32 ; domino

2.1K 141 9
                                    

"Ah, sayang. Pelan-pelan." Sehun segera mengambil alih gelas tinggi di tangan Ahra, kemudian beralih meraih teko berisi air putih yang juga berada di atas meja makan, menuangkan isinya ke dalam gelas bersih yang baru dan segera memberikannya pada Ahra yang masih belum berhenti terbatuk kecil karena tersedak.

"Ini, minum air putih dulu," katanya, yang segera diturunkan oleh Ahra—gadis itu dengan menurut menerima gelas yang Sehun berikan dan mulai meminum isinya dengan perlahan hingga rasa panas di tenggorokannya sedikit mereda. Setelah gadis itu akhirnya kembali meletakkan gelasnya diatas meja, dia kembali menatap Sehun.

Mengerti apa maksud dari tatapan itu, Sehun segera tersenyum kembali. "Tinggallah bersamaku, di rumahku, Ahra.." katanya, "tidak mungkin juga kau akan tinggal disini selamanya, bukan?"

Ahra tertegun selama beberapa saat mendengar kalimat itu, sedikit tidak mengerti.

Ya, dia berhutang budi begitu banyak pada Sehun, dan mendengar pria ini ingin bertahan ke jenjang yang lebih jauh, tetap saja begitu mengejutkan Ahra.

"Sehun.." gadis itu menatap kekasihnya yang jauh lebih tua selama beberapa saat, "Kau tahu bukan, kau sudah melakukan segalanya untukku selama ini.."

Pria itu segera tersenyum kecil, menatap Ahra lamat-lamat dan segera meraih tangan gadis itu diatas meja. "Dan aku ingin memberikan lebih banyak lagi padamu, sayang.. sudah berapa kali aku bilang kalau aku mencintaimu, hm?"

Sejenak, dada Ahra terasa tergelitik oleh rasa bahagia mendengar kalimat Sehun. Benar, dia juga begitu mencintai Sehun, meski dengan segala perbedaan yang ada diantara mereka. Tetapi tetap saja.. bagaimana mungkin Ahra akan tetap merepotkan Sehun setelah segalanya yang dia dapatkan? Bagaimana mungkin Sehun ingin tetap membuat Ahra mendapatkan begitu banyak keuntungan darinya bahkan setelah dia menyelesaikan pendidikannya dan seharusnya sudah bisa menghidupi dirinya sendiri?

"Sehun, aku tahu niat baikmu itu, tetapi setelah aku lulus kuliah, aku tidak ingin lagi merepotkanmu. Setelah semua yang kau berikan untukku selama ini, tentu aku mencintaimu, Sehun.. tetapi kau sudah melakukan begitu banyak hal untukku.."

Kalimat Ahra segera membuat Sehun tergelak sesaat, menatap gadis itu kembali, dia menjawab, "Aku tidak akan melarangmu untuk mengejar karir atau melakukan apapun yang kau inginkan setelah kau lulus, sayang. Aku hanya ingin kau tinggal bersamaku. Rumahku itu.. bangunan itu terlalu besar untukku sendiri. Dan saat kau berada disana, aku sadar kaulah yang aku butuhkan untuk mengisi kekosongan disana."

Gadis itu menatap Sehun kembali, lamat-lamat, dia mencoba tersenyum kecil, sendu menatap pria di hadapannya, "Sehun, aku hanya kekasihmu.. aku rasa tidak pantas kalau aku tinggal begitu saja di rumah peninggalan milik keluargamu seperti itu. Aku pikir.. hal itu akan menyinggung mendiang kedua orang tuamu dan—"

"Kalau begitu, menikahlah denganku, Ahra."

Sekali lagi, kalimat Sehun yang memotong kalimatnya membuat Ahra tertegun dengan kedua netranya kembali melebar.

Oh.

Oh.

Sehun baru saja melamar dirinya.

Bibir Ahra sesaat terbuka—seolah ingin mengucapkan sesuatu, tetapi hanya sebentar, dia menundukkan wajahnya sesaat dan mencoba mencari kalimat yang tepat sebagai respon untuk kalimat Sehun yang baru saja pria itu lontarkan pada dirinya.

"Apa kau baru saja.."

"Ya, Ahra." Suara Sehun tegas, yakin, senyuman simpul terbit di wajah tampannya dan dia menatap Ahra penuh dengan pengharapan. "Iya, benar. Aku sedang melamarmu saat ini. Well, aku belum menyiapkan cincinnya, sebenarnya.. tapi aku serius dengan permintaanku untuk menikahimu."

Céleste • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang