SATU KAMAR

2K 249 9
                                    

     2 minggu di rawat, kini alva sudah diizinkan untuk pulang. Lelaki itu sudah berada di kamarnya dengan teza yang sedang merapikan lemari alva yang lumayan berantakan.

"Sayang, duduk sini dulu" panggil alva sembari menepuk tempat kosong di sampingnya.

"Bentar, dikit lagi selesai nih" ucap teza tanpa berbalik menatap alva.

"Gak usah di lanjutin, sayang. Nanti kamu kecapean" ucap alva lembut.

"Ck, bentar" kesal teza.

   Teza segera memasukkan tumpukan baju terakhir ke dalam lemari lalu menutup lemari itu dengan rapat.

   Dengan wajah kesalnya ia mendekati alva yang sedari tadi menggerutu karena di cuekin.

"Kenapa?" Tanya teza nge gas.

"Santai dong, duduk sini" ucap alva dengan cengirannya.

   Teza merotasikan matanya malas, tapi masih melakukan yang alva minta, ia langsung duduk di samping suaminya itu. Tanpa aba aba alva langsung memeluk teza erat membuat wanita itu terkejut.

"Ada yang sakit, hmm?" Tanya teza sembari mengusap usap rambut alva yang sangat lembut.

"Enggak" jawab alva sembari menggeleng pelan.

"Terus?" Tanya teza.

"Cuma mau peluk aja kok, soalnya peluk kamu bikin candu" ucap alva manja.

   Teza tak menanggapi perkataan alva, ia menghela nafas panjang dan memilih untuk diam.

"Yang..." Panggil alva.

"Hm?" Tanya teza.

   Alva terdiam, ia terlihat sangat ragu ingin mengungkapkan isi hatinya. Ia takut jika ia mengatakannya teza akan kembali cuek dan dingin padanya.

"Kenapa diem?" Tanya teza heran.

"Emm tapi kamu jangan marah ya" pinta alva.

"Tergantung"

"K-kita b-boleh sekamar gak mulai sekarang?" Tanya alva terbata bata.

   Mendengar perkataan alva, teza menghentikan usapan tangannya di kepala alva dan menatap pria itu penuh tanda tanya.

   Merasakan ada hawa dingin dari teza, alva mengeratkan pelukannya pada teza dan memejamkan matanya, siap siap untuk di marahi.

"Why not"

   Mendengar perkataan teza, alva langsung membuka matanya dan mendongak menatap istrinya.

"B-beneran?" Tanya alva gugup.

    Teza bisa mendengar jantung lelaki itu berdetak cepat tak beraturan, serta wajah yang bersemu merah hingga telinga. Teza tertawa pelan lalu mengangguk perlahan.

"Iya, sayang" jawabnya santai.

Blushhh...

    Alva melotot kaget, kupingnya memanas serta detak jantung yang semakin susah bertahan di dada kirinya. Bibirnya tidak bisa ia tahan untuk tidak tersenyum lebar, ia langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher teza.

"Aaaa makasih" pekik alva dengan suara yang sedikit teredam di bahu teza.

"Hahaha lucu banget suami aku" goda teza diiringi tawa.

******
    Setelah memindahkan barang barang mereka berdua ke kamar utama mansion, keduanya kini berada di ruang keluarga untuk bersantai sambil menonton TV.

     Alva berbaring di sofa dengan paha teza yang jadi bantalan, lelaki itu tidak menonton tv tapi lebih memilih untuk tertidur sembari memeluk pinggang istrinya.

DANGEROUS TEZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang