Di antara langkahnya Aghni merasakan ponsel di saku celananya bergetar. Aghni berhenti sejenak. Tangan kanannya merogoh benda itu. Julian Pradja. Nama yang terpampang di layar melahirkan garis-garis kernyitan di kening Aghni. Tak ayal Aghni menyentuh logo telepon berwarna hijau dan menempelkan ponsel pintarnya ke telinga.
"Yes, Juls?"
"Halo, Ni. Sori ganggu. Gue lagi di rumah lo, nih."
Aghni diam. Dia tak ingat punya janji dengan Julian hari ini. Malah Aghni pikir pemuda itu sudah pulang ke Jakarta selepas pemakaman. "Lah, gue lagi di luar, Juls. Lagi di bandara. Abis nganterin Jihane dan Abi. Ada apa, ya?"
"Oh, nggak, cuma pengin ketemu aja. Ada yang pengin gue obrolin. Kira-kira lo ada waktu luang nggak?"
Sekali lagi Aghni tepekur. Perempuan itu memutar tubuh, membiarkan pandangannya diisi dengan pintu terminal keberangkatan yang sekian menit lalu melenyapkan sosok Jihane dan Abi. "Boleh. Gue udah free, kok. Mau ketemu di rumah? Gue jalan sekarang."
"Ketemu di tempat lain aja gimana? Lo ada ide?"
"Mmm ..., lo udah pernah coba Soto Bokoran belum?" Aghni ingat Julian kerap penasaran dengan kuliner khas Semarang. Ide itu tetiba saja melintas. Setelah sebelumnya mie kopyok dan tahu gimbal, menurut Aghni Julian juga harus mencoba soto ayam legendaris satu itu. "Oke, langsung ketemu di sana, ya. Iya, entar lo ketik aja Soto Bokoran 1949. Alamatnya di Jalan Plampitan. See ya, Juls. Bye."
Aghni membuang napas melalui mulut. Aghni rasa ini adalah langkah awal memperbaiki hubungannya dan Jihane. Aghni ingin memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang Jihane berikan. Bukan hanya untuk memikirkan ulang hubungan mereka, tetapi juga sebagai ruang untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya di masa lalu.
Dan, Julian adalah salah satunya.
***
"Bu Rum, sotonipun kalih lan sekul kalih—dipisah. Sama ... tempe goreng dan semua sate-sateannya. Masing-masing dua juga, ya, Bu." Usai memesan, Aghni menuju meja yang sudah diamankan Julian. Mereka beruntung masih ada dua kursi tersisa di antara ramainya pengunjung menuju jam makan siang seperti ini.
Julian sukses terkesima melihat antusiasme yang ada. Pemuda itu segera saja meminta Aghni menjelaskan padanya apa yang membuat orang-orang berbondong-bondong datang kemari. Rela mengantre dan duduk berimpitan. Kalau dilihat-lihat warung soto ini juga tak seberapa luas. Julian semakin yakin kekuatannya ada pada cita rasa yang dimiliki.
"Bisa dibilang Soto Bokoran ini pelopornya soto ayam di Semarang. Dan, lo percaya nggak Soto Bokoran udah ada sejak lebih dari 70an tahun yang lalu? Yep, sesuai namanya. Kalau nggak salah sekarang udah dikelola generasi keempat. Bu Rumini. Yang itu, tuh, orangnya." Aghni menunjuk seorang ibu-ibu yang tadi menerima pesanannya.
"Terus yang bikin spesial?"
Aghni menjentikkan jari. "Kuah sotonya hasil campuran kaldu ayam dan kuah sate."
"Serius?"
"Iyaaa. Serius. Pokoknya gue yakin lo nggak bakalan nyesel. Malah yang ada setiap kali lo balik ke Semarang lo bakalan nagih buat ke sini."
Tak menunggu lama pesanan mereka tiba di meja. Dua mangkuk soto yang disajikan dalam mangkuk porselen China, seporsi tempe goreng, dan satu mangkuk sate-satean; sate usus, sate ati ampela, sate kerang, dan sate telur. Aghni bilang, lagi-lagi mereka beruntung. Biasanya, sate kerang selalu ludes lebih awal. Varian sate satu ini merupakan yang terfavorit.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 When You Love the Same Person
FanfictionWhen you love the same person, would you stay there? [24/05] #665 fiksi out of 135k stories [15/04] #11 romancestory out of 2,4k stories [10/02] #1 aghninyhaque out of 147 stories