Dua tahun kemudian.
Lewat pukul lima pagi. Aghni melompat-lompat kecil, melakukan peregangan ringan. Sebelum membawa running shoes-nya bergerak meninggalkan lobi hotel, Aghni memastikan AirPods di telinganya sudah terhubung dengan baik. Playlist khusus teman berlarinya telah siap menemani.
Di kaki langit hanya tampak seberkas cahaya menyembul malu-malu. Sebagian sisanya masih gelap. Perempuan dibalut setelan training—workout bra dan high-rise tights—berwarna french pink itu terus saja berlari. Gerak kakinya stabil. Aghni tak memedulikan sekitar. Bahkan, ketika angin bertiup lebih kencang, sisa-sisa hujan sepanjang malam, Aghni hanya menaikkan ritsleting marathon jacket-nya tanpa mengurangi ritme berlarinya.
Persis seperti hidupnya.
Aghni terus menyongsong ke depan sekalipun semesta enggan berpihak padanya.
Selasa hari itu, dua tahun yang lalu, adalah kali terakhir Aghni bertemu Jihane.
Beberapa hari setelahnya, Aghni coba menerima. Namun, pada satu titik Aghni sadar, Jihane boleh jadi benar, besar kemungkinan mereka akan menghancurkan hati ibu mereka dengan kenyataan tentang hubungan di antara keduanya, tetapi hati Aghni tak bisa bohong. Bukan Aghni yang menginginkan, hatinya yang memilih. Tak peduli Aghni berusaha memadamkannya, atau sekadar membiarkannya tetap ada tapi tak benar-benar menengoknya, perasaan itu tetap saja bersemayam di sana.
Utuh. Tak bergeser sedikit pun.
Pikir Aghni, mungkin sebaiknya dia menemui Jihane. Mereka bisa merundingkan ini bersama-sama. Mencari jalan keluar terbaik. Tak perlu ada yang tersakiti. Sejatinya cinta memang tidak menyakiti. Walaupun Aghni sendiri pun sadar titik terang tak akan semudah itu digapai. Setidaknya mereka sudah berusaha, tanpa meninggalkan satu sama lain. Tanpa melukai satu dan lainnya.
Sayangnya, perhitungan Aghni meleset. Ketika Aghni sampai di Almira's, pada Senin pekan berikutnya, Jihane sudah tidak ada di sana. Awalnya Aghni pikir Jihane tengah disibukkan dengan sederet agenda meeting bersama klien maupun vendornya, seperti yang selama ini Aghni tahu. Namun, setelah tiga hari berturut-turut datang ke sana dan selalu mendapat jawaban sama, Aghni memutuskan untuk mendesak Visa agar jujur padanya. Aghni curiga perempuan itu menyembunyikan sesuatu.
"Teteh beneran nggak tahu Jihane ada di mana, Ni. Tapi yang pasti, kamu nggak akan menemukan jawabannya di sini. Karena Jihane sendiri nggak bilang kapan dia pulang. Dan, semoga aja suatu hari nanti dia benar-benar pulang."
Jawaban Visa sukses membuat Aghni kalut. Aghni sama sekali tak menduga Jihane akan bergerak sejauh ini. Aghni pikir ini hanya tentang hubungan mereka yang berakhir, bukan Jihane yang lenyap dari kehidupannya. Entah apa yang sebenarnya melatarbelakangi keputusan perempuan itu. Jika memang hanya tentang hubungan mereka, Jihane tak perlu repot-repot seperti ini. Kenyataannya memang sudah berakhir. Jihane tak harus menghindar dan membuat semuanya begitu asing.
Satu-dua hari Aghni begitu terpuruk. Aghni tidak ingin melakukan apa-apa. Jangankan untuk pergi ke Teatrika, beranjak dari kamarnya pun perempuan itu tak mau. Aghni berbaring di ranjangnya, dengan pakaian Jihane dalam dekapannya. Aghni terus menghidu dalam-dalam aroma Jihane yang tertinggal. Hanya dengan seperti itu Aghni yakin Jihane memang pernah singgah di hidupnya. Mata Aghni bengkak, tetapi tak ada air mata. Aghni bahkan sudah terlalu lelah menangis.
Kalau bukan karena Abi, Aghni mungkin tak akan meninggalkan kejatuhannya.
Abi menggeret Aghni. Abi memaksa Aghni untuk menghadapi kenyataan. Abi pula yang menjanjikan pada Aghni untuk mencari Jihane. Di penghujung hari setelah pekerjaan mereka selesai, Aghni dan Abi akan mengitari Jakarta. Setiap hari. Keduanya mengunjungi semua tempat yang pernah Aghni dan Jihane datangi. Mulai dari nasi goreng kambing favorit Jihane di Sabang, swalayan tempat mereka belanja bulanan, sampai bioskop tempat mereka kencan. Nihil. Tetap saja nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 When You Love the Same Person
FanfictionWhen you love the same person, would you stay there? [24/05] #665 fiksi out of 135k stories [15/04] #11 romancestory out of 2,4k stories [10/02] #1 aghninyhaque out of 147 stories