13 | terabai

2.7K 366 247
                                    

Malam ini Aghni tak mau kecolongan lagi.

Aghni berdiri di depan kamar Jihane. Sebelum masuk, Aghni menempelkan daun telinganya di dinding pintu. Satu-satunya suara yang terdengar adalah gemercik air. Jihane pasti lagi mandi, pikir Aghni. Pelan-pelan Aghni menyentuh gagang pintu dan membukanya. Aghni mengedarkan pandangan ke seisi kamar Jihane. Kosong. Benar memang kekasihnya sedang berada di kamar mandi.

Beberapa jenak Aghni menimbang-nimbang. Entah mengapa Aghni memiliki firasat malam ini tak akan semudah malam kemarin. Jika semalam, sepulangnya mereka dari Lombok Aghni bisa tertidur lelap sekalipun tak ada Jihane di sisinya, malam ini Aghni tak yakin sesuatu yang sama akan berulang. Bagaimanapun kemarin Aghni begitu lelah. Sementara hari ini Aghni punya banyak waktu untuk beristirahat. Kalau kali ini Jihane kembali mengunci pintu kamarnya, Aghni yakin dia pasti akan terjaga sepanjang malam.

Aghni tak mau itu. Aghni butuh candunya.

Usai menghela napas panjang, Aghni mengendap-endap sepelan mungkin. Apa pun nantinya yang terjadi setidaknya Aghni sudah mencoba. Aghni menjatuhkan tubuhnya di tengah-tengah tempat tidur. Sebisa mungkin Aghni mencari posisi ternyaman. Aghni duduk bersila dengan punggung bersandar di kepala ranjang. Bantal-bantal empuk menopang di antaranya. Tanpa sadar, Aghni menguap lebar. Belum apa-apa aroma Jihane sudah berhasil mendatangkan kantuk.

Pelupuk mata Aghni hampir tertutup ketika Aghni mendengar suara pintu membuka. Aghni melihat Jihane melangkah dari arah kamar mandi. Jihane hanya mengenakan handuk putih yang membelit bagian dada sampai ke pertengahan pahanya. Tangan kiri Jihane terus mengusap handuk kecil ke rambut panjangnya yang basah.

"Kamu kenapa keramas malam-malam?"

Jihane mendelik. "Kamu ngapain di sini?"

Aghni diam. Jihane jelas-jelas tak tertarik menjawab pertanyaannya. Padahal Aghni hanya khawatir. Aghni tak mau Jihane masuk angin. Masih ada banyak waktu esok pagi, bukannya pukul sembilan malam begini. "Tidur," sahut Aghni pada pertanyaan Jihane.

Jihane berbalik menuju lemari pakaian. "Nggak lupa ingatan, kan? Kamar kamu di sebelah."

"Tahu, tapi pacar aku di sini."

Tidak ada tanggapan. Jihane hanya mengamati Aghni sesaat sebelum kembali masuk ke kamar mandi bersama selembar kaus hitam dan pakaian dalam yang diambilnya dari lemari.

Dengan sengaja Jihane menghabiskan banyak waktu di sana. Jihane berdiri di depan wastafel. Tangan kanan Jihane memegangi hair dryer dan tangan kirinya sibuk menyisir rambutnya helai demi helai. Sesudah dirasa cukup kering, dengan telaten Jihane mengaplikasikan vitamin rambut.

Setelahnya, barulah Jihane keluar.

Jihane pikir Aghni memutuskan menyerah. Tak tahunya kekasihnya itu masih saja membetahkan diri. Bahkan sekarang ditemani ponsel di tangannya. Entah apa persisnya yang Aghni lakukan di sana. Namun, Jihane cuek saja. Jihane tidak menghampiri Aghni, Jihane melanjutkan ritual malamnya. Kali ini yang mendapat perhatian adalah wajah dan sekujur tubuhnya. Rangkaian proses itu ditutup dengan Jihane yang berdiri di hadapan cermin sembari menyugar rambut panjangnya.

Sepanjang itu Aghni tak melepaskan matanya dari sang kekasih.

Jihane-nya benar-benar memukau. Kalau saja tak teringat Jihane sedang melakukan aksi ngambek dan malas bicara banyak dengannya, rasanya Aghni ingin menerjang Jihane detik itu juga. Aghni benar-benar tak sabar melarikan hidungnya di sepanjang kulit leher Jihane. Menghirup aroma khas gadisnya itu sedalam-dalamnya. Setelahnya mungkin Aghni bisa beralih ke lengan Jihane, tulang selangkanya, belahan payudaranya, tentu saja setelah mengecup mesra bibir Jihane.

Sayangnya, lamunan Aghni terpaksa buyar ketika mendapati Jihane naik ke tempat tidur dan memilih membelakanginya. Aghni menahan geram. Tak peduli jika harus berakhir dengan Jihane yang menolaknya, tetap saja Aghni memupus jarak di antara mereka. Aghni merapat ke tubuh Jihane. Tangan kanan Aghni melingkari pinggang Jihane. Dengan lancang Aghni menciumi tulang belikat Jihane di balik kaus yang melekat. Aroma segar serta-merta menyeruak masuk ke paru-paru.

#2 When You Love the Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang