; Hospital

1.1K 192 7
                                    

Ya!, dia adalah anak ku, kalian puas?.


Katrin terbelalak, ia langsung menyemburkan air putih yang berada di mulut nya. Padahal niat awalnya mau ia teguk, namun setelah mendengar pernyataan Yohan di televisi ia justru tak sengaja menyemburkan nya.

“HAH? ANAK?!...”

“...M-MASA SIH?!.”

Katrin meraih remote TV dan mematikan benda itu hingga layar nya berwarna hitam.

Perasaan nya saat ini sangat campur aduk. Dia seperti di tusuk 1000 kali pakai pisau.

Dia kesal, marah, kaget, dan perasaan yang tidak bisa lagi ia deskripsikan.

“Anak?.” Gumam nya lagi.

“Anak siapa?, positif thinking anak angkat.” Tambah nya.

“Stress lama-lama gue mikirin ini.”

“Lah, gue kenapa repot-repot mikirin?, nambah beban aja.”

Dari ruang makan Tio dapat melihat anak semata wayangnya itu sedang berbicara sendiri di depan televisi.

Pria tua itu tertawa kecil sambil geleng-geleng.

Kayaknya anaknya juga butuh ke psikolog.

“Han, lo beneran gapapa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Han, lo beneran gapapa?.” Tanya Toni memastikan sahabat nya itu baik baik saja. Karena sedari tadi Yohan melamun di depan televisi setelah melihat berita nya beredar kemana-mana.

Tidak perlu heran mendengar Toni yang memanggil Yohan tanpa sebutan “Tuan atau pak”, karena memang Yohan yang meminta sendiri jika di luar urusan pekerjaan cukup berbicara informal saja dengan nya.

Yohan menggeleng berusaha membangkitkan kembali kesadaran nya.

“I-iyaa, gapapa.” Lirih nya.

“Rayyan pasti sedang jadi pembicaraan netizen di luar sana.”

Yohan mengangguk setuju. Dia mengatakan hal seperti itu di depan media langsung berarti dia sudah siap menghadapi konsekuensi nya.

Dalam fisik Yohan sudah siap bertarung jika Rayyan dalam bahaya. Namun mental?, bagaimana bisa dia melindungi Rayyan jika dia sendiri sedang tidak baik-baik saja.

Dia.

Takut.

Toni melirik kedua tangan Yohan yang gemetaran. Lelaki itu tampak khawatir dengan kondisi sahabat nya.

“Han, kita hadapi ini bareng-bareng yaa.”

Yohan menelan ludah nya. Keningnya di penuhi keringat. Dia benar-benar takut kehilangan orang yang dia sayangi lagi.

“R-Rayyan, gimana?, dia baik-baik saja kan?.” Tanya Yohan.

Toni mengangguk. “Iya, aman, dia barusan tertidur.”

From 2 To 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang