Jam 10 malam. Katrin belum pulang ke rumah nya, dia masih ingin menikmati pemandangan bintang dan bulan di halaman belakang rumah Yohan.Yohan baru saja menghampiri nya setelah menidurkan Rayyan. Pria itu duduk di samping Katrin, ia mengikuti Katrin yang memandangi bintang dan bulan.
"Gimana hari mu?." Tanya Yohan.
Katrin menoleh. "Hm? tumben nanya kayak gitu."
Yohan tertawa kecil. "Penasaran aja, soalnya kamu keliatan kecapean."
"Iyalah capek habis ngurusin dua bayi yang bikin dapur berantakan."
Yohan yang merasa tersindir langsung tertawa lepas. Karena tawa Yohan yang menular Katrin pun juga ikut tertawa.
Katrin meredakan tawa nya. "Tahu gak?, tadi pasien gue rewel semuaa, susah banget nenangin nya, gue udah coba kasih mainan dan permen tapi dia nolak, terus dia lemparin gue mainan nya, nih coba lihat bekas nya masih ada." Katrin memperlihatkan luka goresan yang ada di lengan nya.
Yohan terkejut. "Sakit yaa?, mau saya obatin?."
Katrin menolak dengan alasan dia sudah mengobati nya sendiri.
"Han, gak usah pakai 'Saya', formal banget tahu gak sih?." Omel Katrin.
"Kan gue udah bilang Rin, gue sering keceplosan gitu soalnya udah terbiasa, apalagi waktu di kantor," Jelas Yohan.
"Pakai 'Aku' aja mau nggak?." Goda Yohan.
"Terserah."
"Oke, aku anggap kamu mau."
Katrin berdecih. Ia kembali melihat benda langit yang begitu banyak menghiasi langit kota Bandung. Mata nya berbinar-binar memandangi bintang dan bulan.
"Rin, ada cerita apa hari ini?." Tanya Yohan sambil memandangi Katrin.
"Eummm apa yaa?, banyak banget soal nya."
"Gapapa, cerita aja semua."
"Dari masalah tadi pagi aja deh. Kamar gue kan udah lama gak di bersihin jadi banyak banget debu nya, terus banyak laba-laba juga. Waktu gue geser lemari tiba-tiba tikus keluar dari sela-sela lemari itu, geli banget sumpah, dan tentu saja gue langsung teriak sambil loncat-loncat karena reflek, itu tikus malah makin mendekat terus gue gak sengaja injek dong, agh GELI BANGET!." Katrin bercerita dengan heboh.
Yohan mendengarkan dengan baik sambil memandangi wajah Katrin yang heboh, sesekali dia tertawa melihat wanita itu sangat bersemangat.
"Terus kamu gapapa kan?."
"Syukur papa langsung datang dan tangkap tikus nya." Katrin mengakhiri cerita nya dengan helaan nafas lega.
"Eh, Rin aku punya sesuatu buat kamu."
"Apa?."
"tutup dulu mata nya."
"Jangan bikin penasaran deh."
"Kalau mata nya gak di tutup aku gak mau kasih."
"Iyaa, iyaaa, nih gue tutup." Katrin memejamkan mata nya, namun tidak sepenuh nya, ia membuka mata nya sedikit untuk mengintip.
Namun untuk kesekian kalinya lagi dia lupa kalau Yohan itu sangat peka.
"Arin, gak boleh ngintip." Tegur Yohan dengan lembut.
Arin, adalah nama panggilan kesayangan dari Yohan untuk Katrin. Yohan memanggil Katrin dengan sebutan itu ketika dia merasa Katrin sangat menggemaskan.
DEG!
Jantung Katrin rasanya ingin berhenti berdetak. Sudah lama dia tidak mendengar panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
From 2 To 3
FanfictionKetika masih di bangku pelajar, menurut Yohan kata House dan Home adalah dua kata yang memiliki arti yang sama dan makna yang sama. Namun setelah bertemu dengan Katrin, Yohan kini mengerti kenapa papa nya lebih sering menggunakan kata Home daripada...