MASIH SAMA

1.6K 218 55
                                    

"sayang..."

    Alva menggenggam tangan teza yang terpasang jarum infus, ia memandang wajah damai itu yang sudah 4 bulan tidak ia lihat.

"Sayang, bangun yu. Kamu udah 4 bulan tidur, gak capek merem terus, hm?" Lirih alva menahan mati matian air matanya yang ingin kembali terjun.

"A-aku bodoh kan, sayang. Aku gak sadar kalo ada bahaya yang ngintai, aku bahkan buat kamu harus nanggung semuanya sendiri"

"Bangun ya, sayang. Aku kangen liat kamu senyum, aku kangen sama suara kamu, aku kangen kamu yang cuek ke aku. Sayang bangun, aku mau peluk kamu lagi"
Pintanya tak henti henti.

   Nafas alva tercekat, jantungnya berdetak tak karuan saat ini. Sesak, sakit, jantungnya seakan di aduk di dalam tubuhnya itu.

"Aku gak bisa tepatin janji aku, sayang. Lagi lagi kamu terluka dan aku gak bisa lindungin kamu, aku bahkan gak tau kamu berjuang selama 4 bulan ini"

   Runtuh, pertahanan alva runtuh. Tangisannya pecah, ia menunduk dalam penuh penyesalan. Ia merasa sangat gagal menjadi sosok suami yang bertanggung jawab, padahal ia sudah berjanji akan melindungi teza, tapi ia bahkan tidak tahu masalah apa saja yang di hadapi istrinya ini.

"Bangun lah, kamu gak lelah tidur, hm?" Tanya alva di sela sela tangisnya.

    Tatapan penuh harap agar wanitanya itu bangun terlihat jelas di matanya, namun tiada pergerakan sedikit pun dari sang empu.

"Bangun, sayang. Twins butuh mommy nya, mereka butuh kamu, sayang" mohonnya tak henti henti di samping tubuh teza yang terbaring lemah.

"Sa-yang hiks..."

*******
   3 hari sudah sejak alva mengetahui kondisi teza, dan semua keluarga juga sudah mengetahui itu. Saat tau, mereka sama terkejut dan sedihnya seperti alva. Mereka hampir tidak percaya bahwa wanita yang sedang terbaring lemah di ruangan VVIP itu adalah princess mereka.

   3 hari ini kondisi teza stabil, namun kapan dia membuka mata tidak ada yang tau. Wanita itu seakan enggan membuka mata cantiknya, entah sedang bermimpi indah atau memang sudah menyerah untuk hidup.

   Jika bukan karena alat rumah sakit yang memenuhi tubuhnya itu, mungkin teza tidak mungkin bertahan sampai sekarang.

Klek...

   Alva masuk ke ruangan teza dengan mendorong kereta arka dan alza.

"Sayang, aku bawa baby arka sama alza ke sini. Kamu pasti kangen sama mereka, kan" ucap nya sembari mengangkat kedua bayi itu satu persatu ke samping teza.

   Keduanya terlihat senang berada di samping sang mommy.

"Kangen sama mommy, ya nak?" Tanya alva tersenyum tipis.

   Alva mencium kening teza sebentar lalu menatap lekat wanita itu.

"Cepet bangun, sayang. Baby arka sama alza kangen sama kamu, aku juga merindukan mu, pake banget" ucapnya.

"Mamm...maamm..." Alva terbelalak ketika bayi berumur hampir memasuki 5 bulan itu memanggil sang mommy.

"Bilang apa nak, panggil mommy lagi coba" pinta alva senang menatap kedua anaknya bergantian.

"Maammm...maammm..."

   Alva tersenyum lebar saat mendengar suara anaknya itu, ia mencium pipi gembul ke duanya dan terakhir kening sang istri.

"Lihatlah, mereka memanggil mu, sayang. Bangunlah, kamu pasti ingin mendengar mereka memanggil mu dengan sebutan mommy, kan?" Ucap alva tak pernah lelah meminta agar istrinya itu terbangun dari tidur panjangnya.

DANGEROUS TEZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang