00.27 ; la serenidad

4.2K 219 22
                                    

Ahra memutar kembali tubuhnya di depan cermin, memastikan penampilannya tidak terlihat aneh meski dengan kemeja kebesaran milik Sehun yang coba dia pakai hari ini.

Dia akan berangkat ke kampus, dan baru saja menyelesaikan sarapannya setelah bibi Jung menghantarkan makanan ke kamar milik Sehun. Pria itu sendiri sudah terbiasa untuk bangun pagi-pagi buta dan berolahraga, dan sekarang sepertinya dia sudah berada di ruang kerjanya.

Gadis itu menatap kembali cermin di hadapannya lamat-lamat, dalam hati kembali meyakinkan dirinya sendiri kalau dia tidak terlihat aneh dengan penampilannya. Dan akhirnya, setelah selama sepuluh menit lebih dia berdiam diri disana sambil memperhatikan dirinya sendiri, Ahra mengangguk dan segera beralih untuk meraih tasnya yang ada diatas meja di dekat pintu.

Langkah kaki Ahra sedikit tergesa saat dia berjalan menuruni tangga spiral super besar yang ada di rumah itu, suara langkahnya sedikit bergema ke seluruh penjuru ruangan mengingat betapa besar dan luasnya tempat itu dibandingkan jumlah orang yang menghuninya.

Menuju ruang tengah-dengan akses langsung pada taman dan halaman belakang bangunan itu yang super luas dan hanya dibatasi oleh sekat kaca-Ahra bisa melihat bagaimana Sehun sedang fokus pada berkas di tangannya. Sementara itu, di seberangnya, Ahra juga bisa melihat Nona Hong yang sepertinya sedang menunggu Sehun untuk selesai dengan kegiatannya.

Memang, ini bukan hal yang asing bagi Ahra sekarang. Sejujurnya, dia juga sering melihat bagaimana Nona Hong berulangkali masuk ke ruang kerja Sehun atau dimanapun tempat pria itu inginkan, dengan setumpuk berkas yang Ahra sendiri tidak tahu apa isinya. Terkadang dia juga sebenarnya merasa sedikit cemburu mengingat seberapa banyak waktu yang dihabiskan oleh mereka berdua bersama, mengingat bagaimana masa lalu mereka bersama. Tapi setiap saat Ahra terpikir hal itu, dia juga mengingat bagaimana Sehun menempel padanya setiap saat mereka berada di ruangan yang sama, meski dengan keberadaan Nona Hong sekalipun.

Ahra tersenyum, melangkah mendekati kedua orang yang ada di ruang tengah itu.

"Selamat pagi," katanya, membuat Sehun dan Minjung refleks mengangkat kepala mereka untuk memusatkan perhatian pada dirinya. Melihat Ahra, yang sudah siap untuk berangkat ke kampus, Sehun tersenyum. Tangannya segera bergerak menutup kembali map berisi berkas yang sedari tadi sibuk dia baca dan mendorongnya lebih jauh ke bagian tengah meja besar itu.

"Good morning sunshine," katanya, sedikit bersandar dan bergerak mundur dengan kursinya, kemudian merentangkan salah satu tangannya dan meminta Ahra untuk melangkah mendekat.

Gadis itu tersenyum, segera melangkah mendekati Sehun, dan membiarkan pria itu melingkarkan lengan kekarnya di pinggangnya. Ahra kemudian merendahkan tubuhnya untuk menanamkan sebuah ciuman singkat di bibir pria itu.

Sehun tersenyum sesaat, "Sudah sarapan?"

Ahra tersenyum dan mengangguk, "Susu dan roti gandum dengan selai jelly, bibi Jung tadi sudah membawakannya ke kamar setelah aku selesai mandi," jawabnya. Perhatian gadis itu kemudian beralih ke sisi seberang tempat Sehun duduk, dimana Minjung ternyata sedang memperhatikan mereka dengan sebuah senyuman di bibirnya.

"Nona Hong sudah sarapan?" Ahra bertanya, dan Minjung segera tersenyum kembali, mengangguk sekali.

"Saya sudah sarapan di rumah," jawabnya, senyuman masih terpatri di wajah cantiknya. Ahra balas tersenyum, kemudian mengangguk mengerti.

"Pak Jung sudah membawa scootermu, di depan," ucap Sehun, salah satu tangannya bergerak menghela anak rambut Ahra ke belakang telinganya, "Atau kau mau diantar saja?"

Gadis itu sesaat membayangkan bagaimana lucunya Pak Jung yang membawa scooter berwarna pink miliknya, tertawa sejenak karena pemikirannya sendiri, gadis itu kemudian segera menggeleng mendengar penawaran Sehun.

Céleste • osh [ R/18+ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang