6 | almost there

3.4K 323 250
                                    

"Niiin, nanti ada yang lihat."

Tadinya, Aghni tak punya niat apa-apa. Aghni hanya berdiri bersandar di tembok seberang pintu unit apartemennya. Namun, tidak melakukan apa-apa, hanya memandangi Jihane yang sibuk merogoh handbag-nya, mencari kunci unit mereka—yang entah terselip di mana, mendatangkan perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Satu-satunya yang Aghni tahu, bagian belakang tubuh Jihane mengundangnya untuk mendekat, sekadar mengecupi pundak dan tulang belikat manusia titisan bidadari itu.

"Niiin ...." Jihane masih berusaha melepaskan belitan tangan Aghni di pinggangnya.

"Who's care, Babe?" bisik Aghni sensual, lalu kembali melanjutkan aksinya. Kini, leher dan tengkuk Jihane yang menjadi sasaran.

Jihane terkekeh. Kalau saja tak memandang logika, Jihane mungkin akan segera membalas Aghni. Beruntungnya, logikanya masih lebih kuat dibanding hasratnya. "Me," ujar Jihane, mencoba yakin. Rasanya Jihane seperti berperang dengan dirinya sendiri. Bersamaan dengan itu Jihane berhasil menemukan sesuatu yang sejak tadi dia cari. Jihane menempelkan key card di tempat yang telah tersedia.

Posisi Jihane yang tak begitu stabil itu dimanfaatkan Aghni untuk memutar tubuh Jihane menghadap ke arahnya. Jihane menjerit tertahan dan Aghni tak peduli. Aghni malah semakin merapatkan jarak di antara mereka hingga bagian belakang tubuh Jihane melekat ke dinding pintu. Tangan kiri Aghni mendekap pinggang Jihane. Sementara tangan kanannya, tanpa sepengetahuan Jihane, diam-diam menyentuh gagang pintu.

Perlakuan Aghni tampaknya berhasil mengaburkan logika Jihane. Tak lagi peduli di mana keberadaan mereka, yang mungkin saja bisa kepergok tetangga kanan dan kiri, Jihane memutuskan mengikuti permainan Aghni. Jihane melarikan tangannya untuk menangkup kedua pipi Aghni. Tangan sebelah kiri Jihane bertahan lebih lama selagi tangan sebelah kanan merapikan anak-anak rambut yang jatuh di sepanjang kening.

"Mau ngapain?" lirih Jihane diikuti deretan gigi putihnya yang menggigit bibir bawahnya.

"Do something that you don't think about." Aghni nyengir lebar.

"What if someone sees us?"

Aghni menolehkan kepala ke kanan dan kiri. "There's no one here. Only you and me," jawab Aghni masih setengah berbisik.

"Oookaaay." Tangan Jihane turun ke leher Aghni. Ujung-ujung jemarinya memberi pijatan lembut di tengkuk dan sepanjang bahu Aghni—yang hanya dilapisi kaus tipis. Jihane tersenyum menggoda, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kanan sang kekasih. "Do it," bisik Jihane dengan begitu mengundang.

Aghni menyeringai. Umpannya berhasil dipatuk. Namun, Aghni masih cukup waras untuk melakukan hal gila dan nekat di depan umum. Aghni hanya memancing Jihane. Aghni punya rencana lain. Tangan kanannya yang tak lepas dari gagang pintu, menggerakkan turun dan membuat pintu di belakang Jihane terdorong membuka. Aghni tentu saja cukup sigap menahan tubuh gadisnya agar tak terjatuh. Aghni melingkarkan tangan kirinya di pinggang Jihane, yang disambut Jihane dengan mendekapnya lebih erat.

Rasanya seperti sekedipan mata ketika Aghni membawa tubuh mereka memasuki unit apartemen, lalu lagi-lagi menempatkan Jihane untuk bersandar di pintu yang telah menutup, dengan tubuh Aghni yang mengungkung Jihane dari depan. Aghni tak kuasa menahan senyuman memandangi bidadarinya. Wajah cantik di hadapannya ini sudah berkali-kali ditatapnya, tetapi tak jua Aghni merasa bosan. Yang ada Aghni semakin tenggelam dan merasa rakus. Terlebih pada bola mata indah dan bibir seksi Jihane. Seperti ini saja berhasil membuat Aghni mengalami sesak napas.

"I miss you, Pacar."

"I miss you more, Cantik."

Jihane tersenyum simpul. "Udah?"

#2 When You Love the Same PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang