; The Boy

1.5K 209 11
                                    

“Rayyan, tolong jangan di lempar-lempar barangnya.” Ujar sekretaris Toni.

Sekretaris yang bekerja sama dengan Yohan selama beberapa tahun terakhir ini. Toni adalah sahabat Yohan dari SMA, tapi kalau sudah urusan pekerjaan mereka berdua melupakan bahwa mereka adalah seorang sahabat, yang mereka tahu mereka adalah atasan dan bawahan.

Toni tampak kuwalahan memperingatkan lelaki kecil yang lagi memberontak di hadapan nya. Ulah dari anak kecil itu ruangan Yohan jadi berantakan. Banyak kertas-kertas berhamburan di lantai.

Sekarang jari-jari kecil Rayyan memegang laptop berencana ingin melemparkan nya ke lantai.

"Ray, jangan yang itu yaa." Cegah Toni.

Toni mulai panik, dia takut jika Rayuan benar-benar melempar laptop milik Yohan. Ada banyak data-data penting perusahaan di dalam laptop itu.

Tiba-tiba saja pintu terbuka, memperlihatkan sosok Yohan yang di baluti jas merah di lapisi kemeja putih. Rambut hari ini tersisir rapi sama seperti biasanya.

"Rayyan, turun dari meja sekarang!." Ucap Yohan dengan nada tegas dan wajah terlihat marah.

Toni tersentak kaget. Dia langsung menoleh pada Yohan.

"Rayyan, sudah papa bilang berapa kali,"

"Jangan meng-nga-cau di kantor!." Sambung Yohan dengan menekan kalimat nya.

Rayyan terdiam memasang raut wajah cemberut. Dia menuliskan sesuatu di tab nya yang selalu dia bawa kemana-mana.

Aku ingin bermain

Setelah membacanya Yohan menggeleng menolak ajakan Rayyan.

"Tidak untuk sekarang, Ray." Tolak Yohan.

"Rayyan main sama om Toni aja, yah?."

Kini Toni yang membuka suara. Namun Rayyan menggeleng tidak mau.

"Ray, papa banyak kerjaan sekarang."

Yohan memungut kertas kertas yang berhamburan di lantai.

"Toni, bawa Rayyan keluar." Perintah Yohan.

"Iya, siap pak." Jawab Toni dengan sigap.

Rayyan berteriak dengan begitu keras membuat seisi ruangan bergema. Toni dan Yohan menutup telinga mereka saking nyaring nya teriakan Rayyan.

Karena muak Yohan akhirnya berteriak dengan penuh emosi.

"Rayyan Denandra, stop!!."

Lelaki kecil berusia 5 tahun itu terbungkam. Dia menghentakkan kaki nya dengan kasar lalu berlari pergi keluar dari kantor.

Dengan langkah besar Toni menyusuli Rayyan.

Yohan memperbaiki kancing jas nya yang sempat terbuka. Ia menghembuskan nafas kasar sembari menggeleng-geleng tidak percaya dengan sikap Rayyan barusan.

Mengapa Rayyan akhir-akhir ini keras kepala dan sangat sulit di atur. Andai saja lelaki kecil itu bisa menjawab semua pertanyaan Yohan, pasti dia mengerti apa yang Rayyan kecil inginkan.

Semenjak peristiwa itu, Rayyan sama sekali tidak mau mengucapkan sepatah kata pun. Karena khawatir Yohan pun mencarikan beberapa psikolog anak yang berpengalaman.

Namun semua itu sia-sia, baru sehari bekerja tak sedikit dari mereka yang mengundurkan diri.

Seorang pegawai pria baru saja memasuki ruangan kerja Yohan.

"Selamat pagi pak, ini beberapa profil psikolog anak."

Pria itu menaruh kurang lebih lima tumpuk berkas dengan map berwarna biru ke atas meja Yohan.

From 2 To 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang